LONDON, KAMIS —Setelah selama beberapa pekan Perdana Menteri Inggris Theresa May menekan Uni Eropa agar membuka negosiasi kesepakatan Brexit, May kemarin mengklaim pihaknya berhasil melakukan terobosan.
PM May yang bertemu dengan Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Juncker mengatakan, telah terjadi kemajuan mengenai backstop Irlandia Utara. May secara terpisah menyatakan dirinya telah menekankan kepada UE tentang perlunya perubahan yang mengikat secara hukum atas backstop Irlandia Utara.
Masih belum jelas apa yang dimaksud May dengan kemajuan tersebut. Pernyataan bersama May-Juncker, Kamis (21/2/2019), menyebutkan bahwa pertemuan mereka berlangsung konstruktif. ”Kedua pemimpin sepakat bahwa pembicaraan mereka konstruktif dan masing-masing tim akan mengeksplorasi opsi-opsi yang ada dengan semangat positif.”
May dan 27 pemimpin UE telah menandatangani kesepakatan Brexit pada pertemuan puncak, 25 November. Namun, Majelis Rendah Inggris, Januari lalu, menolak kesepakatan itu dengan telak. Sebanyak 432 suara menolak dan 202 suara mendukung.
”Backstop”
Ganjalan utama adalah soal backstop di perbatasan Irlandia Utara dan Republik Irlandia. Inggris dan UE sepakat bahwa tak akan ada penjagaan di perbatasan, terlepas Brexit berakhir dengan atau tanpa kesepakatan. Artinya, barang dan orang dapat terus bergerak bebas di kedua wilayah.
Backstop diterapkan jika Inggris dan UE belum menemukan formula yang lebih baik pasca-Brexit. Artinya, demi lalu lintas orang dan barang dari Irlandia dan Irlandia Utara tetap berlangsung, Inggris akan tetap masuk dalam pabean UE sampai kesepakatan dagang Inggris-UE pasca-Brexit tercapai. Kubu pro-Brexit di Partai Konservatif merasa hal ini sebagai ”jebakan” untuk membuat Inggris tetap berada dalam kontrol Brussels.
Pernyataan tertulis May-Juncker juga membuka kemungkinan bahwa dalam deklarasi politik UE-Inggris akan ditambahkan ”keyakinan yang makin kuat” bahwa kedua pihak secepatnya akan mencapai kesepakatan di masa depan sehingga backstop tidak perlu digunakan.
Menteri Brexit Inggris Stephen Barclay dan Jaksa Agung Geoffrey Cox kembali ke Brussels, Kamis, yang menunjukkan bahwa negosiasi semakin intens. Menurut sumber di UE, Cox akan memainkan peran sentral dalam negosiasi ini.
Juncker kemarin mengatakan, dirinya tidak terlalu optimistis akan peluang Brexit dengan kesepakatan. Namun, ia mengingatkan, Brexit tanpa kesepakatan akan berdampak besar.
”Jika Brexit tanpa kesepakatan terjadi, dan saya tidak bisa mengabaikan ini, konsekuensi ekonomi ataupun sosial bagi Inggris dan Eropa akan sangat buruk. Jadi, orientasi saya adalah bagaimana mencegah hal terburuk. Namun, saya tidak terlalu optimistis ketika sampai pada isu ini. Karena di parlemen Inggris, dalam setiap voting selalu ada mayoritas yang menentang sesuatu dan tak ada yang mayoritas mendukung sesuatu,” tutur Juncker.
Di pihak UE, Komisi Eropa kemarin memublikasikan perkembangan terakhir terkait kemungkinan Brexit tanpa kesepakatan. Dari 19 rancangan undang-undang (RUU) untuk memitigasi dampak Brexit tanpa kesepakatan, tujuh RUU sudah disepakati.
Salah satu opsi untuk menghindari Brexit tanpa kesepakatan adalah mengizinkan Inggris untuk memperpanjang tenggat yang seharusnya jatuh pada 29 Maret 2019. Namun, May tetap berkeras bahwa ia tidak akan meminta perpanjangan. (AFP/AP)