Vatikan Bahas Skandal Seks yang Merusak Kredibilitas Gereja
›
Vatikan Bahas Skandal Seks...
Iklan
Vatikan Bahas Skandal Seks yang Merusak Kredibilitas Gereja
Oleh
Ayu Pratiwi
·3 menit baca
VATIKAN, JUMAT — Pemimpin Tertinggi Gereja Katolik Roma Paus Fransiskus berjanji untuk mengambil tindakan konkret terhadap pelecehan seksual anak yang dilakukan para pastor dan uskup. Skandal seks yang melibatkan para pemimpin Gereja lokal sangat melukai umat dan merusak kredibilitas Gereja.
Paus Fransiskus menyampaikan janjinya dan menulis 12 ”poin pemikiran” tentang cara menangani skandal tersebut ketika membuka konferensi para imam, uskup, kardinal, dan ahli, Kamis (21/2/2019) waktu Vatikan. Konferensi yang akan berlangsung hingga Minggu (24/2/2019) itu dihadiri sekitar 200 uskup, kardinal, dan pemimpin Gereja Katolik dari seluruh dunia.
Dalam pertemuan itu, Paus bertujuan membahas skandal yang telah merusak kredibilitas Gereja selama tiga dekade terakhir di sejumlah negara, seperti Amerika Serikat, Irlandia, Chile, dan Australia.
”Berhadapan dengan momok pelecehan seksual oleh para pastor terhadap anak-anak, saya ingin menjangkau Anda dalam menghadapi kasus pelecehan seksual yang dilakukan pria pemimpin Gereja terhadap anak di bawah umur. Dengarkan tangis anak-anak yang sedang mencari keadilan,” kata Paus, Kamis (21/22019).
”Saya ingin menjangkau Anda dalam rangka menghadapi skandal pelecehan seksual yang dilakukan oleh pria pemimpin Gereja terhadap anak di bawah umur,” kata Paus.
Fransiskus pun meminta para peserta konferensi untuk ”mendengarkan tangisan anak-anak kecil yang mencari keadilan. Korban layak mendapatkan langkah konkret dan efisien, dan bukan kecaman”.
Poin refleksi pertama yang disampaikan Paus adalah bahwa setiap keuskupan harus memiliki ”buku pegangan praktis” yang menunjukkan langkah yang perlu diambil saat kasus itu muncul. Tindakan itu di antaranya adalah memberi tahu otoritas sipil setempat tentang tuduhan itu dan memastikan bahwa Gereja atau tokoh agama tidak terlibat dalam investigasi. Sebagian besar poin itu telah dipraktikkan di sejumlah negara, termasuk AS.
Kardinal Ruben Salazar Gomez dari Bogota, Kolombia, menyampaikan, para uskup mengira bahwa tindakan mereka bebas dari hukuman. ”Musuh pertama ada di dalam diri kami sendiri, di antara uskup, imam, dan orang-orang yang tidak bekerja sesuai tugasnya. Kami harus menyadari itu,” kata Gomez.
Mengerikan
Paus Fansiskus dan peserta konferensi menyaksikan video di mana lima korban pelecehan seksual menceritakan kisahnya secara anonim.
”Sejak usia 15 tahun, saya melakukan hubungan seksual dengan seorang imam. Ini berlangsung selama 13 tahun. Saya hamil tiga kali dan dia meminta saya melakukan aborsi tiga kali. (Alasannya) cukup sederhana. Itu terjadi karena ia tidak menggunakan kondom atau kontrasepsi,” tutur seorang korban.
Korban lain menceritakan bahwa ia telah dituduh sebagai pembohong dan musuh Gereja ketika melaporkan kejadian pelecehan kepada pemimpin agama lokal. ”Kalian adalah dokter jiwa. Namun, dengan pengecualian yang langka, kalian telah diubah menjadi pembunuh jiwa, menjadi pembunuh iman. Ini kontradiksi yang mengerikan,” katanya.
Di Irlandia, skandal pelecehan seksual telah menghancurkan kekuatan atau pengaruh Gereja yang beberapa dekade lalu mendominasi masyarakat. Dalam pemilihan yang digelar beberapa tahun terakhir, warga cenderung menentang nilai Vatikan dan menyetujui aborsi juga pernikahan sesama jenis.
Di Chile, sejumlah uskup Gereja Katolik Roma yang terlibat dalam kasus pelecehan seksual menawarkan pengunduran diri kepada Paus pada 2018. Paus hanya mengizinkan tiga dari total 34 penawaran pengunduran diri.
Sebelumnya, Paus menyatakan, tuduhan terhadap uskup di sana sebagai fitnah karena belum menerima bukti. Ia kemudian meminta maaf kepada para korban.
Di AS, laporan oleh dewan juri di Pennsylvania pada 2018 mengungkapkan bahwa pemimpin Gereja telah melakukan pelecehan seksual kepada sekitar 1.000 orang selama tujuh dekade, hanya di negara bagian AS itu saja.
Anne Barrett-Doyle dari bishopaccountablity.org, organisasi yang melacak kasus pelecehan di seluruh dunia, menyampaikan bahwa ia terkejut dengan pernyataan Paus kemarin.
”Mereka mengatakan, konferensi ini hanya akan menjadi sesi pembelajaran. Tetapi, Paus kini berbicara tentang tindakan konkret. Itu bagus. Tetapi, mari kita lihat bagaimana itu akan berakhir,” ujarnya. (REUTERS)