Debat Ketat dari Dua Kandidat
Debat presidensial yang digelar semalam berlangsung dinamis dan lebih berkualitas. Kedua capres menyampaikan misi, visi, serta semangatnya untuk membawa Indonesia ke arah yang semakin baik.
Debat presidensial putaran kedua yang digelar pada Minggu (17/2/2019) menyuguhkan sajian yang lebih berkualitas dan dinamis dari kedua calon presiden, yaitu Joko Widodo dan Prabowo Subianto. Di setiap segmen debat, kedua kandidat berhasil mempertajam tema debat, yaitu infrastruktur, energi, pangan, sumber daya alam, dan lingkungan hidup.
Ketatnya debat tergambar dari hasil analisis isi yang dilakukan Litbang Kompas pada saat debat berlangsung. Dari enam segmen yang berlangsung, hampir semua segmen merupakan segmen yang seru karena dua kandidat terlibat dalam adu argumen dan saling menanggapi secara tajam. Sepanjang debat, Prabowo banyak melancarkan kritik terhadap Jokowi. Sebaliknya, data menjadi basis Jokowi untuk menanggapi kritikan.
Infrastruktur, energi, dan pangan menjadi tema kunci kedua capres untuk membedah inti persoalan bangsa. Terkait masalah energi dan pangan, Prabowo menyampaikan komitmennya terhadap upaya swasembada pangan dan energi dengan harga terjangkau. Sementara Jokowi mengemukakan sejumlah keberhasilan pemerintahannya dalam mengurangi penggunaan energi fosil serta komitmennya untuk menjaga stabilitas harga dan ketersediaan pangan.
Pada segmen kedua, Jokowi memaparkan sejumlah keberhasilan yang dicapai pemerintahannya, seperti konektivitas antarwilayah, Palapa Ring, artificial intelligence, big data, advanced robotics, market place, dan fintech. Sebaliknya, Prabowo menekankan perlunya pendekatan kerakyatan dalam pembangunan infrastruktur, biodiesel, biofuel, dan perkebunan inti rakyat.
Selama debat, Prabowo Subianto memberikan 20 pernyataan yang bersifat ”serangan” terhadap Jokowi. Sebaliknya, Jokowi menyampaikan 11 pernyataan yang mengkritisi atau ”menyerang” pernyataan Prabowo.
Dalam pantauan Litbang Kompas, kedua capres berbalas saling serang dengan cara yang cerdas, bahkan beberapa kali serangan atau kritikan diperkuat dengan pernyataan yang berbasis data.
Prabowo ”menyerang” Jokowi terkait tema infrastruktur, energi dan pangan, sumber daya alam, serta lingkungan hidup pada segmen pertama, kedua, ketiga, keempat, kelima.
Sebaliknya, ”serangan” Jokowi terhadap Prabowo juga terdapat pada tema infrastruktur, energi dan pangan, sumber daya alam, serta lingkungan hidup pada segmen kedua, ketiga, keempat, dan kelima.
Kritik keras Prabowo disampaikan pada pembangunan infrastruktur yang dilakukan Jokowi selama ini karena dianggap tidak efisien dalam proses pembangunannya. Jokowi menanggapi kritikan tersebut dengan sejumlah data dan menyampaikan keberhasilan dengan memaparkan sejumlah dampak positif yang telah dicapai.
Berbasis data
Seperti halnya pada debat putaran pertama yang digelar pada 17 Januari lalu, pada debat semalam juga ada sejumlah pernyataan yang berbasis data yang disampaikan kedua capres. Jokowi menyampaikan 31 pernyataan yang berbasis data, sedangkan Prabowo menyampaikan 17 pernyataan berbasis data.
Masalah energi dan pangan menjadi tema yang memperoleh perhatian masing-masing kandidat. Tema ini juga digunakan kedua capres untuk berargumentasi berbasis data. Pentingnya tema itu bagi kedua kandidat membuat durasi waktu untuk membedahnya relatif lebih panjang dibandingkan tema lainnya. Tercatat beberapa kali kedua kandidat mengeksplorasi tema ini dengan saling bertanya dan saling menanggapi pada segmen keempat dan kelima.
Pada tema pangan, tercatat Jokowi menyampaikan tiga pernyataan berbasis data, sedangkan Prabowo menyampaikan satu pernyataan berbasis data. Pada tema infrastruktur, Jokowi menyampaikan tiga pernyataan berbasis data, sedangkan Prabowo menyampaikan tiga pernyataan berbasis data.
Segmen keempat menjadi segmen eksploratif, yakni tentang sumber daya alam serta nasib dan kesejahteraan nelayan. Kedua capres sama-sama menyoroti persoalan pertambangan dan kesejahteraan nelayan sebagai masalah yang perlu terus mendapatkan perhatian.
Pada segmen kelima yang merupakan segmen debat inspiratif, Jokowi kembali menekankan bidang pangan, yakni tentang produksi beras dan jagung. Jokowi memperkaya dengan data stok dan surplus pangan. Menanggapi kritik impor pangan dari Prabowo, Jokowi menyatakan, kebijakan impor yang dilakukan adalah untuk menjaga stok ketika menghadapi krisis.
Durasi
Kedua capres terlihat optimal menggunakan waktu. Dari enam segmen yang berlangsung, kedua capres memaksimalkan durasi waktu yang disediakan. Pada segmen pertama berupa pemaparan visi dan misi, kedua kandidat memanfaatkan secara utuh durasi waktu yang disediakan. Hal serupa terlihat di segmen kedua.
Pada segmen ketiga, Jokowi memanfaatkan waktu 4 menit 6 detik, sedangkan Prabowo menggunakan waktu 4 menit 19 detik. Pada segmen keempat atau eksplorasi terhadap tema, durasi waktu yang digunakan Jokowi adalah 6 menit 59 detik. Sementara Prabowo menggunakan waktu 6 menit 51 detik. Pada segmen kelima atau debat inspiratif, Jokowi memakai waktu 7 menit 16 detik, sementara Prabowo Subianto menggunakan waktu 6 menit 37 detik.
Debat presidensial putaran kedua ini jauh lebih menarik ditonton dibandingkan debat putaran pertama pada 17 Januari lalu. Jalannya debat semalam menggambarkan misi-visi serta semangat kedua kandidat untuk membawa bangsa ini ke arah yang semakin baik di masa depan. (LITBANG KOMPAS)