MANADO, KOMPAS - Sebanyak 12 imigran asal Afghanistan memilih Masjid Ulil Albab di kompleks Universitas Sam Ratulangi, Manado, Sulawesi Utara, sebagai tempat tinggal setelah gagal memperoleh status pengungsi dari Komisi Tinggi PBB untuk Urusan Pengungsi, UNHCR.
Rignolda Djamaludin, staf pengajar Universitas Sam Ratulangi (Unsrat), Senin (18/2/2019), mengatakan, ke-12 orang itu telah berada di Masjid Ulil Albab selama lima hari sejak kematian anggota keluarga mereka, Sajjad Rahim. Sajjad adalah imigran asal Afghanistan yang membakar dirinya sebagai aksi protes pada 8 Februari lalu.
“Ibu dan keluarga Sajjad berada di masjid setelah pemakaman Sajjad. Mereka ingin menenangkan diri sebelum menghadapi proses imigrasi,” kata Rignolda.
Selama di masjid, para warga Afghanistan itu diberi makan oleh sukarelawan dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Manado serta Badan Tadzkir Universitas Sam Ratulangi. “Ini solidaritas dari teman-teman Sajjad di Manado, sesama anggota HMI,” katanya.
Menurut Rignolda, Sajjad adalah anggota HMI Manado. Sajjad pernah berkuliah di Fakultas Tehnik Arsitektur Unsrat tahun 2013. Solidaritas terhadap Sajjad itu juga dilakukan sukarelawan yang menampung keluarga Sajjad yang keluar dari Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Manado.
Kepala Rudenim Manado Arther Mawikere menyatakan dapat memahami suasana batin para imigran Afghanistan saat ini. “Kami juga prihatin, mungkin setelah masa berkabung kami akan membawa mereka kembali ke rudenim,” katanya.
Ia mengatakan, di Rudenim Manado terdapat satu warga Somalia, satu warga Malaysia, dan 12 warga Afghanistan. Warga Somalia itu juga berstatus imigran setelah usaha mencari suaka sebagai pengungsi ditolak oleh UNHCR pada 31 Januari lalu.
Ketua Forum Kerjasama Umat Beragama Sulut Lucky Rumopa berharap masalah imigran Afghanistan itu dapat diselesaikan secara hukum imigrasi yang berlaku. Ia meminta berita soal imigran Afghanistan tidak mencederai kerukunan antarumat beragama di daerahnya.
“Kami berharap peran pers untuk memahami masalah imigran Afghanistan dan memberitakan secara jujur. Semua ada aturannya,” katanya.
Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Sulawesi Utara Efendi Peranginangin menyatakan prihatin atas musibah yang menimpa imigran asal Afghanistan tersebut.