Sepak bola, secara psikologis, mirip dengan tinju. Jika memperlihatkan rasa takut, lawan akan menggempur habis-habisan. Itulah mengapa Atletico Madrid tak pernah gentar menatap lawannya.
MADRID, KAMIS - Pelatih Atletico Madrid Diego Simeone memandang sebuah pertandingan sepak bola seperti layaknya tinju atau bahkan perkelahian jalanan. Butuh keberanian untuk tampil dan kejelian memanfaatkan ketakutan lawan.
Prinsip ini diterapkan Simeone ketika mengalahkan Juventus, 2-0, pada laga pertama babak 16 besar Liga Champions di Stadion Wanda Metropolitano, Madrid, Kamis (21/2/2019) dini hari WIB. Pelatih yang dijuluki ”El Cholo” itu berani menerapkan strategi yang berisiko dan di sisi lain tahu ketika Juventus mulai ketakutan.
”Selalu ada momen (dalam tinju), sekitar 1 detik, ketika seseorang memperlihatkan rasa takut di matanya, di tubuhnya, dan hal yang sama terjadi di sepak bola. Ketika lawan melihatmu takut, mereka akan menyerang tanpa ampun,” tutur Simeone dalam bukunya, Creer, yang berarti percaya.
Oleh karena itu, Simeone pantang takut meski Juventus datang dengan ambisi besarnya. Atletico pantang gentar ketika mantan rival mereka di Real Madrid, Cristiano Ronaldo, juga datang. Sebaliknya, skuad ”Los Rojiblancos” wajib menunjukkan keberanian untuk meneror tamunya.
Simeone melakukan itu dengan memainkan Diego Costa dan Koke yang baru saja pulih dari cedera. Costa ditugasi untuk membuat duo bek Juventus, Leonardo Bonucci dan Giorgio Chiellini, sibuk dan lelah. ”Anda harus berani memainkan Costa dan Koke setelah mereka berdua absen selama satu bulan dan itu yang saya lakukan,” kata pelatih asal Argentina itu.
Strategi itu berhasil dan Simeone melihat Juventus mulai frustrasi karena laga masih berakhir imbang 0-0 hingga turun minum. Simeone lalu menjalankan strateginya yang kedua, yaitu menarik Costa, Koke, dan Thomas Partey pada awal babak kedua. Ia lalu memasukkan Alvaro Morata, Thomas Lemar, dan Angel Correa untuk memperkuat serangan.
Hasilnya, Atletico bisa semakin menekan dan dua bek mereka yang berasal dari Uruguay, Diego Godin dan Jose Gimenez, mencetak dua gol dari bola-bola mati. Gol pertama Godin pada menit ke-78 berawal dari tendangan bebas, sedangkan gol Gimenez pada menit ke-93 terlahir dari tendangan bebas Antoine Griezmann.
Godin-Gimenez ini pun kembali menjadi mimpi buruk bagi Ronaldo setelah Uruguay mengalahkan Portugal, 2-1, pada babak 16 besar Piala Dunia 2018. Laga itu bisa jadi adalah laga terakhir Ronaldo di Piala Dunia mengingat usianya kini sudah 34 tahun.
”Untung kami hanya kebobolan dua gol. Karena kalah 0-2 masih bisa dibalik. Kami belum mati,” kata Pelatih Juventus Massimiliano Allegri.
Juventus masih punya kesempatan untuk membalas dalam laga kedua babak 16 besar pada 12 Maret 2019. Ronaldo dan kawan-kawan akan membuktikan apakah Simeone masih punya nyali di Stadion Allianz Turin, ”ring tinju” milik Juventus. (AFP/REUTERS)