Kompetisi untuk Tingkatkan Layanan
Airport Council International (ACI) pertengahan tahun lalu merilis Bandara Heathrow di London, Inggris, menjadi bandara tersibuk ke-7 dunia. Jumlah penumpang yang dilayani bandara mencapai 78 juta pada tahun 2017. Di Eropa, Heathrow menjadi bandara tersibuk mengalahkan Charles de Gaulle di Paris, Perancis dan Schipol di Amsterdam, Belanda.
Walaupun menjadi bandara tersibuk, bukan berarti pengawasan terhadap penumpangnya bisa sedikit longgar. Bahkan petugas di bandara itu seolah tidak peduli, melihat antrean yang mengular panjang karena pemeriksaan yang super ketat.
Ketatnya pemeriksaan ini dilakukan karena operator Bandara Heathrow yakni Heathrow Airport Holdings Limited adalah perusahaan swasta. Begitu juga dengan pengatur lalu lintasnya, National Air Traffic Service (NATS), adalah perusahaan swasta. Inggris tidak khawatir, bandara terbesarnya dan pengatur lalu lintasnya dipegang oleh swasta.
Head of International Client Relations and Government Affairs NATS Chris Danner mengatakan, perusahaannya harus memenangkan kompetisi yang sangat ketat. NATS harus bisa menjaga keseimbangan antara kapasitas, keselamatan, dan pendapatan.
“Bagaimana kami harus terus meningkatkan kapasitas dan kemampuan kami, menjaga keselamatan penerbangan, dan juga meningkatkan pendapatan kami. Ini sebuah segitiga yang harus dijaga keseimbangannya,” kata Danner.
Tingkat kesulitan yang dihadapi NATS, tidak hanya soal teknis untuk meningkatkan kapasitas. NATS juga harus menghadapi persoalan lingkungan, dimana masyarakat di sekitar bandara harus dilindungi dari polusi kebisingan.
Hal inilah yang membuat, Bandara Heathrow, walaupun menjadi bandara tersibuk, jam operasionalnya tidak 24 jam. Bandara ini hanya beroperasi dari pukul 06.00 sampai pukul 23.00. “Oleh karena itu kami harus mampu mengatur, bagaimana pesawat dari berbagai macam maskapai dunia ingin berangkat dari London atau menuju ke London pada waktu yang bersamaan. Sebagian besar dari mereka, ingin berangkat pada pagi hari dan datang pada sore hari,” ujar Danner.
Kemampuan mengatur menjaga ketiga hal di atas, yang menjadi kunci bagi NATS untuk memenangi persaingan di dunia. “Pesaing kami adalah seluruh operator lalu lintas udara di seluruh dunia. Jadi standar yang harus kami capai pun harus standar dunia yang sangat tinggi,” kata dia.
Dengan kompetisi ini, maka semua bandara di Inggris diatur oleh operator yang berbeda-beda. Setiap kurun waktu tertentu dilakukan tender untuk mengelola bandara dan lalu lintas udara. Namun untuk NATS, selain mengatur beberapa bandara di Inggris, NATS juga mengatur lalu lintas di ruang udara milik Inggris, yakni Flight Information Region (FIR) dan kontrol untuk lalu lintas pesawat militer Kerajaan Inggris.
General Manager NATS di Manchester Airport John Mayhew mengatakan, pihaknya diharuskan bisa mengatur lalu lintas udara sehingga pemanfaatan landasan menjadi maksimal. “Memang, pemanfaatan kapasitas landasan bisa maksimal juga harus dibantu oleh pemangku kepentingan yang lain, seperti maskapai misalnya,” jelas Mayhew.
Dia menjelaskan, setelah mendarat, pilot diminta hanya berada di landasan selama 20 detik. Dia harus segera meninggalkan landasan, agar bisa digunakan oleh pesawat lain. Oleh karena itu petugas control udara harus bisa mengatur aliran pesawat di lapangan.
Oleh karena itu petugas control udara harus bisa mengatur aliran pesawat di lapangan.
“Ada juga pilot-pilot yang setelah mendarat tidak segera keluar dari landasan. Kami akan catat, lalu kami akan undang maskapai dalam sebuah pertemuan besar dan menjelaskan masalah ini,” ujar dia.
Sekretaris Perusahaan Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia atau AirNav Indonesia Didiet KS Radityo mengatakan, waktu 20 detik yang diberikan oleh NATS sangatlah singkat. Biasanya pilot-pilot yang mendarat di Bandara Internasional Soekarno Hatta memerlukan waktu 60 detik untuk keluar dari landasan.
“Selain keahlian petugas kontrol udara, juga diperlukan infrastruktur di lapangan, teknologi untuk bisa mencapai kapasitas maksimal, dan juga disiplin pilot,” kata Didiet.
Business Development Director NATS Andy Head mengatakan, untuk memenangi persaingan dengan operator lain, NATS terus mengembangkan teknologi yang dimilikinya. Saat ini NATS sedang mengembangkan teknologi Time Base Separation (TBS) dan Menara Digital. TBS adalah teknologi yang menjaga agar kapasitas landasan bisa tetap terjaga, walaupun ada kejadian di landasan.
Saat ini NATS sedang mengembangkan teknologi Time Base Separation (TBS) dan Menara Digital.
"Misalnya ada pesawat yang mengalami gangguan saat berada di landasan, tidak harus membuat landasan itu ditutup sepenuhnya, sehingga pesawat lain harus batal terbang atau dialihkan. Dengan teknologi TBS, kami bisa mengatur jarak antarpesawat sehingga landasan itu tetap bisa melayani pesawat lain dengan lebih maksimal," kata Heat.
Sedangkan teknologi Menara Digital adalah menggunakan sistem yang bisa mengendalikan beberapa bandara sekaligus dalam satu sistem. Teknologi ini cocok untuk bandara-bandara kecil yang tersebar di sebuah wilayah, seperti bandara-bandara di Papua. Menara Digital merupakan sebuah revolusi di dalam dunia kontrol lalu lintas udara. Dengan kecerdasan artificial yang digunakannya, petugas kontrol (ATC) tidak lagi menemukan kendala dengan jarak pandang karena dibantu oleh kamera berteknologi tinggi ditambah dengan peralatan pengirim data berkecepatan tinggi. “Dengan teknologi itu petugas ATC bisa mendapatkan semua informasi yang ada di lapangan dengan cepat,” jelas Head.
Saat ini NATS sedang mempersiapkan penggunaan Menara Digital di Bandara London City, dan akan mulai dioperasikan pada tahun 2020. Head mengatakan, NATS sudah mempersiapkan semua kemungkinan buruk yang bisa terjadi, seperti gangguan pada kamera dan jaringan, agar digital tower ini bisa tetap beroperasi dengan maksimal. Saat ini, NATS juga bekerja sama dengan Searidge Technology untuk membuat demo Menara Digital di Bandara Changi, Singapura.
Kembali ke segitiga yang seimbang, ketika kapasitas terus ditingkatkan dengan teknologi, maka keselamatan juga bisa terjaga. Kapasitas dan keselamatan meningkat, pendapatan perusahaan pun meningkat.