Revitalisasi Sungai Citarum Butuh Sinergitas Pentahelix
›
Revitalisasi Sungai Citarum...
Iklan
Revitalisasi Sungai Citarum Butuh Sinergitas Pentahelix
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Revitalisasi Sungai Citarum menjadi perhatian karena memiliki potensi bencana yang berpengaruh terhadap jutaan warga di Jawa Barat dan Jabodetabek. Sinergi lima komponen yang disebut Pentahelix dibutuhkan untuk mengejar target revitalisasi Citarum dalam 5-7 tahun.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Letjen Doni Monardo di Bandung, Jumat (22/2/2019), menyatakan, berbagai bencana bisa melanda Jawa Barat dan Jabodetabek jika Sungai Citarum dibiarkan rusak dan tercemar. Air Citarum yang rusak berdampak pada 27 juta warga Jawa Barat dan Jakarta yang menggunakan air Sungai Citarum untuk kebutuhan sehari-hari.
Selain itu, kata Doni, irigasi dari Sungai Citarum mengairi hingga 420.000 hektar area persawahan di Jawa Barat. Tidak adanya tangkapan hujan di daerah hulu pada musim kemarau bisa berdampak pada kekeringan sehingga berakibat gagal panen hingga jutaan ton. Kekeringan ini juga akan berdampak pada terganggunya suplai listrik di turbin pembangkit di Waduk Saguling, Cirata, dan Jatiluhur.
”Upaya revitalisasi aliran Sungai Citarum harus tetap dikumandangkan. Pemerintah tidak mungkin bekerja sendirian. Peran masyarakat, peneliti. dan berbagai pihak sangat diperlukan,” ujarnya saat ditemui seusai Seminar Model Sinergitas Pentahelix dalam Merawat Alam dan Mitigasi Bencana di Bandung.
Upaya revitalisasi aliran Sungai Citarum harus tetap dikumandangkan. Pemerintah tidak mungkin bekerja sendirian. Peran masyarakat, peneliti, dan berbagai pihak sangat diperlukan.
Menurut Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, keterlibatan berbagai pihak ini mengusung konsep Pentahelix. Artinya, lima komponen, yaitu pemerintah, akademisi, pelaku usaha, komunitas, dan media massa, saling mendukung untuk menyukseskan Citarum Harum. Setiap komponen memiliki peran penting sesuai dengan porsi masing-masing.
Menjadi pembicara dalam seminar, Kamil yang juga menjadi Komandan Satgas Citarum Harum memaparkan, setiap komponen dianggap memiliki 20 persen andil dalam revitalisasi Citarum. Karena itu, ia berharap bisa merangkul semua elemen sehingga bisa mencapai target.
”Jadi, kalau ada satu komponen yang tidak bekerja maksimal, Citarum Harum tidak mencapai target. Kami akan mempraktikkan konsep Pentahelix ini sehingga target waktu 5-7 tahun bisa tercapai,” ujarnya.
Dengan target tersebut, kata Kamil, program tersebut harus memiliki progres 15 sampai 20 persen per tahun. Ia menuturkan, pemerintah tidak bisa berjalan tanpa ada dukungan dari pelaku usaha melalui bantuan dana dan komitmen untuk tidak mencemari sungai. Akademisi diharapkan bisa memberikan kajian dan inovasi untuk menemukan cara yang tepat dalam revitalisasi.
Untuk komunitas dan media, Kamil berharap inspirasi dan pemberitaan yang ada bisa mendorong masyarakat dalam merawat lingkungan. ”Jangan menyangka urusan ini hanya menjadi tanggung jawab pemerintah,” katanya.
Ketua Forum Pengurangan Risiko Bencana Jawa Barat Soma Suparsa menyambut baik kerja sama yang sinergis antarunsur masyarakat tersebut. Ia berujar, komunitas bisa memberikan bantuan berupa edukasi ke masyarakat. Data yang didapatkan melalui informasi dari masyarakat juga dapat membantu pemerintah dalam mitigasi bencana.
Hal senada juga diungkapkan oleh peneliti dari Pusat Penelitian Mitigasi Bencana Institut Teknologi Bandung. Ia melihat koordinasi sinergis dari pemerintah dan akademisi bisa menjadikan Citarum Harum dan program mitigasi bencana lainnya berjalan maksimal.