Dari Ajang Kompetisi ke Pasar Industri Kreatif
Jangan menyepelekan acara kompetisi karena dari sanalah pertarungan sebenarnya berawal. Begitulah kenyataan yang diamini sebagian besar pelaku ekonomi kreatif Tanah Air. Dari acara kompetisi, mereka memperoleh pangsa pasar lebih besar.
Film Terlalu Tampan baru dirilis akhir Januari 2019. Film yang diproduksi Visinema Pictures dan Kaskus Networks ini menceritakan sosok Mas Kulin yang dianugerahi wajah tampan dan tampilan fisik idaman perempuan. Namun, kegantengan yang dimiliki justru menimbulkan ironi terhadap kehidupan sehari-hari Mas Kulin.
Trailer film Terlalu Tampan menghebohkan khalayak, bahkan sampai muncul video parodinya di Youtube. Jumlah penonton sampai sekarang sudah lebih dari 315.000 orang.
Film Terlalu Tampan lahir dari komik digital yang didistribusikan melalui platform Line Webtoon. Tak lama sejak pertama kali terbit pada Maret 2017, komik ini langsung menempati posisi tiga besar terpopuler. Sampai sekarang, tingkat keterbacaan komik ini sudah mencapai sekitar 9 juta kali.
Kreator komik Terlalu Tampan adalah Muhammad Ahmet Avisena Helvin dan Savenia Melinda Sutrisno. Savenia yang ditemui Kompas, Senin (11/2/2019), di Jakarta, menceritakan, mulanya komik Terlalu Tampan hanya disetor sebagai komik amatir untuk Line Webtoon Challenge, semacam ruang kompetisi karya bagi kreator baru.
Jika komik berhasil mendapat sambutan bagus di Line Webtoon Challenge, tim Line segera mendistribusikannya secara resmi. Artinya, kreator tersebut bakal menjadi bagian sah editorial Line Webtoon dan mendapatkan kompensasi.
Savenia sampai sekarang tidak menyangka komik buatannya bersama Muhammad Ahmet Avisena Helvin difilmkan. Tim Line mendistribusikan komik Terlalu Tampan dalam bahasa Jepang, Thailand, dan China. Terlalu Tampan juga sudah ada dalam wujud komik fisik.
Bagi ilustrator muda seperti dirinya, Savenia mengatakan, kini dia populer. Popularitas justru memacu dia terus memproduksi komik.
”Aku sudah aktif menyetor karya ilustrasi komik di Webtoon Challenge sejak 2014. Baru dua tahun kemudian bertemu Avisena, pembuat naskah cerita Terlalu Tampan. Rencana selanjutnya tetap berkarier sebagai ilustrator,” ujar alumnus Desain Komunikasi Visual Universitas Esa Unggul ini.
Manajer Line Webtoon Indonesia Ghina Fianny menyebutkan, masih ada komik Webtoon buatan kreator Indonesia yang akan difilmkan, misalnya Eggnoid, Sarimin, dan Flawless. Komik Sarimin lahir dari kompetisi nasional Line Creativate tahun 2016, sedangkan Eggnoid dan Flawless bermula dari Webtoon Challenge.
Dia mengatakan, dari ratusan komik yang diikutsertakan dalam ajang Line Creativate ataupun Webtoon Challenge, sebagian besar kreatornya tidak bertempat tinggal di Ibu Kota. Menurut dia, realitas ini menunjukkan bahwa potensi talenta ekonomi kreatif Indonesia menyebar dan harus dioptimalkan.
Ghina menuturkan, setiap komik yang didistribusikan di platform Line Webtoon akan dikelola oleh Line. Setiap kreatornya menerima gaji dan kompensasi. Hak cipta karya tetap menjadi milik kreator.
”Kami punya hak memonetisasi komik yang sudah tampil di Webtoon, misalnya film dan komik advetorial untuk merek produk tertentu. Kreator tetap memperoleh bagian pendapatan yang layak,” katanya.
Peluang baru
Reka Wijaya adalah sutradara di balik film Hati ke Hati, Bajaj Bajuri, Planet Mars, Tarzan ke Kota, dan Sule Detektif Tokek. Dia juga terlibat dalam proyek tayangan televisi berseri Tetangga Masa Gitu.
Meski sudah memiliki nama di industri perfilman, Reka terus mencoba meningkatkan kemampuannya dengan mengikuti sejumlah kompetisi film. Sebagai contoh, Viu Pitching Forum, sebuah kompetisi tahunan yang dibuat oleh aplikasi pemutar film dan serial Viu untuk anak muda Indonesia yang memiliki bakat mengembangkan ide cerita untuk film. Anak muda yang dimaksud harus masuk kriteria semiprofesional dan sudah profesional di industri perfilman.
