Monumen Bersejarah di Yogyakarta Jadi Korban Vandalisme
›
Monumen Bersejarah di...
Iklan
Monumen Bersejarah di Yogyakarta Jadi Korban Vandalisme
Oleh
Haris Firdaus dan Nino Citra Anugrahanto
·4 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS - Monumen Serangan Umum 1 Maret 1949 di Kota Yogyakarta menjadi korban vandalisme. Monumen untuk mengenang salah satu peristiwa bersejarah dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia itu dicorat-coret dengan cat. Pihak kepolisian pun menyatakan segera mengusut kasus ini untuk menemukan dan menindak pelakunya.
Keberadaan coretan-coretan di monumen yang dikelola oleh Museum Benteng Vredeburg, Yogyakarta, itu diketahui pada Sabtu (16/2/2019) pagi. "Yang mengetahui pertama kali itu petugas kebersihan," kata Koordinator Konservator Museum Benteng Vredeburg, Darsono, Rabu (20/2).
Darsono menyatakan, aksi corat-coret tersebut diperkirakan terjadi pada Jumat malam. Hal ini karena hingga Jumat sore, coretan tersebut belum ada. Selain itu, pada Sabtu pagi, petugas juga menemukan empat botol cat yang diduga digunakan untuk mencorat-coret sejumlah bagian monumen yang berada di kawasan Titik Nol Kilometer Yogyakarta itu.
Coretan berbagai warna tersebut antara lain ditemukan pada relief yang menceritakan peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949. Dari 25 panel relief yang ada, sedikitnya ada 7 panel relief yang dicorat-coret. Pada sejumlah panel, coretan itu berbentuk telapak tangan.
Selain itu, coretan juga ditemukan pada dinding yang berada di bawah sejumlah patung di kompleks Monumen Serangan Umum 1 Maret. Coretan serupa juga terdapat di dinding bagian belakang monumen dan beberapa bagian lantai di monumen tersebut.
Darsono mengatakan, setelah mengetahui hal itu, pihaknya langsung berupaya melakukan pembersihan. Upaya pembersihan dilakukan sejak Senin (18/2) dengan berbagai cara, termasuk menggunakan cairan pembersih. Akan tetapi, sampai Rabu ini, coretan tersebut belum bisa sepenuhnya dihilangkan.
"Membersihkan ini ternyata memakan waktu yang agak lama karena cat yang digunakan untuk mencorat-coret itu sudah masuk ke dalam pori-pori batuan," ungkap Darsono.
Pada Rabu pagi, sejumlah pegawai Museum Benteng Vredeburg tampak terus berupaya membersihkan coretan. Untuk membersihkan coretan di dinding, petugas menggunakan sikat baja halus dan cairan khusus. Selain itu, dinding Monumen Serangan Umum 1 Maret juga disemprot dengan air untuk membantu menghilangkan cat yang menempel.
Sementara itu, pada bagian relief, pembersihan dilakukan secara manual menggunakan sikat supaya tidak merusak relief. Ke depan, petugas juga akan melakukan pengecatan ulang pada bagian relief agar sisa-sisa aksi vandalisme tersebut tak lagi terlihat.
Sangat disayangkan
Darsono memaparkan, sampai saat ini, pelaku corat-coret itu belum diketahui. Hal ini karena di lokasi tersebut tidak ada kamera pemantau (CCTV). Pihaknya sangat menyayangkan tindakan pelaku. Monumen yang diresmikan pada 1 Maret 1973 oleh Presiden Soeharto itu merupakan penanda salah satu peristiwa penting dalam sejarah kemerdekaan Indonesia.
"Monumen ini sangat penting untuk mengingatkan masyarakat tentang peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949," katanya.
Serangan Umum 1 Maret 1949 merupakan peristiwa penyerangan secara besar-besaran oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) terhadap tentara Belanda yang menguasai Yogyakarta dan sekitarnya. Tujuan Serangan Umum 1 Maret 1949 adalah menunjukkan kepada dunia internasional bahwa TNI dan Indonesia masih eksis dan memiliki kekuatan untuk melawan Belanda.
Darsono menambahkan, pembersihan coretan itu harus diselesaikan secepatnya. Sebab, tak lama lagi, monumen tersebut akan dipakai sebagai tempat peringatan Serangan Umum 1 Maret. Rangkaian acara peringatan itu akan dimulai pada akhir Februari.
"Setiap tahun, monumen ini menjadi tempat peringatan Serangan Umum 1 Maret 1949. Tahun ini peringatan Serangan Umum ke-70," ujar Darsono.
Saya akan bilang kepada Polresta Yogyakarta untuk mengusut dan menindak pelaku.
Secara terpisah, Kepala Polda DI Yogyakarta Inspektur Jenderal Ahmad Dofiri mengatakan, pihaknya segera memerintahkan Polres Kota Yogyakarta untuk mengusut perkara ini. Rencana pemerintah kota untuk memasang kamera pengawas (CCTV) juga hendaknya segera dilakukan agar pengawasan terhadap ruang publik bisa semakin ketat.
“Jika ada CCTV, ini akan memudahkan kami. Mungkin, ini terjadi karena lemahnya pengawasan. Vandalisme segala macam tidak diperbolehkan. Itu merusak lingkungan dan kenyamanan kota. Saya akan bilang kepada Polresta Yogyakarta untuk mengusut dan menindak pelaku,” kata Dofiri.
Kepala Polres Kota Yogyakarta Komisaris Besar Armaini mengungkapkan, pihaknya akan meningkatkan patroli sambil mencari pelakunya. Hal itu agar kejadian serupa tidak terulang di kemudian hari.
Ia juga meminta masyarakat untuk ikut mengawasi tempat-tempat penting demi membantu polisi menemukan pelaku. “Kita tidak bisa membiarkan vandalisme merusak semua yang sudah ada,” kata Armaini.