Regenerasi di Polri terus bergulir. Lulusan Akpol angkatan di atas 1987 mulai mendapat kepercayaan menduduki berbagai posisi strategis di institusi Polri.
Jakarta, Kompas – Regenerasi di tubuh Kepolisian Negara RI terus dihadirkan Kepala Kepolisian Negara RI Jenderal (Pol) Tito Karnavian. Lulusan akademi kepolisian di atas tahun 1987 mulai mendapat kepercayaan untuk menduduki jabatan utama yang berpangkat bintang tiga dan bintang dua. Langkah itu dinilai sebagai harapan Polri untuk lebih tangguh menghadapi tantangan perkembangan ancaman keamanan yang lebih dinamis.
Pada pekan ini, Tito mengganti Komisaris Jenderal (Komjen) Lutfi Lubihanto yang menjabat sebagai Kepala Badan Intelijen dan Keamanan Polri. Lulusan akademi kepolisian (akpol) tahun 1984 itu diganti karena memasuki masa pensiun pada bulan ini.
Pergantian Lutfi membawa dampak promosi bagi Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya Inspektur Jenderal Idham Azis. Pasalnya, posisi Lutfi akan diisi oleh Komjen Unggung Cahyono, sedangkan jabatan Kepala Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Polri akan diamankan kepada Kepala Badan Reserse Kriminal Polri Komjen Arief Sulistyanto. Alhasil, Idham menerima promosi untuk menduduki Kepala Bareskrim Polri.
Dari hasil promosi terbaru itu, maka pati paling senior yang menduduki jabatan bintang tiga ialah Inspektur Pengawasan Umum Polri Komjen Putut Ekobayuseno yang merupakan lulusan akpol 1984. Putut akan memasuki masa pensiun Mei 2019.
Pejabat utama Polri berpangkat bintang tiga senior lainnya ialah Wakil Kepala Polri Komjen Ari Dono Sukmanto dan Unggung yang lulusan Akpol 1985. Kemudian, Kepala Badan Pemelihara Keamanan Polri Komjen Moechgiyarto adalah lulusan Akpol 1986, lalu lulusan akpol 1987 diwakili oleh Arief, serta Idham yang menjadi lulusan akpol 1988.
Menurut Sekretaris Komisi Kepolisian Nasional Bekto Suprapto, sebagai pemimpin tertinggi Polri, Tito bertanggung jawab untuk melakukan regenerasi di kelembagaan Polri, sekaligus menyiapkan suksesornya.
“Meskipun dari sisi usia Tito masih dapat bertugas lebih dari tiga tahun, ia memiliki kewajiban untuk menyiapkan pimpinan Polri di masa mendatang,” kata Bekto, Rabu (23/1/2019), di Jakarta.
Arief dan Idham yang relatif “junior” untuk jabatan utama Polri, Bekto menekankan, tetapi mereka memiliki rekam jejak dan kompentensi untuk membawa perbaikan di Polri melalui tugas baru mereka. Arief, lanjutnya, memiliki kemampuan untuk membenahi pendidikan Polri, sedangkan jam terbang tinggi Idham di bidang reserse menjadi modal berharga sebagai pemimpin Bareskrim Polri.
Siapkan pengganti
Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Strategis Kepolisian Indonesia Edi Hasibuan menilai, memasuki tahun ketiga sebagai kepala Polri, Tito perlu memberi kepercayaan kepada para pati muda. Tidak hanya untuk regenerasi organisasi, tetapi Polri juga butuh pemimpin muda yang energik dan mudah menyesuaikan diri terhadap perubahan yang dinamis.
“Sudah waktunya para pati yang relatif muda mengisi jabatan utama Polri. Mereka yang mengisi jabatan utama itu merupakan sosok yang berkompetensi, sehingga diharapkan mampu menjawab tantangan masyarakat untuk meningkatkan profesionalisme dan pelayanan kepolisian,” kata Edi.
Sementara itu, di sejumlah jabatan untuk jenderal bintang dua telah mulai diisi oleh pati lulusan akpol 1991. Sebut saja, Kepala Divisi Profesi Pengamanan Polri Irjen Listyo Sigit Prabowo, Kepala Divisi Humas Polri Irjen M Iqbal, dan Kepala Polda Banten Irjen Tomsi Tohir.
Sementara itu, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal (Pol) Dedi Prasetyo mengatakan, pergantian pejabat utama, terutama Kepala Bareskrim Polri, merupakan kebutuhan organisasi Polri. “Seluruh pati Polri memiliki kesempatan yang sama untuk meningkatkan kinerja organisasi,” kata Dedi.
Selain untuk pengabdian, tambah Dedi, regenerasi di tubuh Polri juga diharapkan untuk menambah pengetahuan dan pengalaman kepada seluruh personel Polri. Ia pun memastikan, mutasi dan promosi itu tidak berkaitan dengan Pemilu 2019.