Dari sekian banyak pemain sejagat, Cristiano Ronaldo adalah pemain paling ditakuti serta dibenci oleh Atletico Madrid. Koleksi 22 gol Ronaldo ke gawang Atletico menjadi bukti teror bintang Juventus itu.
MADRID, SELASA Duel Atletico Madrid vs Juventus di laga pertama babak 16 besar Liga Champions Eropa, Kamis (21/2/2019) pukul 03.00 WIB di Stadion Wanda Metropolitano, Madrid, Spanyol, menjadi laga istimewa bagi Cristiano Ronaldo. Atletico adalah musuh favorit Ronaldo, bintang Juventus yang disebut ”El Matador” karena spesialisasinya membunuh mimpi ”Si Banteng” Spanyol, Atletico Madrid.
Ketika Ronaldo memutuskan hengkang dari Real Madrid musim panas lalu, bukan suporter Barcelona—rival terkuat Real Madrid—yang girang. Sorak kegembiraan justru terdengar sangat dekat, yaitu dari tim tetangga Real, Atletico.
”Kami senang ia pergi. Kalau bisa, sejauh mungkin di benua lainnya. Dengan demikian, kami tidak akan lagi menderita,” ujar David Gonzalez, Presiden Atletica Mostales—salah satu kelompok suporter fanatik Atletico.
Gonzalez benar adanya. Bagi Atletico, tiada pemain lain di dunia yang membuat tim kesayangannya lebih menderita selain Ronaldo. Penderitaan bertubi-tubi itu terutama dihadirkan pemain berjuluk CR7 itu di kompetisi antarklub paling termasyhur, Liga Champions. Dua kali mimpi Atletico merajai Eropa digagalkan secara dramatis oleh Real dan CR7, yakni pada final Liga Champions 2014 dan 2016,
Atletico sebetulnya termasuk tim paling konsisten dan ditakuti di Liga Champions dewasa ini. Mereka adalah langganan final dan semifinal dalam lima musim terakhir.
Ibarat banteng, mereka memiliki karakter permainan agresif yang dipadukan pertahanan rapi dan solid. Itu kerap membuat lawan-lawannya, seperti Chelsea dan Barcelona, frustrasi. Barisan bek ”Los Rojiblancos” nyaris tidak bisa dijinakkan.
Tak ayal, pada final 2014 kontra Real di Lisbon, Portugal, Atletico telah membayangkan trofi ”si kuping lebar” berada di genggaman. Pertahanan mereka lagi-lagi menjadi batu karang yang sulit ditembus lawan. Atletico unggul 1-0 hingga 90 menit waktu normal. Celakanya, di menit injury time, bek Madrid, Sergio Ramos menyamakan kedudukan.
Laga pun berlanjut ke perpanjangan waktu. Di babak ekstra itulah Ronaldo membuat lautan pendukung Atletico menangis dengan gol penaltinya yang menyegel kemenangan Real 4-1.
Selebrasi gol khas Ronaldo di laga itu bak cuka di atas luka Atletico. Dia berlari ke pojok lapangan, merobek kausnya bak Superman, lalu memamerkan otot-otot torsonya di hadapan para suporter Atletico.
Gestur tubuhnya seolah menunjukkan, ia Sang Matador sejati penjinak banteng merah Rojiblancos. Media-media Spanyol pun menulis, CR7 memamerkan chuleria alias kesombongannya lewat otot-otot maskulin itu.
Arogansi
Gestur chuleria kembali diperagakan Ronaldo di final 2016 di Milan, Italia. Atletico mengusung misi balas dendam di laga kali ini. Namun, takdir berkehendak lain.
Tangis suporter Atletico kian keras karena lagi-lagi mereka kalah, ironisnya lewat drama adu penalti. Ronaldo lagi-lagi menjadi aktor penentu. Eksekusi penaltinya menyegel kemenangan Real di derbi Madrid itu. Semusim kemudian, trigol CR7 menamatkan perlawanan Atletico di semifinal.
”Pada masanya ketika berkarier di Spanyol, Ronaldo adalah pemain Real yang paling dibenci Atletico. Itu lantaran bukan karena kehebatannya, melainkan arogansinya. Anda tidak akan menemukan seorang pun pendukung Atletico yang simpati kepadanya,” tulis Inako Diaz Guerra, jurnalis El-Mundo.
Kini, Sang Matador kembali ke Madrid. Ia akan kembali menghadapi Atletico, lawan favorit Ronaldo. Gawang Sang Banteng telah 22 kali ia bobol. CR7, di masa mudanya, tidak pernah ciut nyali di kandang si benteng. Sepuluh dari 22 golnya itu ia ciptakan di kandang Si Banteng, termasuk Wanda Metropolitano.
”Dia (Ronaldo) memang arogan. Namun, apa yang bisa kita lakukan? Dia memang hebat dan bisa membuat perbedaan,” ucap Radomir Antic, mantan pelatih Atletico Madrid.
Ronaldo bakal menjadi andalan Juventus untuk menghadapi ujian tersulitnya di babak gugur. Ia diboyong Juve untuk laga-laga penting dan sulit seperti ini. Ronaldo sangat berpengalaman menghadapi laga-laga macam ini.
Total 60 gol ia buat di babak gugur Liga Champions. Tiada pemain lainnya sejagat yang mampu menyamai rekornya itu, sekalipun bintang Barcelona, Lionel Messi, dengan koleksi 40 gol di fase itu.
Namun, berbeda dengan saat membela Real, Ronaldo belum banyak unjuk gigi di Liga Champions bersama Juventus. Koleksi golnya baru satu musim ini. Tidak ayal, laga ini bakal menjadi pembuktian bagi CR7.
”Kami harus membuat paling tidak satu gol di Madrid. Lolos tidaknya kami (ke perempat final) bergantung pada hal ini. Kami adalah tim yang sangat seimbang,” tutur Pelatih Juventus Massimiliano Allegri.
Allegri juga masih penasaran dengan gelar juara Liga Champions. Dia dua kali membimbing Juve ke final pada 2015 dan 2017, tetapi semuanya berakhir sebagai peringkat kedua. Pada 2015, Juve kalah 1-3 dari Barcelona dan pada 2017 Ronaldo saat masih membela Real mencetak dua gol untuk menumpas mimpi Juve dengan kemenangan 4-1.
”Ini bukan tentang Ronaldo telah berada di sini dan kami pasti juara. Kami berusaha untuk juara, tetapi ada tim-tim lain yang juga ingin juara,” kata Allegri yang tidak ingin meremehkan tim lain.
Sementara itu, Pelatih Atletico Madrid Diego Simeone enggan membahas atau fokus ke Ronaldo semata. Ia berkata, timnya bakal tampil kolektif seperti biasa. Ia mengisyaratkan Atletico akan bermain seperti tidak biasanya, yaitu lebih ofensif dan agresif demi mengejar kemenangan di kandang.
”Ini seperti laga final. Tidak boleh ada kesalahan,” ujar Simeone yang sejak 2011 menyuntikkan militansi di Atletico. (REUTERS/AFP/JON)