WASHINGTON, KAMIS — Kabar baik muncul dari lanjutan negosiasi perdagangan Amerika Serikat dengan China, Kamis (21/2/2019), yakni nota kesepahaman antara kedua pihak mulai disusun. Merujuk pada sejumlah sumber yang dekat dengan proses negosiasi itu, setidaknya terdapat enam nota kesepahaman yang disusun.
Keenam nota kesepahaman tentang isu-isu struktural itu adalah transfer teknologi paksa dan pencurian dunia maya, hak kekayaan intelektual, aneka layanan, mata uang, pertanian, dan hambatan nontarif untuk berdagang. Hal itu diungkapkan dua narasumber yang mengetahui kemajuan pembicaraan, tetapi enggan disebut namanya.
Namun, Pemerintah AS di bawah kendali utama Presiden Donald Trump tetap menuntut perubahan struktural atas ekonomi China.
Pada pertemuan antara AS dan pejabat China, pekan lalu di Beijing, kedua belah pihak telah saling bertukar teks dan bekerja menguraikan kewajiban di atas kertas terkait materi-materinya. Proses tersebut telah menjadi negosiasi perdagangan yang nyata, kata sumber itu, sedemikian rupa sehingga pada akhir pekan para peserta mempertimbangkan untuk tetap berada di Beijing.
Sebagai gantinya, mereka sepakat untuk mengambil cuti beberapa hari dan berkumpul kembali di Washington. Juru bicara Departemen Perdagangan China, Gao Feng, pada hari Kamis menolak untuk mengomentari nota kesepahaman itu.
Nota kesepahaman tersebut mencakup masalah paling kompleks yang memengaruhi hubungan perdagangan antara kedua negara itu. Dari sudut pandang AS, hal itu sangat diperlukan untuk mengakhiri praktik-praktik yang membuat Trump mulai memberlakukan bea masuk atas impor China.
Satu sumber mengingatkan bahwa perundingan masih bisa berakhir dengan kegagalan. Namun, perundingan untuk mencapai nota kesepahaman adalah langkah penting dalam upaya membuat China menandatangani prinsip-prinsip umum dan komitmen spesifik pada isu-isu utama, katanya.
Beberapa sumber Pemerintah China mengungkapkan bahwa kedua negara pada dasarnya telah mencapai konsensus untuk mengurangi ketidakseimbangan perdagangan, tetapi masih ada beberapa perbedaan pada ”tuntutan inti” masing-masing yang mereka coba persempit.
”Dapat dikatakan bahwa kita sekarang berada dalam fase berlari dengan cepat, dan kedua tim negosiasi sedang berupaya mencapai tujuan dalam mencapai tenggat, tetapi beberapa masalah masih cukup rumit untuk diselesaikan,” kata seorang pejabat China yang mengetahui situasi tersebut.
Mencari jalan tengah
Sebagaimana diwartakan, kubu AS menuduh Beijing memaksa perusahaan-perusahaan AS yang berbisnis di China untuk membagikan teknologi mereka dengan mitra lokal dan menyerahkan rahasia kekayaan intelektual. Namun, China membantah terlibat dalam praktik semacam itu.
AS juga keberatan dengan hambatan nontarif di China, termasuk subsidi industri, peraturan, prosedur perizinan bisnis, tinjauan standar produk, dan praktik lain yang mereka katakan menjauhkan barang AS dari China atau memberikan keuntungan yang tidak adil bagi perusahaan domestik.
Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin telah mendorong China untuk membuka pasar layanan keuangannya ke lebih banyak perusahaan asing, termasuk raksasa kartu kredit Visa dan MasterCard. Perusahaan-perusahaan itu telah menunggu bertahun-tahun agar China memenuhi janji-janji untuk memungkinkan mereka beroperasi di sana.
Di bidang mata uang, pejabat AS, termasuk Mnuchin, telah memperingatkan China agar tidak mendevaluasi yuannya untuk mendapatkan keunggulan kompetitif setelah mata uang China itu melemah secara signifikan terhadap dollar AS tahun lalu. Hal itu dilakukan sebagai bagian dari upaya menangkal tarif impor AS.
Kedua pihak juga tengah membahas mekanisme pelaksanaan atas kesepakatan itu. Pihak AS bulan lalu mendorong tinjauan berkala atas kemajuan China dalam reformasi perdagangan yang dijanjikan dan dapat memberlakukan kembali tarif jika dianggap Beijing telah melanggar perjanjian. Para pihak juga melihat daftar 10 hal berisi cara-cara China dapat mengurangi surplus perdagangannya dengan AS, termasuk dengan membeli hasil pertanian, energi, dan barang-barang seperti semikonduktor. (REUTERS)