LONDON, JUMAT Novak Djokovic dan pelatihnya, Marian Vajda, mendapat penghargaan sebagai petenis dan pelatih terbaik 2018. Pengakuan itu menjadi motivasi bagi Djokovic untuk menutup musim ini dengan gelar juara Final ATP.
Kategori itu menjadi bagian dari penghargaan ATP World Tour yang digelar Asosiasi Tenis Profesional (ATP) setiap akhir musim. Pengakuan kepada Djokovic sebagai atlet terbaik didapat karena dia menjadi petenis nomor satu dunia akhir tahun.
Djokovic juga dinobatkan sebagai ”Comeback of The Year” melalui suara yang dikumpulkan dari sesama petenis. Adapun suara bagi Vajda didapat dari pelatih lain.
”Comeback of The Year” adalah penghargaan untuk petenis yang mampu bangkit setelah terpuruk. Djokovic melewatkan setengah musim terakhir 2017 karena cedera siku, menjalani operasi, dan kembali bertanding pada Maret 2018.
Tersingkir pada penampilan pertama dalam tiga turnamen, dia menempati peringkat ke-22 pada Mei. Setelah itu, empat gelar juara sejak pertengahan musim, termasuk Grand Slam Wimbledon dan AS Terbuka, membawanya pada puncak peringkat dunia pada November. Dia juga dipastikan memegang status itu hingga akhir tahun.
”Menjuarai Grand Slam, lolos ke Final ATP, dan menjadi nomor satu dunia adalah tantangan terbesar dalam tenis. Meraih semuanya pada tahun ini menjadi momen spesial, apalagi dengan semua proses yang saya lalui,” kata Djokovic di London, Jumat (9/11/2018) waktu setempat.
Djokovic menyadari, puncak peringkat dunia yang dicapainya terbantu dengan absennya Rafael Nadal dari turnamen sejak semifinal AS Terbuka. ”Akan tetapi, pada saat yang sama, saya juga tampil bagus. Lima bulan terakhir menakjubkan hingga saya bisa meraih penghargaan ini,” ujar Djokovic.
Dia juga memuji Vajda yang kembali melatihnya sejak April, setelah dipecat pada Mei 2017. Bagi petenis Serbia itu, peran Vajda lebih dari sekadar pelatih. Vajda disebutnya sebagai teman, keluarga, dan sosok yang bisa diandalkan. ”Bahkan, saat kami tak bekerja sama selama setahun, kami tetap dekat. Kami berkomunikasi tentang hidup, tenis, dan keluarga,” katanya.
Saat tak melatih Djokovic, Vajda sebenarnya menerima permintaan dari petenis lain untuk menjadi pelatih, tetapi dia menolaknya. Ketika Djokovic memintanya kembali menjelang Perancis Terbuka, setelah memutus kerja sama dengan Radek Stepanek dan Andre Agassi, Vajda menerimanya.
”Ketika berada dalam masa sulit, saya merasa harus kembali ke dasar. Saya harus memilih orang yang benar-benar mengenal saya,” ucap Djokovic dalam laman resmi ATP.
Djokovic mengatakan, penghargaan dari ATP memotivasinya untuk mempertahankan posisinya di puncak peringkat dunia selama mungkin. Langkah pertama yang menjadi targetnya adalah menjuarai Final ATP untuk keenam kali.
Berada di Grup Gustavo Kuerten, dia akan menjalani laga pertama melawan John Isner di The O2 Arena, London, Minggu malam waktu setempat atau Senin dini hari WIB. Sebelum melawan petenis yang delapan kali dia kalahkan dari 10 pertemuan itu, Djokovic akan menerima trofi sebagai petenis nomor satu dunia akhir tahun. Trofi ini juga menjadi lambang sebagai petenis terbaik 2018.
Penghargaan lain diterima oleh dua petenis muda, yaitu Stefanos Tsitsipas (Yunani) dan Alex de Minaur (Australia). Kebetulan, mereka bertemu pada final ATP Next Gen di Milan, Italia, Minggu dini hari WIB. Itu adalah turnamen untuk delapan petenis berusia 21 tahun ke bawah.
Tsitsipas menerima penghargaan sebagai petenis paling berkembang. Berada di peringkat ke-90 dunia awal musim, petenis 20 tahun itu saat ini berada di posisi ke-15. Sementara Minaur (19 tahun) ditetapkan sebagai petenis pendatang baru terbaik.
Roger Federer menjadi petenis favorit publik selama 16 kali beruntun, sementara Nadal mendapat Stefan Edberg Sportmanship karena sikap sportif, profesional, dan integritasnya di lapangan dan luar lapangan. (IYA)