JAKARTA, KOMPAS — Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menargetkan hasil uji sampel bahan diduga limbah bahan berbahaya dan beracun atau B3 dari Kelurahan Marunda, Jakarta Utara, keluar dalam sepekan ini. Hasil tersebut akan jadi salah satu dasar untuk penanganan selanjutnya, terutama pemulihan lingkungan, jika bahan tersebut benar limbah B3.
Direktur Jenderal Pengelolaan Limbah, Sampah, dan Bahan Beracun Berbahaya (PSLB3) KLHK Rosa Vivien Ratnawati mengatakan, limbah di Marunda diduga spent bleaching earth (SBE) yang dihasilkan dari penjernihan minyak di industri pengolah minyak kelapa sawit, seperti minyak goreng dan oleochemical lainnya.
”Bahan diduga SBE itu ditemukan di tujuh titik penimbunan di Marunda, diperkirakan sebanyak 379,95 meter kubik,” kata Vivien saat dihubungi pada Rabu (16/1/2019). Tim KLHK sudah ke lokasi melakukan pengecekan lapangan dan mengambil sampel. Sampel sedang dalam analisis laboratorium.
Direktur Pemulihan Kontaminasi dan Tanggap Darurat Limbah B3 KLHK Haruki Agustina menyebutkan, analisis sampel dijalankan oleh laboratorium yang terakreditasi agar hasil bisa dipercaya. ”Mudah-mudahan hasilnya keluar dalam sepekan ini,” ujarnya.
Jika terbukti limbah B3, pemulihan lingkungan mesti dilakukan. Haruki mencontohkan, salah satu cara pemulihan ialah mengangkat tanah tercemar B3, lalu diberikan kepada pihak ketiga yang memiliki izin pengolahan limbah B3. Pihak itu lantas mengolah dengan membersihkan bahan dari limbah B3. Ada yang mengolah SBE menjadi batako.
Volume tanah yang diambil bergantung hasil penilaian terhadap tingkat pencemaran, termasuk dampak limbah B3 pada air tanah. ”Kami akan analisis dulu berapa dalam dan berapa luas tanah yang harus dipulihkan,” kata Haruki.
SBE dalam Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah B3, termasuk limbah B3 kategori bahaya 2. Vivien mengatakan, SBE berpotensi mencemari tanah dan air tanah. Jika ditemukan logam berat pada bahan itu, dampak akumulatif bakal terjadi, baik pada lingkungan maupun kesehatan manusia.
Belum selesai penanganan limbah di Marunda, limbah yang diduga sejenis juga ditemukan di sepanjang sisi Kanal Timur, baik yang masuk wilayah Bekasi maupun Jakarta Utara. Bahkan, limbah di Desa Segara Makmur, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, sudah menimbulkan korban luka.
Sebanyak tiga anak berusia delapan tahun menderita luka bakar setelah bermain di atas bahan diduga limbah SBE dan limbah batubara, Kamis (10/1/2019). Vivien menduga, bahan di sana merupakan limbah SBE yang sedang dalam kondisi panas serta mengandung minyak sehingga mudah terbakar.
Korban bernama MBW dan RSPD dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Koja, Jakarta Utara, sejak Kamis malam, sedangkan satu korban lain, MR, menyusul kemudian pada Selasa siang lalu. Koordinator Satuan Pelaksana Rawat Darurat RSUD Koja dokter Adhy Nalagiri menjelaskan, RS mendiagnosis ketiganya mengalami luka bakar tingkat II.
MBW dan RSPD sudah mendapat operasi debridemen (pencucian luka steril) sebanyak dua kali, sedangkan MR, karena baru masuk pada Selasa, menjalani operasi serupa sekali. Debridemen bertujuan membersihkan jaringan kulit yang mati agar anak-anak itu tidak terserang infeksi.
Adhy menambahkan, dokter spesialis bedah akan menentukan kapan perawatan ketiganya usai berdasarkan hasil observasi setelah operasi. Saat ini, RS belum bisa memperkirakan kapan ketiganya bisa pulang. ”Namun, kondisi seluruh pasien saat ini terpantau stabil,” katanya.