JAKARTA, KOMPAS — Dunia pendidikan perlu sigap dalam mengantisipasi perubahan, termasuk dengan adanya Revolusi Industri 4.0. Pendidikan dilaksanakan dengan kembali memperkuat khitah yang seharusnya menjadi misi pendidikan untuk memerdekakan anak lahir dan batin, seperti gagasan Ki Hadjar Dewantara.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Totok Suprayitno di Seminar Nasional Inovasi Kurikulum, Pembelajaran, dan Perbukuan dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0 yang digelar Pusat Kurikulum dan Perbukuan (Puskurbuk) di Jakarta, Senin (17/12/2018), mengatakan perubahan yang cepat dan drastis menuntut kemampuan belajar secara terus-menerus yang baik. Di sinilah, pendidikan harus mampu memperkuat karakter anak sebagai pembelajar sejati.
"Pembuat kebijakan dan guru perlu berefleksi untuk mencari strategi pembelajaran yang sesuai dengan generasi baru. Namun tetap berpegang pada hal-hal mendasar yang seharusnya ada dalam pendidikan yakni memampukan anak untuk berpikir kritis, kreatif, berkolaborasi, dan berkomunikasi sehingga mereka menjadi pembelajar sejati yang siap menghadapi perubahan dan mendapatkan peluang menjadi lebih baik,"kata Totok.
Totok mengatakan Kurikulum 2013 didesain dengan semangat futuristik. Namun, fleksibilitas tetap diperlukan, terutama untuk mendukung model-model pembelajaran yang inovatif.
Kepala Puskurbuk Awaluddin Tjalla mengatakan Puskurbuk membutukan masukan atau input dalam merekonstruksi perubahan yang perlu dilakukan dalam pendidikan. "Terutama, dalam perspektif kurikulum, perbukuan, dan pembelajaran dengan adanya dinamika perubahan yang terjadi saat ini," kata Awaluddin.
Menurut Awaluddin, penyesuaian perlu dilakukan karena ada berbagai wacana kebijakan pemerintah yang perlu disiapkan implementasinya. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, misalnya, telah mengutarakan agar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan nomenklatur Pendidikan Moral Pancasila. Ada juga rencana Mendikbud yang menginginkan agar guru punya kemampuan mengajar dua mata pelajaran.
"Puskurbuk perlu mengantisipasi kebutuhan peruban pendidikan yang diharapkan untuk membuqt siswa lebih siap dengan tantangan dunia yang berubah," kata Awaluddin.
Sementara itu, Ketua Badan Standar Nasional Pendidikan Bambang Suryadi mengatakan, dalam Revolusi Industri 4.0, pendidikan antara lain diasosiasikan dengan era digital, kecerdasan buatan, dan generasi milenial. Karena itu, pendidikan perlu disesuaikan dengan karakteristik dan pola pikir, gaya hidup, jenis pekerjaan, dan cara bekerja, generasi di masa mendatang.
"Keseimbangan kognitif dan nonkognitif harus dilakukan dengan baik dalam pembelajaran," ujar Bambang.
Sejumlah inovasi disiapkan Puskurbuk untuk mendukung pembelajaran berkualitas dan menjawab tantangan zaman. Ketua Tim Model Buku Teks Pelajaran Puskurbuk, Oos M Anwas, mengatakan buku teks masih jadi sumber belajar utama di sekolah sehingga harus dipastikan berkualitas.
Puskurbuk mengembangkan model buku eletronik yang interaktif, bahkan mampu merekam cara belajar anak untuk bahan evaluasi guru. Buku dalam jarinan (daring) dibuat berbasis web dan android. Adapula buku elektronik dalam format luar jaringan.
Selain itu, model pembelajaran terpadu dan terintegrasi dari sejumlah mata pelajaran dikembangkan sebagai inspirasi.