JAKARTA, KOMPAS — Kamar Dagang dan Industri Indonesia melalui Gerakan Ekspor Nasional menargetkan pertumbuhan ekspor hingga 15 persen pada 2019. Untuk mencapainya, Kadin Indonesia berfokus dalam mencetak para eksportir baru yang akan dibantu dan didukung dalam memulai ekspor.
”Target pada tahun 2019, kami harap dapat tercipta 1.000 eksportir baru. Jumlah eksportir akan terus ditingkatkan hingga mencapai 100.000 eksportir pada 2030,” kata Ketua Komite Tetap Pengembangan Ekspor Kadin Indonesia Handito Joewono di Jakarta, Rabu (16/1/2019).
Handito menyampaikan hal ini dalam ”National Workshop Series on Innovation and Technology”. Handito mengatakan, Kadin Indonesia akan melahirkan para eksportir baru, khususnya dari kalangan generasi muda, yaitu mahasiswa, industri kecil menengah, serta usaha kecil dan menengah.
”Meski demikian, sejauh ini sudah ada 15 perguruan tinggi baik negeri maupun swasta yang menyatakan komitmen untuk menjalin kerja sama dalam GEN. Selain itu, pelaku UKM, berbagai komunitas, dan pelaku jasa perdagangan elektronik atau e-dagang juga sudah mulai menunjukkan ketertarikan untuk bergabung,” kata Handito.
Lebih lanjut, Handito menyampaikan, untuk meningkatkan nilai ekspor, ada dua komponen utama yang harus disiapkan. Kedua komponen itu ialah sumber daya manusia selaku eksportir serta produk yang sesuai dengan standar internasional.
”Bagi para eksportir baru, produk ekspornya akan kami fokuskan di bidang fashion, kriya, pangan, dan komoditas, misalnya kopi, teh, dan ikan. Khusus untuk ikan, dalam waktu dekat ini kami akan ekspor ikan pindang ke Taiwan. Meski skalanya masih kecil, yaitu satu kontainer per bulan, kualitas dan kuantitas akan terus ditingkatkan,” kata Handito.
Secara terpisah, Wakil Ketua Umum Bidang Perdagangan Kadin Indonesia Benny Soetrisno mengemukakan, para eksportir baru sangat diharapkan terus tumbuh agar target peningkatan ekspor 500 persen pada tahun 2030 dapat tercapai. Hingga nantinya peluang ekspor bagi Indonesia semakin meningkat.
Data Badan Pusat Statistik mencatat, neraca perdagangan Indonesia pada Januari-Desember 2018 defisit 8,57 miliar dollar AS atau setara dengan Rp 120,6 triliun. Nilai itu merupakan defisit terdalam neraca perdagangan Indonesia sejak 1975. Defisit neraca perdagangan terutama disebabkan oleh defisit neraca minyak dan gas bumi (migas) (Kompas, 16/1/2019).
”Guna mengimbangi defisit neraca perdagangan akibat impor migas, pemerintah sudah mengeluarkan berbagai kebijakan. Selain itu, pemerintah juga terus mendorong ekspor nonmigas. Inilah yang bisa kami upayakan dengan mencetak para eksportir baru,” ujar Benny.
Sebelumnya, Kadin Indonesia bersama Kementerian Perdagangan telah meluncurkan Gerakan Ekspor Nasional (GEN) di sela-sela Trade Expo Indonesia 2018 di ICE BSD, Tangerang, Banten, pada 25 Oktober 2018. Gerakan itu direncanakan akan diluncurkan secara resmi pada Februari 2019.
Lebih lanjut, Benny mengatakan, eksportir baru juga akan diberi alternatif pembiayaan ekspor. Mereka yang sudah mulai mengekspor biasanya terkendala biaya, terutama ketika permintaan dari pembeli meningkat.
”Selain mencetak eksportir-eksportir baru, Kadin juga berupaya meningkatkan ekspor dengan menjalin hubungan bilateral dengan 19 Kadin negara-negara lain,” kata Benny (Kompas, 26 Oktober 2018).
Program pelatihan
Benny juga mengatakan, program GEN meliputi pelatihan ekspor di perguruan tinggi, penerbitan buku saku Ekspor itu Mudah dan Murah, dan pengembangan marketplace ekspor GEN.
Selain itu, ada juga pengembangan jejaring ekspor GEN di sejumlah negara, pelaksanaan aggregator atau konsolidator ekspor bagi eksportir pemula, pengembangan produk ekspor GEN, seri pembelajaran ekspor melalui Youtube, dan publikasi multimedi GEN.
”Untuk konsolidator, pemerintah sudah menyiapkan lima badan usaha milik negara yang siap untuk membantu pengiriman produk ke luar negeri. Dengan cara ini, biaya pengiriman tentu akan lebih efisien,” kata Handito. (SHARON PATRICIA)