Aurora Gibrany Wirosudiro dengan cekatan mengambil sampah botol air mineral yang dipungutnya di kawasan hutan bakau dekat Dermaga Abesauw, Kota Jayapura, Papua. Sejurus kemudian, bocah berusia lima tahun ini memasukkan botol itu ke dalam kantong sampah berwarna hitam. Aksinya seolah tak mau kalah dengan peserta lain.
Aurora adalah peserta termuda dari sekitar 50 warga yang terlibat dalam kegiatan "Grebek Sampah" yang diselenggarakan Forum Komunitas Jayapura dan organisasi Earth Hour Kota Jayapura pada Sabtu (16/2/2019). Kegiatan itu dimulai sejak pukul 09.00 WIT hingga pukul 11.00 WIT.
Dermaga Abesauw termasuk salah satu situs penting Kota Jayapura karena menyimpan jejak sejarah awal mula perkembangan kota yang berjuluk Port Numbay ini. Dermaga pelayaran tradisional itu merupakan lokasi pertemuan Kali Acai dan laut di perairan Jayapura.
Namun, lokasi bersejarah itu kondisinya memprihatinkan. Banyak sampah yang tertimbun di sana. Sampah berasal dari laut, Kali Acai, dan Kali Hanyaan. Karena itu, para peserta aksi Grebek Sampah antusias mengikuti kegiatan kebersihan tersebut.
Mereka banyak menemukan sampah plastik dan ratusan botol minuman keras yang berserakan di kawasan hutan bakau itu. Satu per satu sampah dipunguti dengan tangan.
Sampah tersebut kemudian dikumpulkan ke sebuah truk yang disediakan Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup Kota Jayapura. Truk tersebut lalu membawa sampah-sampah itu ke tempat pengolahan akhir sampah.
Berdasarkan data dari Forum Peduli Port Numbay Green, sampah yang memenuhi area Dermaga Abesauw mencapai 3-5 ton per pekan. Ketua Forum Peduli Port Numbay Green Fredy Wanda mengatakan, para peserta yang terlibat dalam kegiatan ini tak hanya berasal dari aktivis lingkungan saja, tapi juga hampir seluruh komunitas warga.
"Para peserta Grebek Sampah terdiri dari berbagai latar belakang, seperti pelajar, mahasiswa, ibu rumah tangga dan anak-anak, pegawai negeri sipil, pegawai swasta komunitas fotografi, komunitas motor, dan komunitas penyandang disabilitas," tutur Fredy.
Koordinator Earth Hour Kota Jayapura Ross Delince Weyai menyatakan, kegiatan ini tak hanya untuk menyambut peringatan Hari Peduli Sampah Nasional yang jatuh pada Kamis (21/2). "Kami ingin menggugah kesadaran masyarakat agar lebih peduli untuk membuang sampah pada tempatnya. Membersihkan sampah di tempat tinggal dan tempat publik lainnya bukan hanya tanggung jawab pemerintah," ujarnya.
Sembilan tahun
Abdel Gamel Naser, salah satu Koordinator Forum Komunitas Jayapura, menuturkan, kegiatan membersihkan sampah di tempat publik mulai dirintis sejak sembilan tahun lalu. Awalnya, Forum Peduli Port Numbay Green memulai gerakan membersihkan sampah di tempat wisata, seperti Pantai Hamadi dan Dermaga Abesauw.
"Waktu itu, kegiatan membersihkan sampah belum berlangsung rutin setiap minggu. Kami hanya melaksanakan kegiatan itu sekali dalam sebulan karena keterbatasan jumlah peserta," tutur Abdel.
Kegiatan membersihkan sampah mulai menjadi rutinitas setiap minggu ketika terbentuknya Forum Komunitas Jayapura pada tahun 2017. Sekitar 100 komunitas warga tergabung dalam forum ini.
Kami akan terus melakukan aksi ini hingga tak ditemukan lagi sampah di tempat-tempat itu.
Saat ini, Forum Komunitas Jayapura selalu membersihkan sampah di tempat wisata dan sungai setiap hari Sabtu. Dalam sebulan, mereka bisa mengumpulkan sebanyak 5 ton sampah.
"Terdapat 12 sungai di Kota Jayapura yang dikotori sampah. Kondisi yang terparah di Kali Kampwolker dan Kali Kloofkamp. Kami akan terus melakukan aksi ini hingga tak ditemukan lagi sampah di tempat-tempat itu," tutur Abdel.
Forum Komunitas Jayapura juga memberikan sosialisasi bagi ratusan pelajar dari jenjang sekolah dasar hingga sekolah menengah atas untuk peduli membuang sampah pada tempatnya. Para pelajar berasal di Kota Jayapura hingga Sentani, Kabupaten Jayapura.
"Sejak tahun lalu, kami sudah memberikan sosialisasi bagi sekitar 200 pelajar. Mereka adalah agen perubahan di masa mendatang untuk menjaga tanah ini," kata Abdel.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Jayapura Ketty Kailola mengapresiasi inisiatif komunitas warga yang terlibat aktif dalam gerakan membersihkan sampah. Ia mengakui, diperlukan sebuah gerakan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat Kota Jayapura dalam menjaga kebersihan lingkungan.
Dari data DLHK Kota Jayapura, volume sampah jenis plastik dan kompos di Kota Jayapura mencapai 1.416 ton per tahun. Sebanyak 50 persen dari volume itu tersebar di sejumlah perairan Kota Jayapura, seperti Pantai Hamadi.
"Kami mendukung setiap kegiatan warga dengan menyediakan truk sampah. Pemkot Jayapura telah mengeluarkan regulasi Peraturan Wali Kota Jayapura Nomor 5 Tahun 2019 yang melarang usaha ritel menyediakan kantong plastik sejak 1 Februari lalu," kata Ketty.