Kisah Uwais bin Qarni dan Kunjungan Jokowi ke Ponpes Darul Ulum
›
Kisah Uwais bin Qarni dan...
Iklan
Kisah Uwais bin Qarni dan Kunjungan Jokowi ke Ponpes Darul Ulum
Oleh
Nina Susilo/Dody Wisnu Pribadi
·2 menit baca
JOMBANG, KOMPAS — Pondok pesantren yang pertama dikunjungi Presiden Joko Widodo di Jombang, Selasa (18/12/2018), adalah Pondok Pesantren Darul Ulum, Rejoso Peterongan. Di ponpes ini, kisah Uwais bin Qarni yang bersahaja dan sangat rendah hati diceritakan.
Pengasuh Ponpes Darul Ulum KH Ahmad Tamim Romli dalam sambutannya menceritakan kisah sahabat Umar bin Khattab. Nabi pernah berpesan kepada Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib, ”Kalau bertemu seorang bernama Uwais bin Qarni, mintalah doanya.”
Setelah lama dicari, kata KH Tamim, akhirnya orang terheran dengan sosok tersebut. ”Orang ini—maaf, saya tidak melihat Pak Jokowi (seperti ini)— badannya kurus tinggi, tidak terlalu ganteng, tetapi sangat bersahaja. Di balik sosok itu, masya Allah pribadinya. Beliau tegas, penuh semangat, sabar, suka menolong, tidak suka mencari jabatan, bersahabat dengan Allah SWT,” tutur KH Tamim.
Tak hanya itu, lanjutnya, Uwais bin Qarni tak mau menerima katebelece. Sosok ini tak ingin menonjolkan diri dan sangat rendah hati.
”Pemimpin seperti ini yang kita kehendaki, tidak menonjolkan diri. Mohon maaf, ini anaknya Pak Jokowi jualan martabak, betul jualan martabak. Luar biasa ini. Makanya kita mestinya cocok dengan Pak Jokowi,” ujar KH Tamim.
Persahabatan memerlukan kecocokan. Selain itu, ada kesabaran dan kesederhanaan Jokowi yang diharap bisa ditularkan kepada semua umat.
Dalam kunjungan ke Ponpes Darul Ulum, Presiden didampingi Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Staf Khusus Abdul Ghaffar Rozin, Juru Bicara Kepresidenan Johan Budi, serta Gubernur Jawa Timur Soekarwo. Selain diterima KH Tamim, Presiden pun diterima KH Zaimuddin Wijaya As’ad yang juga pengasuh ponpes tersebut.
Presiden kembali mengingatkan keberagaman Indonesia yang perlu bersama-sama dijaga. Sebab, perbedaan agama, suku, budaya, adat dan tradisi, bahasa, ataupun agama yang ada di Indonesia adalah anugerah Allah yang diberikan kepada Indonesia.
”Karena itu, jangan sampai karena pemilihan bupati, pemilihan wali kota, pemilihan gubernur, atau pemilihan presiden, antartetangga, antarkampung, antarmajelis taklim enggak saling sapa. Rugi besar,” ucap Presiden.