logo Kompas.id
Lain-lainMengejar Impian dalam...
Iklan

Mengejar Impian dalam Keterbatasan

Oleh
· 2 menit baca

Pada usia 12 bulan, Muhammad Sayyid (14) dinyatakan tuli dan sulit berbicara. Namun, keterbatasan itu bukan halangan mengejar impian sebagai pebulu tangkis andal. Sayyid lolos Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulu Tangkis 2018, menyingkirkan ratusan peserta lainnya.Sayyid terperangah melihat namanya terpampang di monitor besar GOR Bima, Cirebon, Senin (6/8/2018). Berdasarkan keputusan tim pencari bakat, ia termasuk sembilan peserta yang mendapat super tiket lolos ke final audisi umum di Kudus, 7-9 September. Namanya muncul pada urutan kesembilan. Mereka tergabung dengan 18 peserta yang lolos lebih dulu, yakni 12 semifinalis putra dan 6 finalis putri di tiga kelompok usia.Ia menutup wajahnya dengan tangan. Ibunya, Lia Fitria (35), menangis di tribune penonton. Sebelumnya, langkah siswa kelas IX Sekolah Luar Biasa Mekarsari 1, Bogor, itu terhenti sebelum perempat final. Sebagai tunarungu, Sayyid tak dapat mendengar sorakan dan tepuk tangan penonton yang mendukungnya saat mencuri poin dari lawan. Anak yatim itu bertanding dalam kesunyian. Meskipun kalah, potensinya tercium tim pencari bakat yang dipimpin legenda bulu tangkis Indonesia, Christian Hadinata. "Dia mampu menunjukkan semangat juang yang baik. Dia membuktikan, keterbatasan fisik tidak jadi kendala. Dalam audisi di Solo, seorang peserta putri yang tunarungu juga lolos ke final," ujar Christian mengapresiasi perjuangan Sayyid. Audisi di Cirebon diikuti 882 peserta, mulai dari Cirebon, Banten, hingga Yogyakarta. Angka itu melonjak hampir dua kali lipat dari 483 peserta tahun sebelumnya.Semangat pantang menyerah juga diperlihatkan Septia Nigrum Rahmadani (14) pada audisi umum di Solo, pada hari yang sama. Setelah gagal pada tahun 2015 dan 2016, ia kembali mendapat super tiket untuk lolos ke final audisi di Kudus. Tahun 2015, ia gagal mendapatkan super tiket ke final. Setahun berikutnya dia mengantongi super tiket yang diberikan tim pencari bakat, tetapi terhenti di babak final di Kudus. Tahun 2017, dia absen karena hanya ada kategori U-11 dan U-13. Kali ini, setelah kelas U-15 dipertandingkan, Septia datang dari Jepara ke Karanganyar untuk berlaga dan berhasil meraih super tiket. "Saya akan berlatih lebih giat agar menang pada final," ujar Septia yang diantar ayahnya, Suratman (48), dengan sepeda motor dari Jepara. Selama tiga hari audisi, mereka menginap di Masaran, Sragen, sekitar 21 kilometer dari GOR RM Said. Manajer Tim PB Djarum Fung Permadi mengatakan, berbeda dengan audisi umum sebelumnya, mulai tahun ini ditambah kelompok U-15 (13-14 tahun). Hal ini untuk menjaring lebih banyak bibit berbakat pada kategori usia dini yang berbeda.(Abdullah Fikri Ashri/Erwin Edhi Prasetyo)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000