BENGKALIS, KOMPAS Kebakaran ratusan hektar lahan gambut di beberapa daerah di Provinsi Riau hingga Jumat (22/2/2019) belum sepenuhnya teratasi. Kebakaran itu pun mulai menimbulkan kabut asap tipis di Kota Dumai.
Kebakaran lahan gambut yang cukup luas terjadi di Kecamatan Rupat, Kabupaten Bengkalis, Riau. Cuaca panas dan angin kencang di wilayah tersebut turut memicu meluasnya kebakaran. Ditambah lagi kondisi gambut dan ranting pepohonan yang kering sehingga mudah terbakar.
Sebanyak 200 petugas gabungan dari Manggala Agni dan instansi lain berjibaku memadamkan kebakaran yang melanda sekitar 300 hektar lahan gambut di sana. Mobil pemadam kebakaran dan dua helikopter milik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta perusahaan Sinar Mas dikerahkan untuk menjatuhkan bom air ke titik api di Rupat. ”Sebagian berhasil kami padamkan,” kata Komandan Regu III Manggala Agni Dumai Hamdani.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau Edwar Sanger mengatakan, konsentrasi pemadaman diarahkan ke Kecamatan Rupat, Bengkalis. Upaya pemadaman akan dilanjutkan pada Sabtu ini. ”Kawan-kawan di Rupat bekerja keras untuk memadamkan. Kondisinya mulai membaik,” ujarnya.
Sebelumnya, kebakaran lahan di Riau tersebar di sejumlah daerah, di antaranya di Kabupaten Rokan Hulu, Rokan Hilir, Dumai, Kepulauan Meranti, Siak, Pekanbaru, Kampar, Pelalawan, Indragiri Hulu, Indragiri Hilir, dan Kuantan Singingi. BPBD Riau mencatat, sepanjang Januari hingga Februari 2019, luas lahan yang terbakar mencapai 858 hektar.
Pantauan satelit oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Pekanbaru, kemarin, menemukan 44 titik panas yang tersebar di beberapa kabupaten. Titik panas paling banyak di Bengkalis, yakni di 14 lokasi.
Pada Jumat sore, angin mengarah ke barat sehingga kabut asap dari Rupat menyelimuti Kota Dumai. Namun, warga masih bisa beraktivitas seperti biasa.
Jika angin bergerak ke arah timur, dikhawatirkan asap dari Rupat akan sampai ke Malaysia. Hal ini dimungkinkan terjadi mengingat Pulau Rupat merupakan pulau terluar yang langsung berhadapan dengan Malaysia.
Di Dumai juga dijumpai sejumlah titik api. Namun, kebakaran di sebagian wilayah tersebut sudah dipadamkan. Petugas gabungan hanya melakukan pendinginan agar api tak muncul kembali.
Di kawasan Kelurahan Simpang Tetap Darul Ichsan, Kecamatan Dumai Barat, misalnya, belasan petugas menyiram lahan gambut yang masih mengeluarkan asap.
Kepala BPBD Dumai Afrilagan mengatakan, luas lahan yang terbakar di Dumai mencapai 49 hektar. Masih ada beberapa titik api yang belum padam, tetapi sebagian besar sudah dalam proses pendinginan.
Kepala BMKG Stasiun Pekanbaru Sukisno mengatakan, titik api yang terpantau merupakan kebakaran lahan. Kondisi cuaca panas masih melanda kawasan Riau sehingga berpotensi memicu kebakaran lahan yang lebih luas.
Sumur bor
Di Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, keberadaan sumur bor yang dibuat pemerintah belum sepenuhnya digunakan untuk pembasahan lahan gambut. Sebagian besar sumur bor hanya digunakan saat ada kebakaran.
”Kalau ada api baru kami pakai, itu juga kalau apinya berada di sekitar sumur bor,” kata Lampang Abel (47), Sekretaris Masyarakat Peduli Api (MPA) Merpati Desa Gohong, Kabupaten Pulang Pisau.
Sumur bor dan sekat kanal merupakan satu dari tiga aspek upaya restorasi gambut yang dirancang Badan Restorasi Gambut setelah kebakaran hutan dan lahan tahun 2015.
Sumur bor dan sekat kanal dibuat untuk pembasahan kembali kawasan gambut yang rusak. Sebanyak 8.875 sumur bor dan 2.534 sekat kanal dibuat pemerintah pada 2017-2018. (AIN/IDO)