Fitur Multikamera untuk Rangkul Milenial
Samsung Electronics Ltd meluncurkan Galaxy A7 dan Galaxy A9 melalui acara ”4x Fun, A Galaxy Event” di Kuala Lumpur, Malaysia, Kamis (11/10/2018) sore.
Kedua produk yang menawarkan keunggulan dengan menyematkan masing-masing tiga dan empat kamera belakang itu menjadi senjata perusahaan teknologi asal Korea Selatan ini bersaing di pasar kelas menengah.
Galaxy A7 yang diperkenalkan secara global di Kuala Lumpur setelah beberapa minggu sebelumnya diperkenalkan di India menjadi ponsel pintar pertama di jajaran seri Galaxy yang mengusung tiga kamera belakang. Sementara Galaxy A9 disebut sebagai ponsel pintar pertama di dunia dengan empat kamera belakang.
Muncul pertanyaan, apakah Samsung mengubah strategi di tengah ketatnya persaingan para produsen ponsel pintar? Apalagi konfigurasi tiga, terutama empat kamera, belum pernah ada pada seri Galaxy sebelumnya, termasuk kelas premium.
Mengapa justru konfigurasi kamera tersebut disematkan ke ponsel pintar kelas menengah, bukan di kelas flagship? Pada Galaxy S9 yang diluncurkan akhir Februari 2018 di acara Mobile World Congress di Barcelona atau Galaxy Note 9 yang diluncurkan awal Agustus dalam acara bertajuk ”Galaxy Unpacked” di Barclays Center, New York, Amerika Serikat, awal Agustus 2018, Samsung hanya menyematkan dua kamera.
President and CEO of IT and Mobile Communications Division Samsung Electronics Ltd Dong Jin Koh atau DJ Koh ketika peluncuran mengatakan, melalui kedua produk itu, Samsung ingin menghadirkan kembali terobosan teknologi bagi semua orang tanpa batasan apa pun.
”Mulai dari Galaxy A7 dan Galaxy A9, kami akan menghadirkan teknologi canggih pada semua produk. Tidak hanya pada ponsel premium, tetapi juga pada semua level. Ini adalah cara kami menghadirkan inovasi berarti pada semua produk Samsung dan memberikan pengalaman luar biasa pada semua pasar dan semua harga,” kata DJ Koh.
Menurut DJ Koh, saat ini, semua orang berhak mendapatkan akses teknologi terbaik agar bisa menghadirkan nilai yang sangat berharga bagi kehidupannya. Oleh karena itu, Galaxy A7 dan Galaxy A9 mewakili komitmen yang tinggi dari Samsung untuk menyediakan hal itu.
Kedua produk itu, kata DJ Koh, didesain bagi generasi yang selalu ingin mengeksplorasi sesuatu serta menciptakan dan membagikannya kepada siapa pun, terutama lewat gambar sebagai sebuah bahasa universal. Dalam hal ini, generasi yang dimaksud DJ Koh adalah generasi milenial yang memang menjadi target Samsung saat ini.
”Kualitas kamera utama dan depan fungsinya vital bagi milenial yang selalu ingin mengekspresikan dirinya. Itu menjadi alasan kami menghadirkan tiga dan empat kamera di segmen ini,” kata DJ Koh dalam wawancara khusus kepada sejumlah wartawan asal Indonesia, beberapa jam sebelum peluncuran.
Lantas, apakah benar Galaxy A7 dan Galaxy A9 bisa menjawab kebutuhan generasi milenial? Principal Product Designer Mobile Communications Business Samsung Electronics Sang II Park dalam ”A Series” Designer Briefing Session memastikan hal itu. Menurut Sang, generasi milenial menjadi inspirasi terbesar mereka ketika mendesain kedua ponsel pintar tersebut.
”Kami melakukan riset mendalam bersama dengan enam kantor desain global, termasuk melakukan riset sosial, budaya, dan tren desain. Berdasarkan riset itu, kami kemudian mengembangkan strategi dan desain kami.
Ketika mendesain A9, misalnya, kami melakukan berbagai proyek untuk melihat perubahan secara global. Tentu, kami melihat secara khusus kepada milenial yang memang menjadi target utama dari seri Galaxy A, baik itu gaya hidup maupun pola pikir mereka,” kata Sang.
Sejalan dengan Sang, Head of IT & Mobile Product Marketing Samsung Electronics Indonesia Denny Gallant juga optimistis konfigurasi kamera di Galaxy A7 dan Galaxy A9 mampu menggaet milenial.
”Faktanya, kamera menjadi salah satu pertimbangan yang penting bagi konsumen di Indonesia pada saat membeli smartphone. Bisa sampai 50 persen dari faktor kamera, khususnya milenial,” kata Denny.
