Bangunan Hijau Menghemat 30-80 Persen Biaya Utilitas
›
Bangunan Hijau Menghemat 30-80...
Iklan
Bangunan Hijau Menghemat 30-80 Persen Biaya Utilitas
Oleh
Hendriyo Widi
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Green building atau bangunan hijau dapat menghemat biaya utilitas 30 hingga 80 persen dibandingkan dengan bangunan konvensional. Untuk mendukung peningkatan efisiensi energi dari bangunan dan gedung, International Finance Corporation berinvestasi 150 juta dollar AS atau Rp 2,1 triliun.
Penghematan biaya utilitas itu antara lain biaya listrik menjadi lebih murah dan penghematan air dengan sistem plambing sehingga debit air rendah. Bangunan hijau itu juga memberikan kenyamanan dan berdampak terhadap kesehatan.
”Investasi itu melalui obligasi berwawasan lingkungan (green bond) pertama di Bank OCBC NISP untuk mendorong pertumbuhan bangunan hijau,” kata Pemimpin Program Pembangunan Hijau Indonesia Sandra Pranoto seusai acara pemaparan hasil studi International Finance Corporation (IFC) dan Green Building Council Indonesia (GBCI) di Jakarta, Rabu (20/2/2019).
IFC secara global telah berinvestasi lebih dari 4 miliar dollar AS atau Rp 56 triliun pada bangunan dan gedung hijau melalui intermediasi lembaga keuangan, selain di sektor ritel, hotel, rumah sakit, properti serbaguna (mixed-use), hunian, sekolah, dan universitas. Diperkirakan 15 persen dari investasi itu dilakukan di kawasan Asia Timur dan Pasifik, termasuk Indonesia.
Menurut Sandra, kendala utamanya banyak yang belum melihat manfaat dan keuntungan tentang bangunan hijau yang lebih hemat energi. Walaupun tambahan biaya untuk membangun green building mulai dari 0 persen hingga 17 persen dilihat dari biaya desain dan penggunaan materialnya, dalam jangka panjang akan menguntungkan dengan penghematan biaya 30 hingga 80 persen.
Ketika pemerintah memutuskan bahwa aturan dan alasan emisi gas rumah kaca itu harus berkurang menjadi 29 persen pada tahun 2030, maka harus ada upaya dan usaha lebih dari pemerintah untuk mencapai itu.
Adapun Ketua GBCI Iwan Prijanto mengatakan, tidak semua bangunan serta-merta bisa menjadi green building. Selain karena ketidaktahuan, perubahan menjadi green building membutuhkan investasi yang lebih mahal.
Untuk itu, GBCI dan IFC berusaha menggalang pemahaman jangka panjang, terutama bagi para pengambil keputusan, utamanya pemilik gedung. ”Saat ini, kami sedang mengusahakan menumbuhkan market bangunan hijau karena hambatan utama pasti di aspek keputusan investasi,” kata Iwan.
Bangunan dan gedung di Indonesia merupakan pengguna energi terbesar ketiga dengan porsi sekitar 30 persen dari total konsumsi energi nasional.
Hasil studi itu juga mengungkapkan, bangunan dan gedung di Indonesia merupakan pengguna energi terbesar ketiga dengan porsi sekitar 30 persen dari total konsumsi energi nasional.
”Jika tidak dikelola dengan baik, konsumsi energi dari gedung dan bangunan berpotensi meningkat hingga 40 persen dari total konsumsi energi pada 2030,” katanya. (FRANSISCA NATALIA ANGGRAENI)