Kebiasaan bertukar cerita dan bertatap muka memudar, diganti nongkrong virtual. Padahal, bertemu, berdiskusi, dan meresapi kehadiran menjadi dambaan banyak orang, termasuk penari dan koreografer Indonesia, Eko Supriyanto (48). Natal dan Tahun Baru semestinya menjadi ruang pertemuan itu.
”Kehadiran orang lain secara alamiah memberi kesan yang dalam. Tidak hanya simpati, tetapi juga empati. Ini yang saya rasa hilang,” kata Eko, Kamis (13/12/2018).
Ia lebih suka mengamati lawan bicaranya secara langsung. Mimik wajah dan desah napas lawan bicara dapat menyingkap pretensi. Kejujuran lawan bicara akan terdeteksi melalui percakapan langsung.
Menurut lelaki yang lahir di Banjarmasin itu, percakapan di ruang virtual memang sederhana dan mudah, tetapi bisa garing. Alam virtual tidak bisa menggantikan kehadiran nyata manusia.
Minimnya interaksi emosi di dunia virtual rawan terjadi mispersepsi. Banyak hal yang sifatnya multitafsir. Klarifikasi diperlukan untuk meletakkan konteks perbincangan. Namun, peluang klarifikasi jadi minim karena interaksi dilakukan tanpa tatap muka. Inilah salah satu bibit hoaks di media sosial.
Eko mempunyai pengalaman menjadi obyek obrolan dalam sebuah grup percakapan media sosial, tetapi dia tidak ada dalam grup tersebut, padahal saling kenal. Dengan demikian, Eko tidak diberi ruang untuk mengklarifikasi atau mengonfirmasi perbincangan tentang dirinya.
Eko menambahkan, obrolan bisa menjadi lebih dalam saat bertatap muka. Ada pembicaraan untuk belajar dan mengenang. Ada diskursus untuk memahami masa lampau, masa kini, dan masa depan.
”Masa lalu itu merupakan pemicu untuk membuka wacana masa depan. Dari itu, kita bisa merasa hidup, menghidupi, dan dihidupi dalam ruang dan waktu tersebut,” kata salah satu koreografer Asian Games 2018 itu.
Bagi Eko, bertemu dan berdiskusi menjadi ajang untuk menjaga suatu momen berharga. Momen itu boleh lewat menjadi masa lalu, tetapi proses dan hasil diskusi itu abadi.
Nah, Natal dan Tahun Baru dapat menjadi momen penting itu lewat pertemuan fisik dan diskusi tatap muka. (E07)