Pascapesta demokrasi, sukarelawan Prabowo-Sandiaga akan melanjutkan perjuangan dan sebagai kekuatan penyeimbang. Sebaliknya, sukarelawan Jokowi-Amin akan melanjutkan berbagai tugas advokasi di tengah masyarakat.
Dalam waktu 64 hari, perjalanan Pemilu 2019 tiba di garis finis. Konsolidasi pasca-pemilu menanti calon presiden dan wakil presiden terpilih. Tarikmenarik kepentingan politik pun akan mewarnai panggung elite. Lantas ke mana para sukarelawan berlabuh pascapesta demokrasi berakhir?
Seiring janji Prabowo-Sandiaga yang menjadikan kalangan emak-emak perhatian utama, Ketua Umum Nasional Partai Emak-emak Pendukung Prabowo-Sandiaga (Pepes) Wulan mengatakan, pihaknya akan melanjutkan perjuangan meningkatkan bidang usaha mikro, kecil, dan menengah bagi kalangan ibu rumah tangga di Indonesia setelah pemilu.
Jika Prabowo-Sandiaga menang, ia berharap kebijakan ekonomi pasangan itu bisa mendukung peningkatan kehidupan para perempuan, termasuk memudahkan kegiatan UMKM.
Oleh karena itu, Pepes berkomitmen menjadi kekuatan penyeimbang pemerintahan Prabowo-Sandiaga. ”Kalau Pak Prabowo presiden dan harga telur naik-turun, kami juga akan ’berteriak’ atas kebijakan itu,” kata Wulan.
Karena itu, Wulan menyatakan, dirinya tak berharap menerima imbalan. Ia menekankan kepada semua koordinator dan anggota Pepes yang berjumlah sekitar 3.000 orang untuk berjuang dengan hati memenangkan Prabowo.
Sementara sukarelawan Joko Widodo dan Ma’ruf Amin pun ikhtiarnya sama.
”Kami ini perpanjangan mata, kaki, telinga, mulut, dan tangan calon presiden. Kami ini ’Jokowi-Jokowi’ yang tersebar di mana-mana,” ujar Ali Sya’roni, pendiri gerakan sukarelawan We Love Jokowi dan Gerakan Relawan untuk Demokrasi.
Ali mengatakan, para sukarelawan We Love Jokowi yang tersebar di 34 provinsi tak berharap pamrih. Pilpres berakhir bukan berarti perjuangan sukarelawan ikut usai. Jika Jokowi kembali menjabat, sukarelawan di daerah-daerah ingin jadi kekuatan penyeimbang dan pengawas pemerintahan. Jika Jokowi melenceng dari komitmennya, tugas para sukarelawan mengkritik, tak hanya mendukung membabi-buta.
Untuk itu, gerakan kerelawanan tetap bertahan dan mengambil bentuk lebih permanen menyelesaikan berbagai tugas advokasi di tengah masyarakat yang diperjuangkan selama kampanye dan belum tuntas. Sukarelawan juga akan jadi ”pemantau” di daerah atas jalannya pemerintahan. ”Ketika Jokowi ingin ciptakan pemerintahan bersih, kami akan membantu awasi pemerintahan. Sukarelawan tetap akan jadi sukarelawan, biar presiden jalankan tugasnya, kami laksanakan tugas kami,” katanya.
Di sisi lain, gerakan sukarelawan juga bisa jadi batu loncatan meniti karier politik. Beberapa sukarelawan ada yang berikhtiar terjun ke dunia politik praktis. Mereka siap bergabung dengan partai politik dan suatu hari maju jadi calon anggota legislatif.
”Macam-macam partai diincar, ada yang basisnya PDI-P, PPP, dan lainnya, masing-masing punya ikatan emosional dan preferensi politik sendiri, tak ada yang memaksa ke satu partai, wadah politiknya bisa bermacam-macam,” ujarnya.
Dibutuhkan
Dalam makalah berjudul ”Fenomena Relawan Politik dalam Kontestasi Presidensial 2014” di Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, November 2014, Bambang Arianto menyimpulkan, publik butuh sukarelawan politik terlembaga dengan baik. Di dalamnya sukarelawan bergerak, berinisiatif, memobilisasi, dan mengelola sumber daya tanpa intervensi.
Berbeda dengan di Indonesia yang baru marak pada 2014, sukarelawan politik di sebagian negara, seperti Amerika Serikat, ada sejak puluhan tahun lalu. Dalam instrumen Volunteer Functions Inventory, ada kesesuaian antara partisipasi kerelawanan dan pendekatan fungsional dalam motivasi. Bukti sukarelawan dipandang fenomena serius di AS terlihat dari berbagai manual khusus sukarelawan kampanye politik.
Contohnya The President and Fellows of Harvard College pada 2007 yang menyebutkan ada peringatan agar kontribusi, kehadiran, dan waktu yang diberikan sukarelawan jangan dimaknai semata-mata menciptakan koneksi pasca-pemilu berakhir. ”Tetap tundukkan kepala ke bawah dan selesaikan pekerjaan Anda”, demikian panduan itu.
Panduan yang sama sebaiknya diyakini sukarelawan di pemilu kali ini. Tetap tundukkan kepala ke bawah dan tuntaskan pekerjaan. Jika perlu sampai selepas kontestasi pemilu rampung dan peluit tanda berakhirnya pertandingan berbunyi.