Kabar positif berembus dari China. Pemerintah negara itu menyatakan menunda penerapan kenaikan tarif impor otomotif asal Amerika Serikat.
Semula China berencana menaikkan tarif impor kendaraan dan suku cadang asal AS menjadi 40 persen pada 1 Januari 2019. Namun, di tengah masa ”gencatan senjata” Washington-Beijing, Kementerian Keuangan China pada Jumat pekan lalu menyampaikan keputusannya menunda penambahan tarif sehingga tarif impor produk asal AS itu tetap pada angka 15 persen. Rencana kenaikan tarif impor ini diumumkan Juli lalu oleh Beijing sebagai respons atas langkah Washington yang meningkatkan tarif kendaraan dan suku cadang asal China.
Kabar mengenai Beijing yang menunda penerapan kenaikan tarif impor otomotif asal AS disambut gembira oleh Washington. Presiden AS Donald Trump bahkan menyebut China hendak membuat kesepakatan penting serta komprehensif dengan AS.
Kalangan dunia usaha otomotif AS juga senang terhadap langkah China. Tesla Inc, misalnya, menyatakan telah memangkas harga kendaraan Model S dan Model X di China. Adapun Presiden Operasional Global Ford Motor Co Joe Hinrichs ikut menyambut pengumuman Beijing, dengan mengingatkan angka ekspor perusahaan itu ke China pada 2017 yang mencapai 50.000 kendaraan. Tidak ketinggalan ia memuji Pemerintah AS dan China yang sama-sama sedang berupaya mengurangi hambatan perdagangan serta mewujudkan pasar yang terbuka. Menyusul pengumuman China, saham Ford naik 2 persen pada Jumat.
Di tengah kasus penangkapan petinggi perusahaan telekomunikasi Huawei oleh Kanada atas permintaan AS, langkah Beijing menunda kenaikan tarif impor mempertebal optimisme terhadap ”gencatan senjata” AS-China. Kedua negara menyepakati penghentian sementara perang dagang itu dalam pertemuan bilateral yang dihadiri Trump dan Presiden Xi Jinping, di Argentina, 1 Desember 2018. Pertemuan yang sangat dinantikan oleh banyak negara ini diadakan di sela-sela KTT G-20.
Sebelum ada gencatan senjata, Washington berencana menaikkan tarif atas produk impor asal China senilai 200 miliar dollar AS dari 10 persen menjadi 25 persen mulai 1 Januari 2019. Namun, berkat kesepakatan di Argentina, rencana itu ditangguhkan 90 hari. Kedua negara lalu menggelar negosiasi guna menyelesaikan berbagai perbedaan di antara mereka.
Negara-negara di dunia terus menunggu perkembangan negosiasi AS-China selama masa gencatan senjata. Sejumlah laporan menyebutkan, masa tiga bulan ini tidak memadai untuk menghasilkan skema perjanjian komprehensif hubungan ekonomi baru AS-China.
Namun, dalam periode itu, kedua negara setidaknya diharapkan dapat menghasilkan kesepakatan dasar yang memandu hubungan ekonomi mereka di tengah defisit besar AS dan kebangkitan China sebagai raksasa baru. Kegagalan mencapai kesepahaman antara Beijing dan Washington tak hanya mencederai dunia usaha dan industri domestik kedua negara, tetapi juga berdampak negatif pada pertumbuhan global.