JAKARTA, KOMPAS — Meskipun sempat melambat pada akhir tahun lalu, perbankan optimistis bisa memacu pengumpulan dana pihak ketiga atau DPK tahun ini. Berbagai instrumen akan dikerahkan guna menghimpun aliran dana yang awal tahun ini mulai deras masuk ke Indonesia.
DPK adalah dana milik masyarakat, baik dalam denominasi rupiah maupun valuta asing (valas), yang disimpan di bank dalam berbagai instrumen, di antaranya tabungan, giro, dan deposito. Dana yang dihimpun ini umumnya digunakan untuk pendanaan aktivitas sektor riil melalui penyaluran kredit.
Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), DPK perbankan per November 2018 mencapai Rp 5.405,4 triliun atau tumbuh 7 persen secara tahunan. Pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan pada Oktober 2018 sebesar 7,3 persen.
Akibat perlambatan itu, rasio kredit terhadap DPK atau rasio intermediasi (loan to deposit ratio/LDR) naik signifikan, dari 88,68 persen pada Oktober 2018 menjadi 93,71 persen di November 2018, melewati ambang batas rasio ideal 78-92 persen.
Direktur Keuangan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Panji Irawan mengakui perlambatan pertumbuhan DPK pada akhir 2018 menunjukkan gersangnya likuiditas. Tahun ini, pihaknya akan menyiapkan berbagai instrumen untuk menghimpun aliran dana asing yang sejak awal tahun mengalir deras ke Tanah Air.
”Tahun ini, tantangannya adalah menjaga rasio intermediasi. Tahun lalu (rasio intermediasi) hampir seluruh bank di atas 92 persen. Harapannya, pada tahun ini, inflow bisa menambah pasokan uang ke dalam negeri,” kata Panji saat dihubungi, Minggu (20/1/2018).
Pihaknya menargetkan pertumbuhan DPK pada 2019 sedikitnya mencapai 10 persen secara tahunan. Target ini sudah termasuk ke dalam rencana bisnis untuk mendukung ekspansi dan rencana aksi korporasi Bank Mandiri sepanjang 2019.
Direktur Consumer Banking PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Budi Satria menargetkan pertumbuhan DPK tahun 2019 pada kisaran 15-17 persen secara tahunan. Adapun posisi DPK sepanjang 2018 diproyeksikan Rp 230,5 triliun.
Hingga Oktober 2018, BTN berhasil menghimpun dana dari masyarakat sebesar Rp 194,3 triliun, atau tumbuh 13 persen secara tahunan. Adapun LDR hingga akhir tahun lalu diproyeksikan mencapai 105,75 persen.
”Untuk mencapai target yang dicanangkan tahun ini, BTN menyiapkan sejumlah strategi. Salah satunya dengan menggenjot penggunaan tabungan BTN Batara sebagai tabungan transaksional,” kata Budi.
Sementara itu, Direktur Keuangan PT Bank Maybank Indonesia Tbk Thilagavathy Nadason menargetkan pertumbuhan DPK pada kisaran 7-9 persen tahun ini. Target itu sejalan dengan upaya perbankan mendorong pertumbuhan kredit sebesar 10-11 persen. Adapun Presiden Direktur PT Bank OCBC NISP Tbk Parwati Surjaudaja menargetkan pengumpulan DPK tahun ini berkisar 10-15 persen.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Heru Kristiyana menyampaikan target pertumbuhan DPK pada 2019 pada kisaran 8-10 persen. Target itu sejalan dengan proyeksi pertumbuhan kredit industri perbankan Tanah Air yang tahun ini diperkirakan berkisar 10-12 persen.
Untuk mencapai target itu, BI dan OJK menempuh langkah-langkah konkret agar sektor riil turut tergerak, di antaranya pelonggaran giro wajib minimum (GWM) rata-rata. Berkurangnya kewajiban giro yang harus disetor perbankan ke BI akan membuat bank lebih leluasa memanfaatkan likuiditas.
Sejak pertengahan tahun lalu, BI pun telah melonggarkan aturan rasio pinjaman terhadap aset (LTV). Dengan pelonggaran ini, masyarakat yang ingin mengajukan kredit bisa memperoleh keringanan uang muka.