”Wadah semacam Viu Pitching Forum jarang ada di Indonesia. Sebagai praktisi industri perfilman, saya butuh forum seperti itu guna mengukur sejauh mana kemampuan saya. Selain itu, saya butuh media baru agar tetap bisa aktif dan produksi film,” ujarnya.
Reka menjadi satu dari sepuluh pemenang Viu Pitching Forum 2018 lewat karya serial berjudul Knock Out Girl. Knock Out Girl mengisahkan seorang anak perempuan yang harus berjuang menyelamatkan sasana latihan tinju milik ayahnya. Knock Out Girl dapat dinikmati di platform Viu sejak tanggal 17 Desember 2018.
”Saya sudah mendapat beberapa proyek dengan aplikasi pemutaran film lainnya,” katanya.
Pasar internasional
Dari kompetisi, pasar internasional pun tersambangi. Barangkali itu adalah kalimat yang tepat melukiskan perjalanan perusahaan rintisan berbasis teknologi Halal Local. Halal Local menyediakan direktori halal, baik masjid maupun restoran halal, bagi wisatawan.
CEO Halal Local Nurma Larasati menceritakan, Halal Local berdiri pada awal 2016. Ide pengembangan berangkat dari kebutuhan layanan halal para turis Muslim. Pada tahun yang sama, secara kebetulan Pemerintah Indonesia mulai gencar mempromosikan wisata halal.
”Produk bisnis Halal Local mulanya adalah laman pemasaran yang mempertemukan pemandu wisata dan turis. Namun, produk ini gagal. Lalu, kami mengubah konsep Halal Local sebagai penyedia produk direktori halal,” katanya.
Halal Local melakukan pendataan dari berbagai sumber, di antaranya dari data lembaga dewan masjid, Majelis Ulama Indonesia, dan komunitas Muslim. Pengguna Halal Local pun bisa turut berpartisipasi memberikan masukan.
Pada tahun 2017, Halal Local masuk dalam jajaran perusahaan rintisan yang lolos program Bekraf for Pre-Start Up atau Bek Up. Dari sanalah Halal Local beranjak populer. Suntikan pendanaan demi pendanaan diterima, mulai dari angel investor sampai instansi pemerintah.
Pada 26 Oktober 2018, Halal Lokal menjadi pemenang kompetisi final regional Startcon Pitch for $1 Million Jakarta. Kemudian, perusahaan ini masuk dalam enam besar finalis untuk berkompetisi pitching global Startcon 2018 di Australia pada Desember 2018. Sayangnya, Halal Local gagal.
Dia menyebutkan, saat ini Halal Local telah menyediakan data lebih dari 50.000 restoran halal dan 150.000 masjid di 110 negara. Dilihat dari penetrasi pemakaian, aplikasi Halal Lokal digunakan paling banyak di Timur Tengah dan Uni Emirat Arab (26 persen), Indonesia (25 persen), Amerika Serikat dan Kanada (12,5 persen), dan sisanya menyebar di Eropa, Jepang, serta Korea Selatan.
”Meski tidak menang di final global Startcon 2018, malah ada perusahaan dan investor Australia serta Selandia Baru yang tertarik bekerja sama. Sudah masuk ke pasar internasional memicu kami berani berinovasi lebih, misalnya pengembangan fitur stiker sertifikat halal bagi restoran yang sudah masuk katalog Halal Local,” tuturnya.
CEO Blibli.com Kusumo Martanto mengatakan, pihaknya rutin menggelar kompetisi tahunan pelaku ekonomi kreatif bernama The Big Start Indonesia. Tujuan kompetisi adalah mencari produk UMKM ekonomi kreatif yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan sampai ke pasar lebih besar.
The Big Start Indonesia pertama kali digelar tahun 2016. Sejumlah desainer kondang, korporasi, sampai instansi pemerintah, seperti Badan Ekonomi Kreatif serta Kementerian Komunikasi dan Informatika, turut mendukung penyelenggaraan kompetisi.
Babak final The Big Start Indonesia tahun 2016 menghasilkan tiga pemenang, yang salah satunya adalah Rowland Asfales, pendiri produk alas kaki berbahan material ramah lingkungan merek PijakBumi. Setahun setelah memenangi kompetisi itu, dia diajak berkolaborasi oleh desainer Iwet Ramadhan dalam fashion show di Jakarta Fashion Week 2017. Tahun berikutnya, produknya hadir di panggung Amazon Tokyo Fashion Week 2018.