Berangkat dari hal itu, kata Denny, Samsung mencoba menghadirkan inovasi kamera, khususnya di Galaxy A9. ”Namun, kami melihat ponsel pintar ini secara holistik sehingga tidak hanya kamera, tetapi juga fitur lain. Pada setiap produk itu, terdapat sebuah desain arsitektur dari sistem yang terintegrasi.
Misalnya, prosesor dan baterai juga harus mumpuni untuk mendukung kerja tiga dan empat kamera itu. Termasuk dukungan jaringan yang dibawa kedua ponsel ini sehingga mempercepat unggahan ke media sosial,” kata Denny.
Pengalaman pemakaian
Galaxy A7 dan A9 sama-sama hadir dengan tepian layar (bezel) yang tipis dan teknologi layar infinity display dari Samsung. Hanya saja, Galaxy A9 memiliki bentang layar yang lebar, yakni 6,3 inci berkualitas Full HD dan Super AMOLED dengan resolusi 2160 x 1080 piksel. Adapun A7 bentang layarnya 6 inci dengan resolusi 1080 x 2220 piksel.
Pada sisi kamera yang menjadi andalan, Galaxy A9 memiliki kamera utama beresolusi 24 megapiksel (MP) dengan bukaan f/1.7. Selain itu, terdapat pula kamera telefoto 10 MP dengan bukaan f/2.4 ditambah 2x optical zoom.
Samsung juga menyematkan kamera ultra-wide 120 derajat berukuran 8 MP dengan bukaan f/2.4. Satu kamera lainnya adalah depth lens beresolusi 5 MP dengan bukaan f/2.2. Adapun Galaxy A7 juga membawa fitur kamera yang sama dengan Galaxy A9, kecuali kamera telefoto.
Kompas berkesempatan menguji kualitas kamera salah satu prototipe Galaxy A9 varian lemonade blue berkeliling Kuala Lumpur pada 12-13 Oktober 2018.
Dari sisi desain, Galaxy A9 terlihat begitu premium dengan frame metal dan material kaca di bagian depan dan belakang. Kesan premium itu dipertegas gradasi warna hijau dan kuning yang terlihat sangat menarik.
Sebagai unggulan, kualitas empat kamera belakang dan satu kamera depan dari A9 juga patut jadi pertimbangan untuk melirik ponsel pintar ini. Fitur kamera ultra-wide mampu menciptakan gambar dengan sudut pandang yang lebih besar, baik dalam mode lanskap maupun portrait.
Misalnya, saat mengambil gambar menara kembar Petronas. Ikon Malaysia itu bisa dimuat dalam satu frame dengan gedung lain di sekitarnya. Hanya saja, masih banyak distorsi ketika menggunakan fitur ini, terutama obyek yang didominasi garis. Hal serupa juga terjadi di Galaxy A7.
Adapun fitur kamera lain, seperti efek bokeh, juga cukup memuaskan walaupun perlu peningkatan. Hal itu karena sebagian dari obyek utama terkadang ikut blur. Sementara untuk fitur telefoto kamera dengan 2x optical zoom cukup baik dan detail, terutama saat membidik obyek pada jarak dekat.
Kamera utama yang telah mendukung fitur low light juga bekerja cukup baik, misalnya saat mengambil foto malam di kawasan Alor, Kuala Lumpur. Detail gambar dan warna terjaga walaupun minim cahaya. Kualitas gambar kamera depan termasuk mengesankan. Fitur smart beauty bisa menghasilkan swafoto yang pas untuk media sosial.
Secara keseluruhan, fitur-fitur kamera bekerja dengan optimal, termasuk video. Meski terkadang ada lag atau jeda, bisa dimaklumi karena unit yang digunakan masih prototipe. Samsung tentu akan menyempurnakannya ketika versi final diluncurkan pada November 2018.
Baterai dengan kapasitas 3.800 mAh pada Galaxy A9 juga sangat membantu. Manajemen daya yang dibenamkan Samsung pada Galaxy A9 membuat konsumsi baterai terbilang irit.
Pemakaian selama setengah hari untuk foto dan video secara terus-menerus, termasuk mengakses media sosial, menghabiskan sekitar 60 persen kapasitas baterai.
Selain dari Samsung, sejumlah produsen lain juga mulai menyematkan lebih dari dua kamera belakang pada ponsel mereka. Huawei adalah salah satunya, yang menyematkan tiga kamera belakang pada ponsel Huawei P20 Pro. Melihat fitur yang disuguhkan, baik Galaxy A7 maupun Galaxy A9 bisa dipertimbangkan.