JAKARTA, KOMPAS — Hari Gizi Nasional yang akan jatuh pada 25 Januari 2019 masih dilingkupi banyak masalah kesehatan, terutama kesehatan anak. Indikator kesehatan anak yang terkait dengan gizi menunjukkan perbaikan, tetapi masih belum ideal jika mengacu pada batas masalah kesehatan dari Organisasi Kesehatan Dunia (2010).
Menurut Riset Kesehatan Nasional (Riskesdas) 2013, angka anak balita gemuk menurun dari 11,9 persen pada 2013 menjadi 8 persen pada 2018. Angka itu belum menyentuh batas masalah kesehatan WHO soal bayi gemuk, yakni 5 persen.
Selain itu, angka stunting atau tubuh pendek akibat kurang gizi kronik juga tidak menunjukkan penurunan berarti. Angka anak balita stunting menurun dari 37,2 persen pada 2013 menjadi 30,8 pada 2018. Angka itu masih jauh dari batas masalah kesehatan WHO (2010), yakni 20 persen.
Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Kirana Pritasari mengatakan, persoalan kesehatan berkaitan dengan banyak pihak. Untuk intervensi berbagai masalah kesehatan itu, Kirana mengatakan, pemerintah telah membuat kebijakan dalam percepatan perbaikan gizi, salah satunya dengan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat.
”Untuk intervensi masalah kesehatan itu, semua kementerian diharapkan mendukung, termasuk dukungan infrastruktur, seperti air, kesehatan, dan pendidikan,” kata Kirana pada konferensi pers Hari Gizi Nasional ke-59 di Jakarta, Jumat (18/1/2019).
Selain itu, pihak swasta juga digandeng untuk mempercepat perbaikan gizi di Indonesia. Selain melalui program tanggung jawab sosial perusahaan(CSR), pihak swasta juga diajak untuk berperan aktif dalam program. Kirana mencontohkan, sebuah perusahaan otomotif ikut membantu dalam program air bersih.
Untuk persoalan stunting, pada 2019 ada 160 kabupaten dan kota di Indonesia yang mendapat perhatian Kemenkes. Jumlah itu bertambah 60 kabupaten dan kota dibandingkan tahun 2018.
”Kami memberi perhatian kabupaten dan kota yang memiliki prevalensi tinggi dan pemerintah daerah juga memiliki komitmen yang baik untuk melakukan upaya penanggulangan,” ujar Kirana.
Kirana mengatakan bahwa masalah obesitas pada anak terkait erat dengan gaya hidup. Asupan energi banyak yang tidak diimbangi dengan aktivitas cukup menjadi salah satu penyebabnya. Melalui Germas, Kirana mengatakan, Kemenkes bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk membuat peningkatan aktivitas fisik anak.
”Pemantauan kesehatan dilakukan secara periodik satu tahun sekali. Pencegahan adalah hal utama yang perlu dilakukan. Kalau tidak dilakukan, anak lebih banyak konsumsi nasi, tetapi tidak beraktivitas cukup, itu akan menjadi lemak,” kata Kirana.
Direktur Gizi Masyarakat Kemenkes Doddy Izwardy mengatakan bahwa kasus stunting terdapat hampir di semua provinsi. Hal itu terjadi pada penduduk yang mapan secara ekonomi dan tidak. Pendidikan dan akses terhadap berbagai faktor yang menunjang kesehatan perlu diupayakan lebih baik.
”Diperlukan kerja sama antarinstansi, melalui program Keluarga Berencana, Air Bersih, dan Jaminan Kesehatan Nasional sebagai perlindungan biaya masyarakat yang sakit,” kata Doddy ketika dihubungi.
Ketua Indonesia Sport Nutritionist Association Rita Ramayulis mengatakan bahwa persoalan asupan gizi dan gaya hidup anak menjadi faktor utama kesehatan anak. Orangtua berperan penting agar anak terhindar dari persoalan obesitas.
”Obesitas pada anak perlu mendapat perhatian orangtua, terutama terkait energi yang dia makan, energi yang dikeluarkan, dan pemahaman terkait apa yang anak makan,” kata Rita ketika dihubungi.
Rita mengatakan, orangtua perlu memperhatikan pembagian waktu anak. Ketika terlalu banyak kegiatan di ruang kelas, anak perlu dibiasakan untuk melakukan aktivitas fisik bersama keluarga. Hal itu sebagai upaya untuk membakar energi yang dikonsumsi anak dan membiasakan anak beraktivitas fisik.
Dalam rangka memperingati Hari Gizi Nasional ke-59 tahun 2019, Kemenkes mengusung tema ”Membangun Gizi Menuju Sehat Berprestasi” untuk mengampanyekan hidup sehat di Indonesia. Kegiatan itu sudah dilaksanakan sejak 14 Januari sampai pertengahan tahun 2019.
Kegiatan itu melingkupi konseling gizi di daerah, penyuluhan gizi seimbang, lomba masak, bazar makanan, olahraga bersama, pemeriksaan kesehatan, dan berbagai lomba terkait kesehatan nasional. (SUCIPTO)