logo Kompas.id
Lain-lainKonsumsi Jadi Penggerak
Iklan

Konsumsi Jadi Penggerak

Oleh
· 3 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Perekonomian Indonesia pada triwulan II-2018 tumbuh 5,27 persen dibandingkan dengan triwulan II-2017. Produk domestik bruto pada triwulan II-2018 sebesar Rp 3.683,9 triliun. Konsumsi rumah tangga menjadi sumber tertinggi pertumbuhan ekonomi. Meski demikian, pertumbuhan konsumsi rumah tangga perlu diperhatikan. Sebab, pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan II-2018 ditopang pengeluaran pemerintah, terutama bantuan sosial (bansos) dan tunjangan hari raya (THR), serta pemilihan kepala daerah (pilkada) di 171 daerah.Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), konsumsi rumah tangga pada triwulan II-2018 tumbuh 5,14 persen, lebih baik dari triwulan I-2018 yang sebesar 4,95 persen. Kontribusinya terhadap PDB 55,43 persen. "Pertumbuhan konsumsi rumah tangga antara lain ditopang faktor musiman periode Lebaran, bantuan sosial, THR, dan pilkada. Untuk bansos, realisasinya pada triwulan II-2028 sebesar 27,19 triliun, naik 67,57 persen dibandingkan dengan triwulan II-2017," kata Kepala BPS Suhariyanto dalam jumpa pers di Jakarta, Senin (6/8/2018).Suhariyanto menambahkan, pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan III dan IV diperkirakan tidak sekuat triwulan II-2018. Konsumsi rumah tangga bisa kuat jika ada yang menggerakkan, seperti meratanya serapan dan realisasi anggaran pemerintah, serta persiapan pemilu. Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, pertumbuhan ekonomi triwulan II-2018 cukup mengejutkan karena melebihi ekspektasi. Konsumsi rumah tangga menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi. Namun, hal itu dikhawatirkan temporer karena didorong faktor musiman Lebaran, THR pegawai negeri sipil, pilkada, dan bansos."Belanja pemerintah memang besar-besaran. Konsumsi pemerintah triwulan II-2018 tumbuh 5,26 persen, lebih baik dari periode yang sama 2017 yang minus 1,93 persen. Sayangnya, belanja itu bersifat konsumtif bukan produktif karena banyak dipakai untuk bansos, THR, dan pilkada," ujarnya.Kepala Departemen Riset Industri dan Regional Kantor Ekonom Bank Mandiri Dendi Ramdani menambahkan, pertumbuhan konsumsi memang karena faktor musiman. Namun, peningkatan itu mengindikasikan daya beli dan kepercayaan konsumen yang mulai membaik.ImporBPS juga menyebutkan, impor menggerakkan pertumbuhan industri pengolahan dan konsumsi rumah tangga. Namun, impor yang melonjak menahan laju pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2018. Pertumbuhan impor pada triwulan II-2018 sebesar 15,17 persen, sedangkan ekspor 7,7 persen. Hal itu menyebabkan pertumbuhan ekonomi dari sektor selisih ekspor dan impor minus 1,21 persen secara tahunan.Sementara itu, investasi pada triwulan II-2018 hanya tumbuh 5,87 persen. Investasi itu tumbuh lambat dari triwulan I-2018 yang sebesar 7,95 persen.Menurut Bhima, peningkatan impor perlu dicermati. Proteksi dagang ke negara tujuan ekspor, fluktuasi harga minyak mentah dan sejumlah komoditas, serta pelemahan nilai tukar rupiah bisa menghambat kinerja ekonomi hingga akhir tahun.Pertumbuhan ekonomi disambut pelaku pasar modal. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Senin, menguat 1,56 persen ke posisi 6.101,131. Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada menilai, lonjakan IHSG terjadi bersamaan dengan rilis data pertumbuhan ekonomi triwulan II-2018. "PDB yang membaik menambah daya tahan IHSG terhadap sentimen negatif global," ujarnya. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin, menyatakan, pertumbuhan ekonomi triwulan II-2018 di atas perkiraan. Sebelumnya, Kemenkeu memperkirakan 5,17 persen. Faktor yang membuat pertumbuhan ekonomi triwulan II-2018 lebih tinggi dari perkiraan, menurut Sri Mulyani, adalah laju konsumsi rumah tangga. "Berarti stabilisasi harga yang kita lakukan pada hari raya, bulan puasa, dan libur panjang menimbulkan pengaruh yang bagus. Bergesernya panen serta THR dan gaji ke-13 (untuk pegawai negeri sipil) memberikan hasil positif," kata Sri Mulyani.Sementara untuk ekspor, menurut Sri Mulyani, pertumbuhannya tidak setinggi yang diharapkan. Adapun impor yang dalam perhitungan konsolidasi produk domestik bruto bersifat mengurangi ekspor, pertumbuhannya jauh di atas perkiraan. (HEN/DIM/LAS)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000