Tommy Tjokro: Jangan Ragukan Independensi Saya
Tommy Tjokro. Nama itu mungkin sudah tak asing lagi di perbincangan politik Tanah Air saat ini. Ya, pria yang biasa tampil membawakan berita lewat layar kaca televisi Anda itu, kini telah didapuk menjadi moderator dalam debat kedua calon presiden yang akan digelar pada Minggu (17/2/2019).
Bekerja di iNews, yang menjadi bagian dari MNC Group, seakan membuat Tommy memiliki bayang-bayang besar yang sulit dihindarkan. Tommy dikhawatirkan tidak bisa netral saat memoderatori debat.
Namun, di tengah perbincangannya dengan Kompas di Jakarta, Jumat (15/2/2019), Tommy menegaskan, tak ada yang bisa menggadaikan independensinya. Berkali-kali dia menggarisbawahi preferensi politik pribadi tidak pernah berhubungan dengan pekerjaannya saat ini, yang kerap disebut-sebut condong pada salah satu pasangan capres-cawapres.
Prinsip itu yang Tommy jaga selama 15 tahun dia bekerja di dunia jurnalistik. Prinsip itu jugalah yang akan diuji pada debat kedua mendatang, paling tidak yang hanya berlangsung selama sekitar tiga jam.
Untuk mengetahui lebih dalam persiapan Tommy, berikut petikan wawancaranya:
Debat capres tinggal dua hari lagi, apakah Anda ada persiapan khusus?
Untuk persiapan isi tema, saya merasa terbantu karena bekerja di media. Jadi setiap ada perkembangan isu dan dinamika pasangan calon, kami selalu ikuti.
Tetapi secara khusus dengan Anisha Dasuki (moderator lain), kami semakin intens bertemu, latihan bareng. Berhubung kami tidak tahu (pertanyaan) apa yang akan keluar juga, kami me-review debat-debat sebelumnya. Kemudian, nonton tayangan debat di luar negeri juga. Dan, yang paling penting adalah melatih chemistry di antara kami.
Bagaimana cara membangun emosi antara Anda dan Anisha?
Kami pernah dalam satu program berita, tetapi program debat belum pernah. Tentu ini berbeda karena debat capres, kan, skalanya besar, secara tantangan juga luar biasa. Ekspektasi, baik dari kedua paslon, tim pemenangan, maupun publik, pasti juga cukup besar. Artinya secara mental, kami memang siap, tetapi secara chemistry ini yang harus terus kami kembangkan dan latih. Kami tak mau mentang-mentang sudah berteman, lalu menggampangkan masalah.
Konsep debat kedua ini berbeda dengan debat pertama. Debat kedua nanti akan ada debat terbuka di segmen keempat. Bagaimana menyikapi ini nanti?
Benar, debat terbuka nanti artinya tidak ada timer di tiap-tiap capres, tetapi kami yang akan jaga waktunya, yang juga dibantu oleh tim di control room.
Tugas kami, kan, menyampaikan pertanyaan dan memandu acara debat. Tentu yang kami jaga adalah keberimbangan. Agar jangan sampai, salah satu paslon mendominasi. Itu, kan, tidak baik.
Di saat yang sama kami harus tenang, rileks. Jangan buat suatu perkataan atau pengembangan aturan yang tidak kami jaga. Kami harus jaga sepenuhnya. Itu pula yang memengaruhi latihan saya dan Anisha, siapa yang hitung waktu, berarti yang lain memperhatikan konten jawaban capres.
Jadi, buat kami yang paling penting adalah gimana kami tampil proporsional dalam waktu.
Jadi sekarang sudah mulai memilah-milah kata yang akan digunakan dalam debat nanti?
Betul, karena memang sebelum mulai debat saja, ketika nama kami disebut sebagai moderator, isu independensi, kan, langsung naik. Bagi kami berdua, sebenarnya tidak masalah karena pilihan atau referensi politik pribadi kami tidak ada hubungannya dengan pekerjaan kami sebagai seorang wartawan dan jurnalis.
Peran kami sebagai moderator pun sudah diatur oleh KPU (Komisi Pemilihan Umum). Jadi, artinya, aturan main sudah jelas. Tinggal kami mengemasnya pada saat nanti acara berlangsung, terlihat cair, rileks, dan substantif.
Soal independensi ini memang sangat mengganggu, ya, di telinga Anda?
