JAKARTA, KOMPAS--PT Pertamina EP, anak usaha PT Pertamina (Persero), mengandalkan metode penyuntikan air dan bahan kimia untuk meningkatkan produksi minyak di lapangan-lapangan tua. Perusahaan menghadapi tantangan produksi yang kian merosot pada lapangan-lapangan minyak yang sudah berumur di atas 50 tahun. Namun, metode tersebut berhadapan dengan tantangan harga minyak yang rendah.
Pada 2018, produksi minyak di lapangan-lapangan yang dikelola Pertamina EP mencapai 79.690 barrel per hari atau lebih tinggi dari realisasi 2017 yang sebanyak 77.000 barrel per hari. Adapun produksi gas bumi tahun lalu mencapai 1.017 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) atau melampaui target yang sebanyak 986 MMSCFD. Produksi minyak Pertamina EP di urutan ketiga di Indonesia setelah Blok Rokan yang dikelola Chevron dan Blok Cepu yang dikelola ExxonMobil.
"Untuk pertama kalinya di Indonesia, kami menyuntikkan bahan kimia di Lapangan Tanjung (Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan) untuk proyek uji coba. Cara ini dapat meningkatkan produksi sampai 60 persen," kata Direktur Utama Pertamina EP Nanang Abdul Manaf di Jakarta, Selasa (22/1/2019).
Pengurasan minyak dengan metode penyuntikan air (water flood) atau dengan bahan kimia adalah bagian dari cara pengurasan minyak tingkat lanjut (enhanced oil recovery/EOR). Penerapan EOR dengan sistem penyuntikan air diterapkan di sejumlah wilayah operasi Pertamina EP, antara lain di Kuala Simpang Barat, Aceh. Di wilayah itu, produksi minyak naik 107 persen atau menjadi 2.495 barrel per hari dan gas naik 142 persen menjadi 3,91 MMSCFD pada 2017.
Direktur Pengembangan Pertamina EP John Simamora menambahkan, perusahaan mempertimbangkan faktor keekonomian dalam penerapan EOR. Sejauh ini, ongkos operasi metode water flood masih lebih murah ketimbang penggunaan bahan kimia. Cadangan minyak yang tersisa dan harga minyak adalah faktor penting dalam pertimbangan penerapan EOR.
"Kami masih fokus pada pengurasan minyak dengan metode water flood. Perlu kajian lebih lanjut untuk penggunaan bahan kimia. Salah satunya, pertimbangan harga minyak. Dengan harga minyak sekarang ini (kurang dari 60 dollar AS per barrel), penggunaan bahan kimia tidak cukup ekonomis," ujarnya.
Untuk kinerja tahun ini, Pertamina EP masih akan mempertahankan program pengembangan sumur, metode kerja ulang (work over), dan perawatan sumur (well service). Target produksi minyak Pertamina EP di 2019 adalah 85.000 barrel per hari dan produksi gas sebanyak 960 MMSCFD.
Bagi Pertamina selaku perusahaan induk, produksi minyak 2018 naik menjadi 291.000 barrel per hari atau naik dari kinerja 2017 yang sebanyak 238.000 barrel per hari. Adapun produksi gas 2018 adalah 2.763 MMSCFD atau naik dari realisasi 2017 yang sebanyak 1.760 MMSCFD. Tahun ini produksi minyak ditargetkan 302.000 barrel per hari dan gas bumi 2.643 MMSCFD.
Berdasarkan catatan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), target rasio penggantian cadangan (reserve replacement ratio/RRR) tahun ini sebesar 100 persen. Artinya, setiap 1 barrel minyak yang diproduksi berhasil ditemukan jumlah cadangan terbukti minyak sebanyak 1 barrel. Sebanyak 45 rencana pengembangan lapangan (plan of development/PoD) disetujui sepanjang tahun 2018, memberikan tambahan cadangan migas terbukti sekitar 831,5 juta barel setara minyak.
“Penemuan cadangan baru sangat dibutuhkan untuk mempertahankan produksi migas saat ini, serta menjamin pasokan energi migas Indonesia,” ujar Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto beberapa waktu lalu.