Kinerja perdagangan Indonesia pada Januari 2019 defisit 1,159 miliar dollar AS. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, defisit pada bulan pertama 2019 ini lebih dalam dibandingkan dengan Januari 2018 yang defisit 756 juta dollar AS.
Impor 15,028 miliar dollar AS pada Januari 2019 melampaui ekspor yang sebesar 13,869 miliar dollar AS. Golongan bahan baku dan penolong menyumbang 76,21 persen terhadap total impor, barang modal 15,66 persen, dan barang konsumsi 8,13 persen.
Impor bahan baku/penolong dan barang modal selama ini terkesan ”dimaklumi” dibandingkan dengan impor barang konsumsi. Alasannya, barang modal atau bahan baku/penolong digunakan atau diproses lebih lanjut oleh industri dalam negeri untuk mendapatkan nilai tambah.
Apalagi, hingga kini, masih banyak bahan atau barang yang tidak tersedia atau tidak memadai di dalam negeri sehingga mesti diimpor. Kondisi itu dari sisi jumlah, kualitas, ataupun harga. Impor bahan baku/penolong dan barang modal kerap dikaitkan dengan dinamika kegiatan investasi.
Impor bahan bahan baku/penolong pada Januari 2019 sebesar 11,47 miliar dollar AS atau turun tipis 0,11 persen secara tahunan. Adapun penurunan impor sebesar 5,1 persen juga terjadi pada golongan barang modal, dari 2,48 miliar dollar AS pada Januari 2018 menjadi 2,35 miliar dollar AS pada Januari 2019.
Penurunan impor bahan baku/penolong dan barang modal ini perlu dicermati terkait tren kegiatan di sektor riil.
Salah satu contoh, Badan Pusat Statistik baru saja merilis data impor berbagai produk kimia, yang naik 47,14 persen dari 200,7 juta dollar AS pada Januari 2018 menjadi 295,3 juta dollar AS pada Januari 2019. Kementerian Perindustrian menengarai, peningkatan impor berbagai produk kimia itu terkait pertumbuhan sektor industri tekstil, kimia, dan farmasi yang tinggi. Ketiga sektor itu membutuhkan produk kimia sebagai bahan baku.
Hal ini diperkuat data Badan Koordinasi Penanaman Modal yang mencatat, sepanjang Januari-Desember 2018 terealisasi 638 proyek penanaman modal dalam negeri (PMDN) di bidang usaha industri kimia dan farmasi dengan nilai investasi Rp 13,34 triliun. Sementara pada penanaman modal asing (PMA) terealisasi 1.001 proyek bidang industri kimia dan farmasi senilai 1,94 miliar dollar AS.
Pada 2018 terealisasi 366 proyek PMDN bidang usaha industri tekstil dengan nilai investasi Rp 3,596 triliun. Pada periode yang sama terealisasi 715 proyek PMA industri tekstil dengan nilai investasi 305,39 juta dollar AS. Semua investasi itu memerlukan barang modal serta bahan baku/penolong.
Sebenarnya sudah ada niat atau semangat melakukan substitusi impor, baik substitusi bahan baku/penolong, barang modal, maupun barang konsumsi. Namun, semua itu tidak dapat dilakukan seketika.
Sebenarnya sudah ada niat atau semangat melakukan substitusi impor.
Upaya melengkapi struktur industri juga perlu perencanaan matang, konsistensi kebijakan, dan kesungguhan dalam mengeksekusi berbagai langkah. Apalagi, kondisi di setiap industri bervariasi. Ada industri yang lemah di sisi hulu, ada yang kurang di hilir, tetapi ada juga di keduanya.
Data ekspor-impor dapat menjadi salah satu ukuran potensi yang dapat dimanfaatkan pelaku industri di dalam negeri. Surplus atau defisit perdagangan bisa menggambarkan kemampuan atau ketidakmampuan industri dalam negeri untuk meningkatkan nilai tambah dan menggarap pasar ekspor.
Di titik ini, investasi diharapkan dapat menjadi salah satu skema memperkuat industri di dalam negeri.