ISLAMABAD, SENIN — Senator Amerika Serikat Lindsey Graham mendesak Presiden Donald Trump untuk bertemu dengan Perdana Menteri Pakistan Imran Khan dalam rangka mengakhiri konflik di Afghanistan yang telah berlangsung selama hampir 20 tahun. Perang di Afghanistan merupakan perang terlama AS di luar negeri.
Pesan itu disampaikan Graham setelah bertemu dengan Khan di Islamabad, Minggu (20/1/2019). ”Saya akan mendesak Trump untuk bertemu dengan Khan secepat mungkin. Khan merupakan motor penggerak perubahan yang saya nantikan,” kata Graham seperti dikutip Associated French Press. Ia yakin Trump dan Khan bisa cepat menjadi akrab karena keduanya memiliki kepribadian yang sama.
Hubungan antara AS dan Pakistan telah lama dinodai oleh kecurigaan bahwa Pakistan membantu Taliban dalam konflik di Afghanistan. Tuduhan oleh Washington itu dibantah Islamabad.
Hubungan antara AS dan Pakistan telah lama dinodai oleh kecurigaan bahwa Pakistan membantu Taliban dalam konflik di Afghanistan.
Trump pun pernah mengkritik Pakistan tidak cukup terlibat dalam mengatasi konflik di Afghanistan. Di sisi lain, Khan juga memiliki sikap kritis terhadap Trump dan kurang berniat bertemu dengannya.
Graham mengatakan bahwa Khan mendukung perdamaian di Afghanistan. ”Bersama Khan, kami memiliki kesempatan unik untuk mengubah hubungan kami (antara AS dan Pakistan) menjadi kemitraan strategis,” kata Graham.
Kunjungan Graham di Islamabad bersamaan dengan kunjungan Utusan Khusus AS untuk perdamaian di Afghanistan, Zalmay Khalilzad, beserta beberapa komandan militer tertinggi lainnya, seperti Komandan Komando Pusat AS Jenderal Joseph Votel. Sejak beberapa bulan terakhir, Khalilzad bolak-balik ke Islamabad untuk mencari dukungan terhadap proses perdamaian di Afghanistan.
Ada kemungkinan bahwa Islamabad bersedia menjadi tuan rumah pertemuan multilateral di antara semua pihak terkait, termasuk dengan perwakilan Taliban. Khalilzad belum mengumumkan kapan pertemuan itu akan digelar.
Menjelang Natal 2018, Trump memutuskan untuk menarik sekitar 7.000 anggota pasukan AS dari Afghanistan. Langkah itu mengejutkan serta mengecewakan Afghanistan yang terus meningkatkan upayanya untuk mengakhiri konflik dengan Taliban yang telah berlangsung selama 17 tahun. Pada hampir waktu yang sama, Trump juga memutuskan untuk menarik pasukannya dari Suriah.
Konflik di Afghanistan telah merugikan AS hingga ratusan juta dollar AS per tahun dan merupakan perang AS terlama di luar negeri. AS mulai terlibat di sana sejak adanya serbuan dari Uni Soviet pada 1979. (Kompas, 12/1/2019)
Konflik di Afghanistan telah merugikan AS hingga ratusan juta dollar AS per tahun dan merupakan perang AS terlama di luar negeri.
Namun, setelah 17 tahun perang, Taliban telah merebut kembali separuh negara, keamanan menjadi lebih buruk daripada sebelumnya, dan banyak warga Afghanistan menyalahkan AS.
Meskipun telah menelan raturan miliar dollar AS, operasi AS di sana belum menunjukkan kemajuan berarti. Taliban tetap kuat dan jumlah pasukan mereka bertambah, dari sekitar 16.000 personel pada 2001 menjadi 40.000 personel pada 2017.
Di sisi lain, Pemerintah Afghanistan juga kesulitan melawan Taliban. Kabul hanya mengontrol 55 persen dari 407 distrik di Afghanistan. Taliban mengendalikan hingga 15 persen dan sisanya diperebutkan Taliban-Kabul.