Berabad-abad seniman mengupayakan inovasi pada karya seni. Hingga pada pertengahan abad ke-20, gerakan minimalisme menjadi titik balik yang mengubah wajah seni. Mekar di dunia Barat, sebenarnya gerakan ini berakar pada nilai-nilai dan falsafah ketimuran.
Jajaran enam kubus dari bahan kuningan diletakkan sedemikian rupa di lantai. Jarak antarkubus dibuat sama persis, yakni 15 cm. Permukaannya yang mengilat merekam potongan visual tubuh orang-orang yang melintas di dekatnya, semacam cermin. Karya Donal Judd, seniman asal Amerika Serikat, ini menjadi contoh ”sempurna” apa itu minimalisme.
Unsur-unsur seperti geometri, penggunaan bahan industrial, dan pengulangan yang menjadi elemen dari definisi minimalisme terpenuhi pada karya seniman yang menjadi salah satu tokoh penting minimalisme di AS ini.
Karya Judd bersama lebih dari 150 karya milik 80 seniman dan 40 komposer dari seluruh dunia dipamerkan dalam Minimalism: Space, Light, Object. Pameran yang menjadi salah satu andalan dalam rangkaian Singapore Art Week 2019 ini mengambil lokasi pameran di National Art Gallery dan ArtScience Museum Singapura. Pameran yang sudah berlangsung sejak pertengahan November 2018 ini masih akan berlangsung hingga pertengahan April mendatang.
Pameran ini cukup lengkap untuk memberikan pemahaman apa itu minimalisme. Karya-karya yang ditampilkan dari para seniman dari empat benua, yakni Amerika, Eropa, Australia, dan Asia cukup mewakili perkembangan minimalisme, mulai dari kemunculan hingga perkembangannya saat ini.
Seniman penganut aliran ini berusaha ”menihilkan” ekspresi individu dan tuangan artistik mereka sebisa mungkin demi memberikan ruang bagi interaksi tanpa disrupsi antara karya seni dan penikmatnya. Ruang dan waktu kelak juga menjadi bagian penting dalam upaya menghadirkan interaksi yang lebih utuh demi memahami obyek (karya) dan material obyek tersebut.
Minimalisme muncul sebagai kecenderungan umum di New York pada 1960-an. Pemikiran tentang minimalisme dipicu oleh kuliah-kuliah dari sarjana Jepang, DT Suzuki, pada 1950-an. Ceramahnya tentang Buddhisme zen di New York dihadiri banyak seniman, musisi, dan penari yang di kemudian hari menjadi tokoh kunci dalam minimalisme.
Namun, sebenarnya, jauh sebelum itu, sebuah segi empat hitam yang dilukiskan di atas latar belakang putih dianggap sebagai contoh sejati apa itu karya seni minimalisme. Lukisan yang dipamerkan pertama kali pada tahun 1915 itu menunjukkan bahwa gerakan sederhana ternyata dapat memberikan dampak mendalam dan absennya bentuk kadang-kadang terasa lebih kuat ketimbang kehadirannya.
Lukisan itu karya seniman Rusia, Kazimir Malevich, yang tertarik pada eksoterik dan falsah-falsafah ketimuran. Kesukaan itu mendorongnya menciptakan lukisan tersebut. Meski ”lahir” di Barat, sesungguhnya tiupan ruhnya diembuskan dari Timur. Begitu kira-kira salah satu pesan penting dari pameran minimalisme ini.
Kehadiran warna
Meskipun banyak seniman minimalisme memilih bekerja dengan warna-warna putih, hitam, atau abu-abu, ada pula yang memilih warna-warna natural, netral, atau warna-warna industrial, seperti warna logam, cat, atau transparan.
”Minimalisme bukan berarti selalu tanpa warna,” kata Goh Sze Ying, Asisten Kurator National Gallery Singapore yang memandu rombongan wartawan dan influencer dari berbagai negara yang hadir.
Kombinasi antara garis, bidang, bentuk, dan warna mampu menghasilkan bentuk-bentuk geometris yang kuat dengan estetika yang minimal. Warna-warna yang kuat juga kerap dimanfaatkan untuk patung dan instalasi. Karya-karya ini masih digolongkan dalam minimalisme.
Contohnya, lukisan cat akrilik pada kanvas karya perupa Amerika Latin, Carmen Herrera, yang membentuk bidang-bidang geometris. Contoh lain adalah ”To Reflect an Intimate Part of The Red” karya seniman asal India, Anish Kapoor yang kerap memadukan estetika Timur dan Barat.
Bentuk-bentuk abstrak yang disusun dari pigmen- pigmen warna merah yang intens ditaruh atas permukaan datar yang luas. Instalasi ini memberi kesan kekosongan di area sekitar bentuk-bentuk tadi dan memberi kesan bahwa ketidakhadiran bisa sama pentingnya dengan kehadiran.
Namun, karya Anish yang paling membetot perhatian adalah ”Void”. Semacam cermin cekung yang dicat dengan warna biru pekat. Ketika berdiri di hadapannya, kita seolah menatap ruang maha luas, seperti lubang hitam di angkasa raya yang tak bertepi.
Ketiadaan dan ”Void” adalah konsep yang muncul dalam filosofi ketimuran yang memengaruhi minimalisme. Dua konsep ini juga dikenal dalam konsep sains. Itu sebabnya, pameran minimalisme ini juga bertempat di ArtScience Museum di Marina Bay Sands.
”Kami memilih karya-karya seni yang menghadirkan gagasan tentang kekosongan, ketiadaan, dan kehampaan kosmologi, prinsip-prinsip yang mempertemukan minimalisme dengan sains,” kata Honor Harger, Direktur Eksekutif ArtScience Museum.
Kehampaan dan kekosongan adalah sifat fundamental dalam fisika yang membentuk pemahaman hari ini terhadap realitas.
”Sementara fisika kuantum mengajarkan bahwa ruang kosong di alam raya sesungguhnya tidak benar-benar kosong,” lanjut Adrian George, Associate Director Exhibitions ArtScience Museum.
Dalam perkembangannya, minimalisme juga memengaruhi dunia musik, mode, seni pertunjukan, dan gaya hidup pada umumnya. Selain karya seni rupa, dalam pameran ini juga dihadirkan 40 komposisi musik minimalisme yang bisa dinikmati di ruang-ruang khusus.
”Bagi saya, pameran ini menarik dan cukup lengkap. Cukup inspiratif juga bagi saya karena beberapa karya saya rasakan sangat berhubungan dengan perjalanan spiritual saya,” kata perupa muda asal Indonesia, Talitha Maranila, yang mengunjungi pameran ini.
Karya favorit dalam pameran ini selain ”Void” karya Anish Kapoor dan ”Mega Death”karya seniman asal Jepang, Tatsuo Miyajima, yang sangat layak Instragram. Karya yang menggunakan material lampu LED ini secara berulang dan bergiliran mengeluarkan angka dari sembilan hingga nol. Idenya berakar pada siklus hidup, kelahiran, kematian, dan kelahiran kembali.
Pada akhirnya, pameran ini hendak menyampaikan pesan sebagaimana yang kerap diungkapkan ilmuwan Albert Einstein bahwa segala sesuatu semestinya dibuat semudah mungkin meski tidak mudah.