Kinerja pengurus PSSI dinilai tidak maksimal oleh sejumlah anggotanya sehingga memunculkan keinginan kongres luar biasa untuk pembenahan.
DENPASAR, KOMPAS — Kongres tahunan PSSI di Nusa Dua, Bali, Minggu (20/1/2019) ini, diharapkan menjadi pintu masuk menuju perubahan nyata di tubuh badan sepak bola nasional itu. Sejumlah pemilik suara pun mewacanakan perlunya kongres luar biasa untuk membentuk pengurus baru di PSSI.
Usulan kongres luar biasa (KLB) itu digulirkan sejumlah pemilik suara di PSSI yang telah hadir di Bali, Sabtu (19/1), salah satunya Manajer Persib Bandung Umuh Muchtar. Menurut dia, PSSI kini tengah dalam situasi darurat menyusul maraknya pengungkapan kasus pengaturan skor oleh Satuan Tugas Antimafia Bola Polri. Sejumlah pejabat eksekutif di PSSI pun terjerat kasus itu.
”Kita lihat dinamika besok (di kongres). Keinginan ini (KLB) bukan hanya dari saya. Sejumlah voter (pemilik suara lain) juga menginginkan hal sama,” ujar Umuh di lokasi kongres PSSI di Nusa Dua.
Ketua Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI Jawa Barat Tommy Apriantono sependapat, KLB bisa menjadi sarana untuk menciptakan perubahan nyata di dalam PSSI. Menurut dia, jika diibaratkan kapal, PSSI bisa karam karena banyaknya pejabat lembaga itu yang terseret kasus pengaturan skor.
Belakangan, nama Kepala Staf PSSI Iwan Budianto ikut diselidiki Satgas Antimafia Bola di dalam kasus dugaan suap tuan rumah perhelatan Piala Soeratin 2009. Sebelumnya, anggota komite eksekutif, seperti Hidayat, Johar Lin Eng, dan Papat Yunisal, terseret kasus pengaturan skor. Johar bahkan telah ditetapkan sebagai tersangka.
”Saat terpilih dulu, Pak Edy (Rahmayadi, Ketua Umum PSSI) pernah berjanji akan memberantas mafia pengaturan skor. Nyatanya, saat ini itu kian menjadi-jadi. Kami dapat mengerti karena dia kini juga sibuk di Sumatera Utara (sebagai gubernur). Jadi, akan lebih baik jika ia legawa mundur sehingga kita bisa mengadakan KLB,” ujar Tommy.
Menurut Tommy, KLB tidak bisa dihindarkan jika dalam kongres tahunan hari ini ternyata mayoritas atau dua pertiga dari anggota PSSI menyetujui diadakannya KLB. ”KLB tentu tidak bisa digelar besok atau cepat. Butuh proses dan waktu, bisa berbulan-bulan. Namun, saya kira kongres besok (Minggu ini) menjadi momentum tepat perubahan itu,” kata Tommy yang juga dosen di Institut Teknologi Bandung.
Untuk perbaikan
Ketua Asprov Sulawesi Tenggara Sabaruddin Labamba mengatakan, kongres di Bali merupakan kesempatan anggota mengevaluasi kinerja pengurus PSSI. ”Yang jelas, saat ini ada ketidakpuasan terhadap kinerja (pengurus) PSSI. Jika memang diperlukan, KLB bisa menjadi pilihan untuk perbaikan PSSI,” ujarnya.
Dihubungi terpisah, mantan anggota Komite Eksekutif PSSI, Tonny Aprilani, menilai, wacana KLB bakal mendapat perlawanan dari para pengurus PSSI saat ini. ”Butuh para pendekar yang berani (menyuarakan KLB) karena saya yakin pengurus PSSI saat ini bakal mati-matian mempertahankan jabatan mereka,” ujar Tonny.
Ditemui terpisah, Sekretaris Jenderal PSSI Ratu Tisha Destria membantah adanya isu KLB. Ia mengatakan, selama ini tak ada permintaan formal dari para anggota PSSI tentang KLB itu. Adapun Edy Rahmayadi, ditemui kemarin malam di lokasi kongres, mengatakan, KLB hanya bisa dilakukan sesuai mekanisme atau statuta PSSI.
”Ya, silakan saja kalau memang voter menginginkan hal itu. Namun, KLB ada aturannya. Masa iya saya meninggalkan PSSI dalam kondisi yang sedang morat-marit seperti saat ini,” kata Edy. (JON)