Polisi Akan Periksa Kondisi Kejiwaan Pelaku Pembunuhan di Blitar
›
Polisi Akan Periksa Kondisi...
Iklan
Polisi Akan Periksa Kondisi Kejiwaan Pelaku Pembunuhan di Blitar
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
BLITAR, KOMPAS – Polisi akan memeriksa kondisi kejiwaan Nardian (38), warga Dusun Sumbermanggis, Desa Sumberurip, Kecamatan Doko, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Nardian tega menghabisi nyawa istrinya, Sri Dewi (33), dan anak keduanya, Vika Nadhira (7 bulan), Sabtu (16/2/2019) malam.
Saat ini Nardian masih mendekam di ruang tahanan Kepolisian Resor (Polres) Blitar. Sedangkan jenazah Sri Dewi dan Vika dimakamkan di pemakaman dusun setempat, Minggu (18/2/2019) sore. Sebelumnya, jenazah korban diotopsi di RS Ngudi Waluyo, Wlingi, Kabupaten Blitar, oleh tim forensik RS Bhayangkara Kediri.
Kepala Subbagian Humas Polres Blitar Inspektur Satu Muhammad Burhanudin mengatakan, dugaan sementara pelaku depresi. ”Kami masih menunggu pemeriksaan oleh psikiater terhadap kondisi kejiwaan pelaku. Prosedurnya memang seperti itu,” ujarnya.
Menurut Burhanudin, pihaknya masih mendalami apakah ada masalah keluarga yang melatarbelakangi tindakan nekat pelaku. Polisi telah memeriksa enam orang, termasuk anggota keluarga yang mengetahui peristiwa tersebut.
Hingga Minggu siang, sikap pelaku di ruang tahanan masih cenderung diam. ”Dia tidak menunjukkan ekspresi sedih ataupun menyesal telah menghabisi istri dan anaknya yang masih berusia balita," ucap Burhanudin.
Suasana duka terasa di rumah korban. Orangtua korban masih shock. Selama ini Nardian dan keluarga tinggal bersama mertuanya di pinggir Dusun Sumbermanggis yang ada di lereng selatan Gunung Kawi.
”Dua minggu terakhir dia (pelaku) kayaknya depresi. Sering ngamuk seperti orang kesurupan, apalagi menjelang maghrib," ujar Pasiyanti (33), sepupu korban.
Dua minggu terakhir dia (pelaku) kayaknya depresi. Sering ngamuk seperti orang kesurupan, apalagi menjelang maghrib.
Melihat gelagat kejiwaan Nardian yang kurang beres, pihak keluarga kemudian mengantisipasi dengan berkumpul mendampingi keluarga itu. Pada malam saat pembunuhan terjadi, ibu kandung pelaku, Suparmi, menginap di rumah korban. Di rumah itu juga ada mertua pelaku, Supriadi (60), dan salah satu saudara ipar yang bernama Sugeng (40).
Ketua RT 005 RW 004 Hariono menuturkan, dua hari lalu keluarga yang dikaruniai dua anak ini ribut. Bahkan, pihaknya ikut mendamaikan keributan itu. ”Masalahnya katanya cemburu. Yang laki-laki dituding selingkuh. Pihak suami juga merasa tertekan karena dilarang keluar rumah dan merokok,” ucapnya.
Pelaku dikenal cukup ramah dan mudah bergaul dengan warga di lingkungannya. Namun, akhir-akhir ini Nardian agak jarang keluar. Sehari-hari pelaku memiliki aktivitas berdagang cengkeh.
”Ia membeli cengkeh dari warga, lalu dijual lagi. Dari sisi ekonomi, keluarga ini termasuk golongan ekonomi cukup untuk wilayah sini,” ujar Gaguk (45), salah satu warga.
Dimulai dari dapur
Mengenai kronologis peristiwa, Burhanudin mengungkapkan, Nardian baru saja menjalankan ibadah shalat Isya sekitar pukul 19.30, Sabtu malam. Dia lalu menuju dapur dan duduk terdiam beberapa saat. Sementara istrinya, Sri Dewi, dan anak pertamanya, Vena (7), serta mertua pelaku, Suparmi, masih shalat Isya berjemaah.
”Seusai salat, pelaku sempat berbincang di ruang tamu dengan Suparmi. Sementara Sri Dewi, Supardi, dan Sugeng tengah bersiap makan malam. Sejurus kemudian, pelaku menuju gudang di samping rumah,” ujar Burhanudin.
Setelah dari gudang, pelaku kemudian masuk ke dapur diikuti Sri Dewi yang saat itu menggendong anak keduanya. Di dapur itulah, Nardian mengambil pisau yang kemudian diarahkan ke tubuh istrinya.
Karena merasa terancam, Sri Dewi kemudian berusaha lari keluar rumah sambil berteriak minta tolong. Naas, upaya ibu yang membawa anak itu tidak membuahkan hasil. Supardi dan Sugeng yang mengetahui kondisi ini berusaha mencegah, tetapi tidak berhasil.