Mulai debat kedua ini, kan, memang isu independensi menjadi panas dibahas. Tetapi, kami, insya Allah, akan memegang mandat ini dengan baik. Kami akan berusaha tampil sesuai karakter, tetapi harus memegang penuh mandat sebagai moderator yang independen.
Jangan sampai berat sebelah, apalagi kami tidak mengikuti aturan main dalam debat. Insya Allah, kami akan menunjukkan tanggung jawab itu.
Jadi independensi itu yang mau dijaga?
Iya, itu pakemnya. Kami terlatih untuk cover both side selama menjadi jurnalis.
Apakah dengan bekerja di salah satu media televisi yang dimiliki oleh petinggi partai politik menjadi tantangan tersendiri menjaga independensi itu?
Benar, tetapi pesan dari seluruh pimpinan di sini bahwa kami harus tampil berimbang, independen. Jadi preferensi politik pribadi itu tak ada urusannya sama tanggung jawab profesi.
Pertanyaan debat sudah dikasih?
Belum dong.
Kapan?
Saya kurang tahu. Tetapi, mungkin juga pas hari H.
Selama ini, ada tidak dari tim pemenangan pasangan calon yang mencoba mendekati Anda supaya memberikan pertanyaan debat nanti?
Alhamdulillah, tidak ada. Kalau sampai ada mah gawat. Tetapi, saya pikir gini, kedua capres ini jam terbangnya luar biasa. Idealnya, kedua capres ini harusnya sudah siap. Perbedaan di antara mereka berdua, kan, cuma yang satu incumbent (petahana) dan yang satu bukan.
Sekalipun pemilik media Anda ikut mendukung salah satu pasangan calon?
Saya belum bertemu dengan beliau. Tetapi saya yakin semua pemangku, terutama media pendukungnya, pasti berharap hal yang sama. Karena masalah independensi ini menjadi sesuatu yang penting di debat kedua. Jadi hal ini yang harus dijaga.
Meski kami bekerja di media, ini mempertaruhkan segalanya. Ini akan menjadi isu yang besar kalau saya tidak independen. Karena itu, buat kami, independensi itu yang harus kami jaga agar tidak dipandang berat sebelah.
Karena besok selama debat berlangsung, baik itu pasangan calon, tim pemenangan, maupun publik pasti akan mengawasi kami. Ini Tommy nada bicaranya gimana, berat ke mana. Sedetail mungkin pasti akan dilihat. Jadi hal-hal itulah yang harus kami jaga.
Jadi tidak nyambung itu soal pengalaman kita berapa tahun berprofesi di dunia jurnalistik. Semua itu tergantung hari H.
Saya pun juga meminta publik agar tidak meragukan independensi saya. Saya akan jaga itu.
Jadi, Anda sudah siap memimpin debat besok?
Menjadi moderator ini, kan, sebuah mandat yang besar. Saya secara pribadi memandang ini sebuah keberuntungan, plus mandat yang luar biasa. Ketika saya ditanya siap atau tidak, saya harus siap.
Hari demi hari, sampai hari H, perasaan deg-degan pasti ada. Deg-degan dalam arti, saya ingin melakukan yang terbaik. Yang kami pikir, ayo gimana debat kedua ini, kami bisa tampil fresh, prima, tenang, rileks, tetapi kami juga menunjukkan karakter dengan baik.
Deg-degan bagaimana?
Karena ini skala yang besar. Ini sesuatu yang harus saya pegang penuh mandatnya, ini tanggung jawab. Harus kami gunakan sebaik mungkin.
Semua keluarga juga deg-degan. Minta saya untuk banyak-banyakin ibadah. Ya, udah, tetapi kami senang karena itu yang kami butuhkan. Dukungan keluarga nomor satu, begitu pula dari teman-teman.
Deg-degannya, kan, lebih kepada tampil harus baik, karena pressure saat hari H pasti besar. Apalagi kalau kami ada salah-salah, pasti pressure itu juga terus berlangsung setelah debat.
Jadi urusan nanti potensi komentar dari masyarakat, ini harus kami terima dengan lapang dada. Karena setelah itu biasanya, kan, muncul apakah bentuk meme atau komentar. Tetapi apa pun itu, tentu kami tidak bisa memuaskan semua orang, tetapi kami harus tampil sebaik mungkin.
Baca juga: Anisha Dasuki: Jangan Sampai Ada yang Mendominasi
Toh, kalau kedua capres tampil makin lama makin baik, tentu apresiasinya ke seluruh tim pasangan calon, penyelenggara, dan kami sebagai moderator. Jadi team work penting.