JAKARTA, KOMPAS – Dua juara dunia diprediksi akan mengadang penampilan lifter Indonesia kelas 73 kilogram Triyatno di Piala Dunia Angkat Besi IWF. Kejuaraan yang termasuk dalam kualifikasi Olimpiade Tokyo 2020 itu bergulir di Fuzhou, China, 22-27 Februari.
Triyatno diprediksi akan berhadapan dengan juara dunia 2018, Shi Zhiyong (China) dan juara dunia 2017, Won Jeong-sik (Korea Selatan). Zhiyong berjaya di Kejuaraan Dunia 2018 dengan total angkatan 360 kg (snatch 164, clean and jerk 196 kg). Di ajang yang sama, Jeong-sik gagal mempertahankan gelar. Dia harus puas berada di peringkat kedua dengan total angkatan 348 kg (snatch 153 kg, clean and jerk 195 kg). Sementara Triyatno menempati peringkat ke-14 dengan angkatan 325 kg (snatch 145 kg, clean and jerk 180 kg).
Manajer Tim Nasional Indonesia Sonny Kasiran mengatakan, semakin mendekati Olimpiade, persaingan angkat besi dunia memang semakin ketat. “Tim Korea Selatan dan Korea Utara yang absen di kejuaraan Piala EGAT, Thailand, pekan lalu, kemungkinan besar turun di China demi poin Olimpiade. Ini membuat persaingan bertambah ketat,” ujarnya, Kamis (21/2/2019).
Meskipun persaingan tak mudah, Sonny berharap, tim “Merah Putih” dapat menunjukkan penampilan terbaiknya. Tim “Merah Putih” diharapkan dapat meningkatkan jumlah angkatan agar poin peringkat dunia bertambah. “Kami tidak memasang target medali. Target kami adalah poin Olimpiade. Untuk itu, sebisa mungkin jangan sampai ada angkatan gagal,” ujar Sony.
Sebelum berangkat ke China, Triyatno mengatakan bahwa fokusnya adalah memperbaiki jumlah angkatan. “Saya menargetkan diri sendiri untuk mengukir jumlah angkatan yang lebih baik dari penampilan terakhir di Thailand. Mudah-mudahan, badan saya enak untuk diajak mengangkat beban, jadi tidak akan muncul pikiran aneh-aneh yang mempengaruhi penampilan,” kata lifter peraih dua medali Olimpiade itu.
Persiapan
Triyatno menjelaskan, ketika tampil di Thailand kondisi fisiknya tidak terlalu baik. Dia juga mengalami nyeri di bagian lutut sehingga penampilannya kurang maksimal. Di Piala EGAT, pekan lalu, Triyatno meraih dua emas untuk angkatan total 322 kg dan snatch 142 kg, serta perak untuk clean and jerk 180 kg. Jumlah ini lebih rendah dari Kejuaraan Dunia 2018.
Sekarang, menurut Triyatno, persiapannya lebih baik. Dia sudah menjalani sejumlah terapi pemulihan tubuh. Tekad Triyatno untuk tampil di Olimpiade Tokyo 2020, yang akan dijadikan ajang Olimpiade terakhirnya, juga cukup besar sehingga diharapkan itu bisa menjadi modalnya untuk menunjukkan penampilan terbaik.
Selain Triyanto, Indonesia mengirimkan lifter putra Eko Yuli Irawan dan Surahmat (kelas 61 kilogram), dan Deni (67 kg). Di kategori putri, Syarah Anggraini akan tampil perdana di kelas baru, yaitu 49 kg, menggantikan Sri Wahyuni. Sebelumnya, Syarah tampil di kelas 53 kg. Selain itu, Indonesia diperkuat Acchedya Jagaddhita (59 kg) dan Nurul Akmal (+87 kg).
Sonny menjelaskan, kondisi tim “Merah Putih” dalam kondisi baik. Sebelum berangkat ke China, lifter-lifter terbaik Indonesia sudah menjalani terapi pemijatan untuk memperlancar aliran darah dan melunturkan otot. “Kami juga pergi makan bersama-sama agar rileks. Perasaan yang rileks dan bahagia adalah modal kami bersaing di China,” kata Sonny.
Untuk mendukung penampilan atlet, Indonesia juga mengirimkan dokter dan pemijat ke China. Tim pendukung ini melekat bersama lifter-lifter Indonesia untuk memastikan mereka bisa tampil dalam kondisi terbaiknya.