Jalan Jiwa dan Suara Asteriska
Sebuah kabar suara masuk melalui aplikasi pesan ponsel sehari menjelang janji pertemuan di sebuah kafe di kawasan Kemang, Jakarta Selatan. Suara pada pesan itu berintonasi berat, pelan, dan sedikit parau. Si pemilik suara, Cabrini Asteriska Widiantini (31), vokalis band rock Barasuara, terdengar tak seperti biasanya.
Ichyl, begitu gadis berperawakan mungil ini biasa disapa, meminta maaf. Dia bercerita, baru saja pulang dari ”Negeri Sakura” Jepang dan terkena flu berat yang nyaris membuatnya kehilangan suara. Dia sebetulnya harus banyak beristirahat.
”Mohon maaf suaraku agak sedikit hilang. Kira-kira kalau besok wawancara seperti begini enggak apa-apa, ya? Kalau ngomong sih masih bisa. Tapi pelan dan bisik-bisik,” ujarnya.
Saat bertemu, Kamis (7/2/2019), wajah Ichyl memang tampak sedikit pucat. Namun, hal itu tak mengurangi keceriaan dan keramahannya. Suasana kafe masih sepi. Atmosfernya nyaman dengan nuansa unik desain interior bertema campuran rustic dan industrial.
Ichyl bercerita, dalam dua pekan ke depan, dia sudah harus siap manggung kembali bersama Barasuara. Karena itu, mesti secepatnya pulih. Kejadian serupa pernah terjadi tak lama setelah dia bergabung dengan Barasuara pada awal 2012.
Kelelahan fisik akibat jadwal panggung dan latihan yang sangat padat di studio membuat Ichyl sering sakit sampai nyaris kehilangan suara. Saat Ichyl hampir putus asa dan akan menyerah, salah seorang rekan sesama penyanyi, tempat dia juga berguru, menasihati Ichyl agar bertahan dan tak gampang patah arang.
”Mbak Bonita (vokalis Bonita and The Hus Band) bercerita dirinya juga pernah punya pengalaman sama, bahkan lebih parah sampai bertahun-tahun. Namun, dia saat itu memilih bertahan dan terus berlatih lebih keras. Hasilnya, kemampuan vokalnya semakin bertambah. Aku dinasihati agar melakukan hal sama. Peluang tak datang dua kali,” kisah Ichyl.
Menyanyi profesional
Sejak kecil, Ichyl bersama saudaranya sudah ikut kursus beragam alat musik, mulai dari gitar, bas, piano, sampai drum. Juga les vokal. Ichyl sempat divonis tak terlalu berbakat lantaran kurang mampu membaca not balok.
Saat duduk di kelas 1 SMA, ayahnya menjanjikan akan memberi hadiah jika Ichyl membuat suatu karya. Ichyl ingin sekali mempunyai iPod untuk menyimpan dan mendengarkan lagu.
”Aku lalu bikin satu lagu dan aku setor ke ayah. Lama-lama terbiasa bikin lagu. Sampai sekarang koleksi yang aku buat sendiri ada sekitar 50 lagu,” ujar Ichyl bangga.
Ichyl remaja pertama kali diajak manggung bersama gitaris band perempuan terkenal era 1970-an, Erna Pretty dari band Pretty Sisters. Saat itu dia masih SMP. Usai tampil dia dibayar sejumlah uang, yang menurut dia lumayan besar buat anak seumurannya saat itu.
Pada momen itulah dia kemudian memutuskan untuk mantap menjadi musisi profesional. Ichyl lalu memberanikan diri untuk bernyanyi dari kafe ke kafe bersama bandnya. Ichyl pun kemudian mencoba merambah pangsa pasar musik hiburan pada pesta-pesta perkawinan. Ia menghasilkan uang dari situ.
Dari hasil bernyanyi, Ichyl membiayai sendiri hobi jalan-jalannya sampai ke luar negeri.
Selulus kuliah di jurusan psikologi di salah satu kampus swasta di Jakarta, Ichyl sempat diminta orangtuanya bekerja menjadi pegawai kantoran dan berhenti menyanyi.
Namun, dia menantang balik dan minta diberi waktu setidaknya dua tahun untuk membuktikan bahwa profesi musisi atau penyanyi juga menjanjikan dan bisa diandalkan.
