Tahun Politik, Penyaluran Kredit Tetap Menjanjikan
›
Tahun Politik, Penyaluran...
Iklan
Tahun Politik, Penyaluran Kredit Tetap Menjanjikan
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perbankan optimistis permintaan pembiayaan dari pelaku usaha tetap tinggi pada tahun Pemilu 2019 yang digelar serentak antara pemilu legislatif dan pemilu presiden. Meski begitu, pertumbuhan penyaluran kredit setelah adanya kepastian sosok presiden terpilih diyakini akan lebih tinggi dibandingkan dengan sebelumnya.
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk Jahja Setiaatmadja mengatakan, tahun politik seharusnya tidak diasumsikan sebagai masa tunggu pelaku usaha untuk berinvestasi. Pasalnya, secara historis, mayoritas agenda pemilu berjalan dalam kondisi aman.
”Pengusaha justru malah akan rugi kalau menahan diri akibat kekhawatiran stabilitas keamanan dan politik di sepanjang periode pemilu,” ujar Jahja saat dihubungi, Senin (21/1/2018).
Meski optimistis pelaku usaha tidak akan menahan ekspansi, tahun ini BCA menargetkan pertumbuhan kredit sekitar 10 persen secara tahunan, atau cenderung melambat dibandingkan dengan pertumbuhan kredit sepanjang 2018 yang diperkirakan berada di kisaran 15 persen secara tahunan.
Jahja mengatakan, target pertumbuhan kredit yang lebih rendah dibandingkan dengan capaian tahun sebelumnya tidak ada hubungannya dengan tahun politik. Menurut dia, memasang target pertumbuhan kredit yang tinggi di awal tahun dapat membuat kantor wilayah agresif dan kurang hati-hati dalam menyalurkan kredit.
Pertumbuhan penyaluran kredit setelah adanya kepastian sosok presiden terpilih diyakini akan lebih tinggi dibandingkan dengan sebelumnya.
Sekretaris Perusahaan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Ryan Kiryanto mengemukakan, tahun politik tidak membuat debitor cenderung menunggu untuk mencari pendanaan. Menurut dia, permohonan kredit yang masuk ke BNI pada awal tahun ini masih cukup tinggi.
Pertumbuhan kredit BNI pada tahun ini ditargetkan pada level 13-15 persen. Target ini cenderung stagnan dan tidak terlalu optimistis jika dibandingkan dengan target tahun sebelumnya. ”Kondisi likuiditas menjadi pertimbangan utama target konservatif,” ujar Kiryanto.
Saat mengunjungi Redaksi Harian Kompas, pekan lalu, Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, pihaknya tahun ini akan menerbitkan obligasi dengan nilai emisi mencapai Rp 40 triliun untuk mendukung ekspansi kredit yang ditargetkan tumbuh 12-14 persen.
Pria yang akrab disapa Tiko ini mengatakan, sepanjang tahun 2018 pertumbuhan kredit Bank Mandiri mencapai 12 persen secara tahunan. ”Kami optimistis dengan kinerja ekonomi dan kinerja industri perbankan nasional di sepanjang 2019,” ujarnya.
Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Suprajarto mengatakan, selama dua pekan pertama tahun 2019, semua lini usaha bisnis kredit masih terpantau normal. Bahkan, dia memprediksi kinerja kredit pada triwulan I-2019 lebih baik dibandingkan dengan pertumbuhan periode yang sama tahun lalu sebesar 11,2 persen.
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira, mengungkapkan, meski para bankir optimistis tahun politik tidak mengganggu penyaluran kredit, fakta menunjukkan pada akhir tahun lalu penyaluran kredit melambat.
Berdasarkan data Bank Indonesia, pertumbuhan kredit yang disalurkan kepada pelaku usaha melambat per November 2018 sebesar Rp 5.185,5 triliun atau tumbuh 11,9 persen secara tahunan. Pertumbuhan kredit ini lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan pada Oktober 2018 yang sebesar 13,1 persen.
Padahal, lanjut Bhima, sejak Januari hingga Oktober, seluruh segmen debitor diselimuti tren positif. Ia memprediksi perlambatan pertumbuhan kredit, khususnya pada segmen produktif, hanya akan berlangsung setidaknya hingga pertengahan tahun.
”Setelah itu, debitor mulai melihat prospek kebijakan presiden dan wakil presiden terpilih dan mengalkulasikan dampaknya terhadap bisnis mereka,” ujarnya.