Bioskop Rakyat Hadir di Bangunan Cagar Budaya Purbalingga
›
Bioskop Rakyat Hadir di...
Iklan
Bioskop Rakyat Hadir di Bangunan Cagar Budaya Purbalingga
Oleh
Megandika Wicaksono
·4 menit baca
PURBALINGGA, KOMPAS — Bioskop Rakyat atau Biora inisiatif dari Cinema Lovers Community Purbalingga hadir di bangunan cagar budaya Kabupaten Purbalingga. Pada Sabtu (19/1/2019) malam, bioskop rakyat digelar di pelataran SMP Santo Borromeus, salah bangunan satu cagar budaya di Purbalingga, Jawa Tengah.
”Sejak awal pemutaran reguler bioskop rakyat bertujuan untuk terus mengampanyekan film-film alternatif di ruang-ruang alternatif khususnya bagi anak-anak muda di Purbalingga dan wilayah Banyumas Raya. Ini sekaligus memberikan ruang bersama pada bidang seni lain, yaitu musik dan sastra,” kata Direktur CLC Purbalingga Bowo Leksono, Minggu (20/1/2019), saat dihubungi dari Banyumas, Jawa Tengah.
Pada pergelaran itu diputarlah film dokumenter Mencari Soetedja. Kegiatan yang dimulai pukul 20.00 hingga pukul 22.00 itu diikuti sekitar 200 orang yang sebagian besar pelajar.
Mencari Soetedja merupakan film tentang tokoh musik Banyumas Raya yang diproduksi Jaringan Kerja Film Banyumas (JKFB), Cinema Lovers Community (CLC), dan Direktorat Sejarah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Lagu ciptaannya yang terkenal, yaitu ”Di Tepinya Sungai Serayu”, yang kini sering diputar di Stasiun Purwokerto, menyambut kedatangan kereta.
Seperti diberitakan Kompas (15/11/2018), Raden Soetedja Poerwadibrata adalah seorang komponis yang mendedikasikan hidupnya untuk bermusik. Ia sempat mengenyam pendidikan musik di konservatori musik Roma, Italia. Dia menciptakan ratusan lagu, di antaranya ”Tidurlah Intan”, ”Selamat Berjuang”, ”Keroncong Senja”, dan terakhir ”Melati Pesanku”.
Jejak langkahnya di seni musik tercatat bersama Orkes Melati yang kerap tampil di RRI Jakarta. Bowo Leksono menilai Soetedja merupakan tokoh pembaru musik kontemporer Indonesia yang tak banyak tercatat. Bowo lantas mengunjungi berbagai tempat, antara lain bekas kediaman Soetedja di Purwokerto dan Banjarnegara.
Film Mencari Soetedja ini masih terbentur minimnya literatur. Pencarian jejak dan karya Soetedja belum bisa dikatakan selesai. Diharapkan film dokumenter ini dapat memantik penelitian untuk memperoleh gambaran lebih detail tentang bagaimana jejak langkah Soetedja dalam kancah seni musik di Indonesia. ”Meninggal di usia relatif muda dan lemahnya dokumentasi karya di Indonesia membuat lagu-lagu Soetedja kurang dikenal pada masa sekarang,” ujar Bowo.
Saat diskusi film ”Mencari Soetedja” di SMP Santo Borromeus, Canggih Finalti yang merupakan guru musik di MAN Purbalingga sekaligus pendiri Harmoni Kerontjong Muda (HKM) Purbalingga mengatakan, lagu-lagu karya Raden Soetedja penting diperkenalkan kepada pelajar. ”Terutama sekolah yang terdapat pelajaran musik atau ekskul musik,” ujarnya.
Malam itu, suasana Bioskop Rakyat semakin meriah dengan diawali penampilan akustik dari ekstrakurikuler musik SMP Santo Borromeus serta pentas monolog dan puisi dari Komunitas Teater dan Sastra Perwira (Katasapa) yang dihangatkan suguhan kopi gratis dari Bela Beli Purbalingga.
Menurut Kepala SMP Santo Borromeus Agustinus Yulianto, pihaknya menyambut baik pergelaran Biora itu. ”Kami tidak sampai berdiskusi panjang untuk memberikan izin karena kami juga membutuhkan kegiatan positif seperti ini,” ujar Agustinus yang meminta siswa, wali siswa, dan alumni datang menonton.
Bangunan SMP Santo Borromeus yang berdampingan dengan bangunan Susteran Notre Dame adalah bagian dari 41 cagar budaya berdasarkan Surat Keputusan Bupati Purbalingga Nomor 432/226 Tahun 2018 tentang Penetapan Benda, Bangunan, Struktur, dan Situs sebagai Cagar Budaya di Kabupaten Purbalingga.
”Ada 41 cagar budaya di Purbalingga yang sudah ber-SK Bupati yang memang belum kami bagikan. Rencana pekan depan, kami berkonsultasi dengan Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah terkait dengan kegiatan pembagian itu,” ujar Kepala Seksi Sejarah, Cagar Budaya, dan Permuseuman Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purbalingga Sudino seperti disampaikan dalam siaran pers.
Di Purbalingga, selain SMP Santo Borromeus dan Susteran Notre Dame, sejumlah bangunan yang termasuk dalam cagar budaya antara lain Rumah Dinas Bupati, Rumah Dinas Wakil Bupati, Masjid R Sayyid Kuning, SMA Santo Agustinus, SMP N 1 Purbalingga, SD Kristen Bina Harapan, Rumah Joglo Arsawikrama, Gardu Belanda Desa Siwarak, Gardu Belanda Desa Tlahab Lor, dan Kantor Kecamatan Bukateja.
Bowo Leksono mengatakan, bulan depan Bioskop Rakyat berpindah lokasi ke bangunan cagar budaya lain di Purbalingga. ”Kami berencana memutar perdana film seri CLC yang baru berjudul Keluarga Pak Carik,” kata Bowo. Sebelumnya, Bioskop Rakyat digelar di lingkungan permukiman dan ruang terbuka seperti di lapangan desa.