Kopi Solidaritas Bangkitkan Kebersamaan
Delegasi pertemuan IMF memberikan donasi bagi korban gempa Lombok dan Sulteng yang diikuti komitmen Bank Dunia.
Diplomasi kopi yang diusung PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dalam ajang Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018 bisa dibilang sukses. Hingga hari kelima, lebih dari 8.000 gelas kopi donasi dinikmati delegasi. Presiden Joko Widodo juga terkesan dengan kopi solidaritas tersebut.
Kedatangan Presiden Joko Widodo ke Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC) untuk menghadiri rapat pleno IMF- Bank Dunia, Jumat (12/10/2018). Selepas acara, Presiden keluar ruangan. Saat ditawari kopi untuk solidaritas bencana di Palu, Presiden mengiyakan dan minta dibuatkan.
”Boleh, kopi dari mana?” tanya Presiden. Petugas pun menjelaskan bahwa kopi tersebut kopi Indonesia yang dibagikan gratis untuk menggalang donasi bagi korban gempa Sulawesi Tengah (Palu, Donggala, Sigi, dan sekitarnya) serta untuk Lombok. Presiden Jokowi menyambut gembira.
Dengan sigap, tim barista di stan Brikopi bergegas meracik kopi untuk Presiden dan beberapa menterinya. Para barista menyiapkan dua jenis kopi: latte dan kopi hitam. Barista yang bertugas di stan Uluwatu Lobi BNDCC pada hari itu Muhammad Aga, Rendy Mahesa, Seno Ardabuana, dan Munir. Presiden minum kopi latte buatan Aga.
Sambil bercengkerama dengan para menteri, Jokowi menambahkan gula merah ke dalam kopi, lalu meminumnya. ”Enak. Kopinya enak, apalagi untuk donasi,” ujar Presiden yang tampak terkesan dengan kopi buatan barista. Buktinya, saat melintas di depan stan BRI, Presiden berhenti dan mengizinkan para barista berfoto bersama.
Kopi yang diminum Jokowi adalah kopi solidaritas yang diusung BRI untuk memeriahkan pertemuan tahunan IMF 2018. Disebut kopi solidaritas karena dari setiap cangkir kopi yang diminum delegasi, BRI akan mengeluarkan uang Rp 100.000 per cangkir untuk donasi bagi korban gempa Lombok dan Sulawesi Tengah. Penikmat kopi tidak dikenai tarif alias gratis.
BRI membagikan kopi gratis kepada para delegasi selama pertemuan dunia itu. Bagi-bagi kopi digelar 8-14 Oktober 2018. Stan dibuka pukul 09.30 Wita hingga pukul 16.30 Wita di tiga tempat, yaitu di Uluwatu Lobi BNDCC, Legian Lobi lantai 2 BNDCC, dan di muka Mangapura Hall Bali International Convention Center (BICC) Hotel Westin.
”Kampanye seperti ini bagus. Jika saudara-saudara kita sedang berduka, apa pun yang kita lakukan untuk membantu sebisa kita, itu bagus,” kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi yang mencicipi latte. Ia lebih menyukai kopi tanpa gula.
Dukungan serupa dilontarkan Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan saat berkunjung dan menikmati kopi solidaritas. ”Saya rasa kampanye kopi solidaritas ini bagus. Membantu saudara-saudara kita. Bangsa Indonesia harus bersama-sama membantu. Solidaritas harus dikuatkan,” katanya.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara juga mengapresiasi kopi solidaritas dalam kampanye A Cup for Solidarity by Brikopi itu. ”Ini hal positif. Brikopi menggabungkan bagi-bagi kopi dengan tujuan menggalang kepedulian bersama atas bencana di Palu dan Lombok.
Penggalangan solidaritas internasional bagi tamu acara pertemuan tahunan ini penting karena mungkin mereka tidak sempat pergi langsung ke sana. Mereka akhirnya dapat berdonasi hanya melalui secangkir kopi,” ujarnya.
Membuka peluang
Kopi solidaritas sebagai media diplomasi luar negeri pun terbilang sukses. Pebisnis dan ekonom dunia yang berkumpul di Bali akhirnya memperhatikan kondisi korban gempa Lombok dan Sulawesi Tengah.
Para delegasi, melalui Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde, menyumbang untuk pemulihan korban gempa Lombok dan Sulawesi Tengah Rp 2 miliar.
Jumat (12/10/2018), ada kabar bahwa Bank Dunia juga akan menyumbang dana 5 juta dollar AS untuk penanganan korban gempa. Secangkir kopi solidaritas yang dibagikan saat itu sedikit banyak memupuk rasa kemanusiaan yang membangkitkan semangat membantu sesama.
Selain itu, di bidang ekonomi, nama kopi Indonesia kian terangkat. Rata-rata para delegasi asing berminat membeli kopi Indonesia untuk dibawa sebagai suvenir bagi teman dan kerabat di negara asal mereka. Secangkir kopi solidaritas rupanya membuka peluang kopi dalam negeri untuk menjangkau pasar luar.
”Saya minum kopi. Saya kenal kopi Sumatera. Rasa kopi Sumatera cukup kuat. Kopi ini pun rasanya enak. Rasanya saya ingin membelinya untuk dibawa pulang. Di mana saya bisa membelinya?” kata Takaru Imamura, delegasi dari Jepang.
Imamura mengatakan, meski banyak warga Jepang minum teh, tidak sedikit pula di antara mereka minum kopi. Menurut dia, sangat mungkin kopi Indonesia dijual di Jepang.
Hingga hari kelima bagi-bagi kopi, 8.617 cangkir kopi Indonesia sudah dinikmati delegasi dari berbagai belahan dunia. Dengan begitu, setidaknya terkumpul uang Rp 861,7 juta donasi bagi korban gempa bumi di Lombok dan Sulawesi Tengah.
Selama seminggu kegiatan bagi-bagi kopi, BRI mengajak enam barista bersertifikasi internasional. Mereka adalah Muhammad Aga, Evelyne Yamin, Muhammad Fakhri, Rendy Mahesa, Horison Candra, dan Mikael Jasin. Selain itu, mereka mengajak serta tiga asisten barista, yaitu Seno Ardabuana, Teguh, dan Munir.
Kopi yang digunakan saat itu sekitar 120 kilogram (kg) kopi jack of all trades, yaitu campuran 60 persen kopi toraja dan 40 persen kopi mandailing.
Kopi arabika toraja diambil dari perkebunan Rante Karua di Sulawesi Selatan di lahan 1.500-1.700 meter di atas permukaan laut (mdpl). Adapun kopi arabika mandailing diambil dari perkebunan di Sidikalang, Sumatera Utara (ketinggian 1.200-1.500 mdpl). Kopi bali juga disediakan untuk stan manual. (Cokorda Yudistira/Dahlia Irawati)