JAKARTA, KOMPAS — Salah satu kader Partai Bulan Bintang, Ali Wardi, melaporkan pengeroyokan yang dia alami saat rapat pleno dukungan terhadap calon presiden dan wakil presiden periode 2019-2024 di Kantor Dewan Pimpinan Pusat PBB, Pasar Minggu, Jakarta, Sabtu (19/1/2019) malam. Ali mengaku dikeroyok sekitar 30 orang saat hendak melaksanakan ibadah.
Ali, didampingi tim kuasa hukum dan saksi mata kejadian, Senin (21/1/2019), melaporkan kejadian itu ke Markas Polres Jakarta Selatan. Tampak leher mantan Wakil Ketua Dewan Pimpinan Cabang Kabupaten Bogor itu disangga dengan gips berwarna putih. Seusai pengeroyokan, Ali mengaku mengalami lebam dan bengkak di seluruh tubuh, trauma di bagian leher sehingga harus disangga.
Kuasa hukum dalam kasus itu, Novel Bamukmin, menuturkan, Relawan Prabowo-Sandi Partai Bulan Bintang (Pas Lantang) mendampingi Ali Wardi dan Ridwan Umar yang menjadi korban pengeroyokan.
Relawan merasa prihatin terhadap aksi premanisme yang terjadi saat rapat pleno penentuan dukungan kepada capres dan cawapres itu. Dalam rapat pleno Sabtu malam itu, semua kader PBB yang datang belum sepakat tentang arah dukungan kepada capres-cawapres.
”Kami datang untuk memberikan dukungan dan masukan. Tetapi, yang terjadi justru beliau datang sudah disambut langsung dicari mana Ali Wardi? Dan, langsung dipukuli,” kata Novel.
Novel meminta supaya pihak kepolisian mengusut tuntas kasus itu dan mengungkap satu demi satu auktor intelektualis di balik peristiwa itu. Aksi kekerasan dan premanisme tidak bisa dibiarkan, apalagi terjadi di dalam DPP PBB.
Menurut Novel, Ali Wardi menjadi sasaran pengeroyokan karena termasuk kader yang paling kritis. Sebelum dikeroyok, Ali Wardi juga kerap menerima ancaman melalui pesan singkat. Diduga pengeroyokan itu sudah direncanakan secara terstruktur.
Wakil Sekretaris Jenderal DPP PBB Bidang Hukum dan HAM serta Ketua Tim Advokasi PAS Lantang Ismar Syafrudin menambahkan, indikasi lain kenapa Ali Wardi diancam adalah sebelum kejadian dia memasukkan surat ke DPP yang mendesak pembentukan tim khusus terhadap dugaan pelanggaran yang terjadi di DPP. Menurut Ismar, ada dua dugaan yang dilaporkan, yaitu masalah keuangan dan tindakan amoral yang dilakukan salah satu pengurus.
”Beliaulah (Ali Wardi) yang menandatangani surat itu. Kami khawatirkan ini ada hubungannya sehingga beliau sampai dipukuli,” kata Ismar.
Sementara Ali Wardi menduga keberpihakannya kepada capres dan cawapres tertentu membuat sebagian kader merasa tersinggung dan terusik sehingga dirinya menjadi sasaran.
”Visum rumah sakit RSPP Pertamina, saya juga menginap satu malam di situ,” kata Ali.
Laporan pengeroyokan itu juga sudah diterima Polres Jakarta Selatan, Senin (21/1/2019). Laporan masuk dengan nomor LP/173/K/I/PMJ/Restro Jaksel. Terlapor adalah Yosep Ferdinan atau Sinyo yang merupakan ajudan Ketua Umum PBB.
Sinyo dilaporkan karena ikut menyerang korban saat kejadian. Selain itu, keterangan dari Ali Wardi juga diperkuat dengan keterangan dua saksi korban yang lainnya, yaitu Ridwan dan Yunasdi. Keduanya ikut terpukul pada saat kejadian karena berada di dekat Ali Wardi. Namun, luka keduanya tidaklah parah.