Banyak pengusaha mendambakan peluang usaha di Australia. Namun, hanya sedikit yang tahu cara untuk berinvestasi di negara itu. Oleh karena itu, dibutuhkan pintu gerbang sekaligus pemandu untuk masuk ke ”Negeri Kanguru”. Menjawab tantangan tersebut, Navanti Holdings hadir di Melbourne, Australia, sejak 11 tahun lalu. Mereka membantu orang-orang Indonesia untuk berinvestasi di Australia.
Chief Executive Officer (CEO) Navanti Holdings Ivan Tandyo, yang ditemui di kantornya di Collins Street Tower, Melbourne, Australia, beberapa waktu lalu, bercerita mengenai usahanya. Usaha itu kian berkembang dan merambah bisnis properti, manufaktur, mebel, industri kreatif, jasa, percetakan, bahkan usaha rintisan.
Kini, perusahaan itu membangun The 11th, sebuah inkubator bisnis dan ruang kerja bersama.
Navanti yang tersebar di 14 negara menyediakan layanan bagi usaha rintisan Indonesia yang ingin merambah pasar Australia, dari hulu ke hilir. Semua kebutuhan pengusaha akan dibantu.
”Kami sebenarnya seperti membangun perkebunan dan menyiapkan kebutuhan tanaman. Kemudian usaha seperti benih, yang bisa tumbuh di tanah subur jika pendukungnya tersedia, seperti irigasi dan petaninya,” ujar Ivan yang mengatakan sudah mengembangkan sayap bisnis ke beberapa negara di kawasan Asia.
Menurut Ivan, The 11th sebagai ruang kerja bersama sudah mendapat dukungan berupa jaminan bantuan dari Pemerintah Indonesia dan Australia.
Selama 10 tahun, Navanti membangun sejumlah perusahaan, antara lain konsultan manajemen, konsultan hukum, konsultan keuangan, akuntan, desain interior, hingga konsultan hubungan masyarakat.
Dengan demikian, The 11th bukan sekadar ruang kerja, tetapi menjadi inkubator bisnis bagi investor Indonesia yang akan masuk ke Australia. Usaha-usaha itu didandani anak-anak usaha Navanti.
Adapun Navanti Holdings menyediakan jaringan bisnis, pendanaan, dan bisnis model. Investor yang baru masuk ke Australia itu bisa juga hanya menyewa dan menggunakan jasa Navanti.
”Jadi, The 11th coworking space adalah tempat penggodokan ide-ide bisnis dan kreativitas. Mungkin yang takut menghadapi risiko berbisnis di Australia bisa menjadi lebih tenang karena tidak sendiri, semuanya sudah disediakan. Risiko tidak terlalu besar lagi karena kami ada,” ujar Ivan.
Navanti juga berinvestasi pada bisnis lain, seperti membangun pabrik peralatan dapur komersial sebagai penanaman modal asing (PMA) di Surabaya, Jawa Timur, dengan merek Kirana. Adapun klien Kirana di Indonesia antara lain Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD yang memiliki dapur luas, Ismaya Group, Boga Group, dan beberapa rumah mewah.
Mulai dari kegagalan
Dalam mengembangkan bisnis di Australia, sebenarnya Ivan memulai dari kegagalan. Bahkan, saat kuliah di Australia, ia sempat tidak selesai dari Economics and Finance Royal Melbourne Institute of Technology (RMIT). Beruntung, ia diterima lagi untuk kuliah di program diploma banking and finance sebelum kembali ke jalur sarjana (bachelor) economics and finance.
Setelah menyelesaikan sekolah, Ivan tidak kembali ke Indonesia. Ia memilih menjadi pengusaha kafe dan rumah makan hingga memiliki tiga restoran. Akan tetapi, saat itu, ia terlalu agresif mengembangkan usaha dengan membuka rumah makan di pusat perbelanjaan, yang pada akhirnya bangkrut.
”Waktu itu, saya terlalu agresif. Maklum, masih muda. Saya punya mimpi, tetapi tidak siap. Akan tetapi, tidak boleh menyerah dalam meraih mimpi,” katanya.
Tak ingin berlama-lama tenggelam dalam kepailitan, Ivan bangkit dengan memanfaatkan jaringan yang sudah dibangun selama beberapa tahun di Australia. Dia menjual jasa untuk membantu orang Indonesia yang mencari properti di Australia dengan mendirikan Xynergy Realty.
Perusahaannya menjadi agen real estat dan manajer properti dengan moto ”Your One-stop Property Solution”.
Moto itu ia terapkan dalam bisnisnya. Ivan menjemput klien yang akan membeli properti di bandara, kemudian mengatur pertemuan dengan pemilik properti, memberikan informasi selengkap-lengkapnya mengenai aturan yang ada, serta menghitungkan biayanya. Ternyata jasa tersebut laris manis karena sesuai kebutuhan orang Indonesia yang ingin berinvestasi dengan aman.
”Sebelas tahun lalu belum ada orang Indonesia yang melakukan itu. Kami menjadi pionir. Respons pasar untuk investasi rumah terbilang baik karena konsep usahanya tepat. Orang Indonesia tidak mau pusing. Jadi, Navanti menawarkan jasa pengurusan layanan dari awal hingga akhir,” tutur Ivan.
Xynergy, sebagai anak usaha Navanti Holdings, akhirnya dipercaya pengembang di Melbourne untuk memasarkan properti di Indonesia. Setiap kali pengembang itu menggelar pameran properti di Indonesia, Ivan dan timnya bisa menjual 30 unit properti per pekan.
Kedekatan dengan pengembang memberi kesempatan yang lebih besar. Ivan pun membangun bisnis properti sendiri di beberapa wilayah di Australia. Kini, dia mulai mengakuisisi atau mendirikan beberapa perusahaan yang bisa mendukung usaha properti.
Kesuksesan itu terus mengikuti Ivan hingga ia pun membangun ruang kerja bersama The 11th di jantung kota Melbourne. Kini, semua kesuksesan itu akan dibagi dengan investor dari Tanah Air, baik untuk memakai ruang-ruang yang disediakan maupun peluang bermitra dengan perusahaannya.