SURABAYA, KOMPAS — PT Industri Kereta Api (Persero) kembali mengirim kereta ke Bangladesh Railway. Pengiriman atau ekspor kereta yang diperoleh dari proses tender senilai 100,89 juta dollar AS ini semakin mengukuhkan keunggulan industri strategis dalam negeri.
Pengiriman perdana sebanyak 15 kereta tipe broad gauge (BG) dilakukan melalui Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Timur, Minggu (20/1/2019), dan akan dikirim secara bertahap hingga Juli 2019. Adapun tender pengadaan kereta penumpang yang dimenangkan PT INKA pada 2017 sebanyak 250 kereta mengalahkan dua perusahaan dari China dan satu perusahaan dari India.
Pesanan tersebut terdiri dari 50 kereta tipe BG dan 200 kereta tipe meter gauge (MG). Perbedaan antara kedua tipe itu terletak pada lebar jalur yang digunakan. Untuk tipe BG digunakan untuk jalur dengan lebar 1,6 meter, sedangkan MG untuk jalur dengan lebar 1 meter. Kereta ini mampu berjalan dengan kecepatan hingga 160 kilometer per jam.
Direktur Utama PT Industri Kereta Api (INKA) Budi Noviantoro mengatakan, ekspor ke Bangladesh kali ini adalah yang ketiga kali. Sebelumnya pada 2016, PT INKA mengekspor 150 kereta dengan nilai kontrak 72,39 juta dollar AS dan pada 2006 mengekspor 50 kereta senilai 13,8 juta dollar AS ke Bangladesh.
”Pasar kereta api di Afrika masih terbuka lebar,” ujar Budi saat pengiriman batch-1 ekspor 15 dari 250 kereta penumpang produksi PT INKA ke Bangladesh.
Dia mengatakan, PT INKA sudah mampu bersaing di kancah internasional. PT INKA menjadi pemasok kereta api nomor satu di Bangladesh. Selain ke Bangladesh, PT INKA pernah memenuhi pesanan kereta ke luar negeri yang meliputi power generating car (PGC) dan gerbong barang ke Malaysia.
Selain itu, PT INK pernah mengirim well wagon ke Singapura, ballast hopper wagon (BHW) ke Thailand, lokomotif ke Filipina, dan blizzard centersills ke Australia. ”Saat ini, PT INKA sedang melakukan kontrak dengan Filipina,” ujar Budi.
Budi yang mengutip studi yang dilakukan Institut Teknologi Massachusetts mengatakan bahwa PT INKA merupakan salah satu industri kereta api yang cukup berprestasi di tingkat dunia. Studi itu mengatakan bahwa PT INKA menempati urutan empat besar di Asia dan peringkat kedelapan di dunia.
”Kereta buatan PT INKA yang dibangun di Madiun sudah memenuhi unsur tingkat komponen dalam negeri (TKDN) sebesar 65 persen,” kata Budi.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, prestasi yang dicapai PT INKA menunjukkan bahwa teknologi dari Indonesia di bidang perkeretaapian sudah diakui dunia. Produksi yang dicapai melalui proses tender membuktikan BUMN perkeretaapian ini mampu bersaing dengan pemasok kereta di tingkat internasional, termasuk dari China.
Dia berharap ekspor produk olahan seperti kereta bisa meningkat. Sebab, ekpor produk berbasis olahan dinilai memiliki daya tahan lebih kuat karena tidak terganggu dengan fluktuasi harga komoditas. ”Pemerintah terus mendukung industri strategis agar bisa menembus pasar luar negeri,” katanya.
Langkah yang dilakukan di antaranya memperkuat pendanaan melalui Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (Eximbank Indonesia). Langkah itu diambil agar industri strategis dalam negeri bisa memenangkan tender luar negeri dengan paket pembiayaan.
Direktur Eksekutif Eximbank Indonesia Sinthya Roesli menuturkan, selain PT INKA, pihaknya juga membantu pembiayaan BUMN lain, yakni PT Wijaya Karya dan PT Dirgantara Indonesia. ”Agar bisa memenangkan tender melawan perusahaan besar, seperti di China dan India, harus menggunakan paket pendanaan karena nilai kontraknya besar,” kata Sinthya.