Ichyl mampu membuktikan tekadnya. Ia menghasilkan dua album lagu ciptaan sendiri, yakni Distance (2015) dan Past Possessions (2018). Kebanyakan lagunya berlirik bahasa Inggris. Saat ini dia mulai mencoba untuk menciptakan lagu berbahasa daerah, seperti bahasa Jawa dan Bali.
Ichyl pernah tampil pula di sebuah panggung pergelaran jazz bergengsi skala internasional, Java Jazz, bersama gitaris jazz legendaris Tanah Air, Oele Pattiselanno. Penampilannya yang aktif dari panggung-panggung kafe jugalah yang kemudian membawanya berkenalan dengan vokalis sekaligus motor penggerak Barasuara, Iga Massardi.
Setelah menonton aksi panggungnya, Iga menghubungi Ichyl, yang saat itu mengira dirinya akan diproduseri. Iga ternyata malah mengajak Ichyl bergabung dalam proyek bermusiknya. Hal itu terjadi sekitar Februari 2012. Ichyl menyanggupi dan mereka bertemu dengan para personel lain.
Selama dua tahun pertama Barasuara hanya fokus berlatih di studio. Mereka baru tampil live perdana di kafe yang sama tempat Iga pertama melihat penampilan Ichyl. Saat itu Barasuara juga merekrut vokalis keduanya, yang juga rekan Ichyl, Puti Chitara.
Tak disangka, penampilan perdana itu, ditambah kemunculan mereka di platform tayangan video digital Youtube, menuai apresiasi banyak penggemar baru. Barasuara semakin dikenal. Saking terkenalnya, para penggemar bahkan sudah hafal dan ikut bernyanyi saat Barasuara manggung, padahal ketika itu band tersebut belum pernah mengeluarkan album.
Filosofi
Selain bernyanyi dan bermusik, Ichyl punya kegemaran lain, yang dipicu urusan patah hati. Akibat persoalan asmara itu Ichyl mencari semacam ”pelarian” dengan rajin bepergian secara backpacker ke beberapa negara.
Sejumlah negara eksotis pernah dia datangi, termasuk Nepal dan India. Saat perjalanan itulah dirinya kemudian berkenalan dengan banyak orang asing. Sebagian membuatnya tertarik lantaran hidup dengan filosofi dan aktivitas spiritual.
Salah satunya kelompok hippies yang mengajarkan prinsip kedamaian. Dia bahkan beberapa kali ikut kegiatan kelompok ini, berkumpul untuk mendalami dan mempelajari filosofi dan spiritualitas tadi.
Ichyl pun rajin mempelajari sejumlah kegiatan terkait gaya hidup dan filosofi seputar hippies dan spiritualitas, seperti yoga, meditasi, dan flow arts. Hal terakhir yang dia pelajari terkait seni gerakan mengalir.
Aktivitas dan gerakannya memang kerap diidentikkan
dengan salah satu cabang olahraga senam atau atraksi di sirkus.
Atraksi flow arts menggunakan beberapa perlengkapan (tools), seperti hula hoop, tongkat, bola, anak panah bertali (rope darts), dan banyak lagi. Ichyl pun aktif mempelajari tiga hobi barunya tadi, yoga, meditasi, dan flow arts, sampai ke luar negeri.
”Aku merasa diriku spiritual banget, tetapi enggak yang kategori religius. Dari meditasi dan mantra-mantra yang aku pelajari awalnya bisa membuat aku sembuh dari luka akibat patah hati. Setelah itu, dari
beberapa mantra, yang bahkan aku pelajari termasuk saat
aku ambil kelas khusus ke Nepal, juga bisa aku jadikan inspirasi membuat lagu,” ujarnya.
Cabrini Asteriska Widiantini
Lahir: Jakarta, 6 Maret 1988
Pendidikan:
- SD-SMP Don Bosco Pondok Indah, Jakarta
- SMAN 7 Jakarta (lulus tahun 2006
)- Fakultas Psikologi Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta (lulus 2 Februari 2012)
Orangtua: - Bambang Widiantoro dan Kismartini
Album solo:
- Album Distance (2015)
- Album Past Possessions (2018)
Bersama Barasuara (sejak 2012):
- Album Taifun (2012)
- Singel ”Bahas Bahasa” (16 September 2012)
- Singel ”Sendu Melagu” (30 Maret 2013)
- Singel ”Guna Manusia” (21 September 2018)