Kekompakan Warga Surabaya Mengawal Kotanya Kian Terasah
›
Kekompakan Warga Surabaya...
Iklan
Kekompakan Warga Surabaya Mengawal Kotanya Kian Terasah
Oleh
AGNES SWETTA PANDIA/IQBAL BASYARI
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS - Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya sukses meraih penghargaan The Guangzhou International Award For Urban Innovation kategori online popular city. Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh warga Indonesia atas dukungannya.
Penghargaan yang diperoleh tidak lepas dari dukungan seluruh warga Indonesia yang melakukan vote untuk Kota Pahlawan. "Dari kegiatan ini seperti ini menjadi cerminan bahwa kekompakan warga Surabaya untuk mengawal kotanya yang sekaligus rumahnya kian terasah," kata Risma di ruang kerjanya Senin (10/12/2018) petang.
Dari hasil perolehan voting terakhir, surabaya berhasil menduduki peringkat pertama dengan total perolehan 1.504.535. Disusul Kota Yiwu (China) pada urutan kedua dengan total perolehan angka 1.487.512 dan urutan ketiga diraih Kota Santa Fe (Argentina) dengan perolehan sebanyak 863.151 voting.
Kemenangan ini tidak lepas dari aksi ngevlog yang dilakukan Wali Kota Risma lewat akun instagram @surabaya. Dalam vlognya, Ia mengajak warga Kota Surabaya dan masyarakat di Indonesia untuk berpartisipasi mendukung Kota Surabaya menjadi pemenang di ajang penghargaan dunia. “Sekali lagi saya ucapkan terima kasih kepada seluruh rakyat Indonesia yang sanggat peduli dengan Kota Surabaya,” katanya.
Disampaikan Wali Kota Risma, ada empat kategori yang dilombakan dan Surabaya masuk dalam kategori partisipasi masyarakat. Ia pun memaparkan partisipasi masyarakat di Surabaya yang sejak 2010 telah menerapkan 3R atau Reduce, Reuse, Recycle berbasis masyarakat dalam pengelolaan sampah untuk Surabaya yang berpenduduk 3 juta jiwa ini.
Gaya hidup bebas sampah
Bertambahnya jumlah penduduk berpotensi meningkatkan volume sampah, yang dihasilkan. Gaya hidup zero waste perlu digalakkan agar produksi sampah terus berkurang. Kesadaran dan komitmen mulai dari warga, swasta, dan pemerintah turut menjadi kunci keberhasilan dalam pengurangan dan pengelolaan sampah.
Dosen Jurusan Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Warmadewanthi, mengatakan, penelitiannya pada 2016 menunjukkan bahwa timbulan sampah yang dihasilkan warga Surabaya rata-rata 0,4 kilogram per hari. Jumlah ini lebih rendah dibandingkan standar yang dipakai Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebanyak 0,7 kilogram per orang tiap hari.
“Warga Surabaya mulai berperilaku dan melakukan gaya hidup bebas sampah sehingga jumlah produksi sampah terus berkurang,” kata Warmadewanthi yang dihubungi di Taiwan, pada Selasa (4/12/2018). Adapun sampah plastik yang dihasilkan berkisar antara 10 persen hingga 14 persen.
Menurut dia, sebagian warga Surabaya biasa makan di luar rumah sehingga sampah rumah tangga dari dapur berkurang. Ada pula yang memesan makanan melalui ojek daring. “Pengurangan sampah didukung dengan kesadaran masyarakat dalam mengelola dan mendaur ulang sampahnya,” ucap Warmadewanthi.
Pipit Maulidiya (26), warga Rungkut, menuturkan, dia dan keluarganya berusaha mengurangi sampah plastik dengan menerapkan pola hidup zero waste. Setiap hari, Pipit selalu membawa tempat minum ke kantornya. Jika air minumnya habis, dia bisa mengisi ulang tanpa perlu membeli air minum dalam kemasan.
“Kalau ke restoran capat saji, saya minta air minumnya dimasukkan di tempat minum yang saya bawa, bukan di gelas plastik seperti konsumen lainnya,” kata Pipit yang kini tidak lagi minum menggunakan sedotan plastik.
Ibunya di rumah juga selalu menggunakan tas plastik berulang kali hingga rusak. Setiap mendapatkan tas plastik ketika berbelanja, tas plastik itu dicuci dan dikeringkan. Tas plastik kemudian dilipat agar bisa digunakan kembali.
“Ibu selalu berpesan bahwa jika terpaksa membeli air minum dalam kemasan, botolnya harus dibawa pulang. Botol itu lalu disimpan dan dikumpulkan untuk dijual karena memiliki nilai,” tutur Pipit.
Sekretaris Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau (DKRTH) Ipong Wisnoewardono mengatakan, tidak revelan lagi jika produksi sampah warga Surabaya disamakan dengan daerah lain. Sebab, jumlahnya terus berkurang hingga 42 persen dibandingkan rata-rata nasional.
Setiap hari, sampah yang dihasilkan dari sekitar 3,34 juta warga Surabaya diperkirakan sekitar 1.336 ton. Sebagai kota metropolitan dengan penglaju dari luar kota, diperkirakan timbulan sampahnya sekitar 2.000 ton per hari. Sampah plastik menempati urutan kedua terbanyak dengan 19 persen di bawah sampah organik sebanyak 54 persen.
Dengan demikian, jumlah sampah plastik dalam setahun sekitar 138.700 ton atau sekitar 416.100 meter kubik. DKRTH memperkirakan ada sekitar 50 persen sampah plastik tersebut yang mampu dikelola oleh masyarakat.
Jika dihitung hanya warga Surabaya, volume sampah plastik yang dihasilkan sebanyak 92.651 ton atau sekitar 277.954 meter kubik. Adapun yang menjadi timbunan karena belum terkelola sekitar 138.977 meter kubik.
“Warga Surabaya relatif lebih peduli sampah dibandingkan penglaju karena mereka ingin tempat tinggalnya bebas sampah sehingga nyaman untuk ditinggali. Kami terus berupaya menularkan gaya hidup bebas sampah warga Surabaya kepada para pendatang agar sampah yang dihasilkan terus berkurang,” ujar Ipong.
Tidak terlena
Jadi, meskipun berhasil meraih penghargaan The Guangzhou International Award For Urban Innovation kategori online popular city, Wali Kota perempuan pertama di Surabaya ini mengingatkan agar tidak terlena dengan berbagai macam penghargaan yang diperoleh. Justru, Ia meminta untuk terus giat belajar. “Tujuan saya sejak awal bukan penghargaan, tapi mensejahterakan warga Surabaya dan ke depan harus lebih bekerja keras lagi,” tegas Wali Kota Risma.
Dalam ajang tersebut, Surabaya merupakan satu-satunya wakil asia pasifik termasuk 2 kota asal Cina diikuti beberapa negara lain diantaranya, Santa Fe (Argentina), Sydney (Australia), Salvador (Brazil), Repentigny (Canada), Santa Ana (Costa Rica), Milan (Italia), Guadalajara (Mexico), Utrecht (Belanda), Kazan (Rusia), e-Thekwini (Afrika Selatan), Mezitli (Turkey) dan New York (Amerika Serikat).