JAKARTA, KOMPAS—Ajang lari Borobudur Marathon mendapatkan sukses besar sepanjang 2018. Setidaknya, lomba lari yang mulai dirintis sejak 2012 itu telah mendapatkan sejumlah penghargaan bergensi di dunia lari nasional.
Ajang tersebut dinilai punya potensi menjadi lebih besar di kemudian hari, termasuk pada 2019. Hanya saja, segenap pihak, terutama pemerintah daerah dan pusat perlu ambil bagian untuk mendukung ajang itu agar bisa berkembang menjadi lebih besar. Tak hanya untuk olahraga semata, sejatinya ajang itu sudah menjelma sebagai alat promosi wisata dan budaya Magelang maupun Jawa Tengah.
Majalah lari berbasis daring Run Hood menobatkan Borobudur Marathon sebagai half marathon dan marathon terbaik di Indonesia pada 2018. Mereka pun menobatkan medali Borobudur Marathon sebagai medali terbaik tahun lalu.
Baru-baru ini, komunitas lari nasional Indo Runner juga menobatkan Borobudur Marathon sebagai ajang marathon terfavorit pada 2018. Di luar kegiatan lari, Kementerian Pariwisata menempatkan Borobudur Marathon sebagai 10 ajang wisata bergengsi nasional untuk 2019.
Pariwisata
Direktur Utama Bank Jateng Supriyatno seusai Malam Apresiasi Borobudur Marathon di Jakarta, Selasa (12/2/2019), mengatakan, ajang yang diikuti 10.000 peserta, termasuk 205 pelari dari 30 negara itu memang sudah menjadi bagian penting dalam pengembangan sektor pariwisata Magelang maupun Jawa Tengah. Ajang itu turut membuat penginapan di Magelang penuh. Peserta pun membelanjakan uangnya di Magelang.
Bank Jateng, sebagai sponsor utama, mencatat terjadi peningkatan perputaran uang akibat ajang itu, yakni dari sekitar Rp 15 miliar pada 2017 menjadi sekitar Rp 21 miliar pada 2018.
”Kami memprediksi Borobudur Marathon bisa terus berdampak positif terhadap perputaran uang di Magelang. Pada 2019, uang yang berputar bisa meningkat hingga Rp 30 miliar,” ujarnya.
Ketua Yayasan Borobudur Marathon Liem Chie An sebagai pemrakarsa ajang ini mengutarakan, pihaknya optimistis Borobudur Marathon bisa menjadi ajang marathon dunia. Sebab, ajang itu punya daya tarik besar yang bisa dijual dan unik, yakni alam perdesaan Magelang dan candi terbesar di dunia, Candi Borobudur.
Namun, Liem melanjutkan, pihaknya dan sponsor tidak mungkin berdiri sendiri. Mereka patut didukung semua pihak, terutama pemerintah daerah dan pusat. Saat ini, ajang itu memang butuh jalur atau jalan yang bisa menampung lebih dari 10.000 pelari.
Mereka pun butuh pengawalan lebih ketat sepanjang ajang berlangsung. Di sisi lain, mereka butuh komitmen masyarakat untuk membuat ajang benar-benar steril saat berlangsung. Selain itu, ajang tersebut butuh didukung akomodasi yang besar agar bisa menampung lebih banyak pesertanya.
”Kami butuh sekali dukungan pemerintah daerah dan pusat. Apalagi ajang ini bukan lagi ajang komersial semata, tetapi sudah menjadi bagian promosi wisata dan budaya Magelang maupun Jawa Tengah. Bahkan, bisa menjadi alat promosi wisata Indonesia,” tuturnya.
Borobudur Marathon 2019 akan digelar pada 17 November. Pembukaan pendaftarannya akan dilakukan pada 14 Februari. ”Kami optimistis ajang ini bisa menjadi salah satu seri lari marathon dunia di kemudian hari. Namun, sejak sekarang, semua pihak harus saling dukung,” kata Wakil Pimpinan Umum Harian Kompas Budiman Tanuredjo, mewakili Kompas yang bersama Bank Jateng menjadi penyelenggara ajang ini.