Nusantara Satu Buka Akses
FLORIDA, KOMPAS
Satelit Nusantara Satu meluncur dari Cape Canaveral Air Force Base, Florida, Amerika Serikat, Kamis pukul 20.45 waktu setempat atau Jumat (22/2/2019) pukul 08.45 WIB. Satelit milik PT Pasifik Satelit Nusantara itu ditargetkan membuka akses internet ke seluruh wilayah Indonesia dengan biaya yang lebih terjangkau.
Satelit Nusantara Satu dengan semboyan “Satukan Nusantara” itu direncanakan beroperasi penuh mulai April 2019. Satelit tersebut berkapasitas 15 gigabit per detik (Gbps) atau 3,5 kali lebih tinggi dari satelit konvensional di Indonesia yang rata-rata 4-5 Gbps. Pada saat beroperasi, sekitar 70 persen dari kapasitas satelit sudah terpakai, antara lain disewa pemerintah.
Direktur Jenderal Sumber Daya, Perangkat Pos dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika, Ismail, menjelang peluncuran satelit, mengungkapkan, pemerintah melalui Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) menyewa 50 persen dari total kapasitas Satelit Nusantara Satu.
Bakti akan menggunakannya untuk memperluas layanan internet ke sekolah, rumah sakit, kantor kepolisian sektor, kantor komando rayon militer di 15.000 titik di seluruh Indonesia.
Saat ini, masih ada wilayah di Indonesia yang belum terjangkau internet. Keberadaan Satelit Nusantara Satu diharapkan bisa menjadi solusi untuk menyelesaikan persoalan koneksi internet di daerah.
“Target kami, tahun ini sudah tidak ada lagi tempat di Indonesia yang tidak bisa terkoneksi internet. Indonesia bebas merdeka internet pada 2019,” kata Ismail.
Direktur Utama PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN) Adi Rahman Adiwoso mengungkapkan, masih ada 25.000 desa atau sekitar 25 juta orang -dari sekitar 250 juta penduduk Indonesia- yang belum terjangkau akses internet memadai.
“PSN melalui Satelit Nusantara Satu bertekad menyediakan layanan internet ke daerah terluar, terpencil, dan tertinggal yang belum tersambung internet,” ujarnya.
PSN adalah perusahaan telekomunikasi satelit swasta pertama di Indonesia.
Satelit Nusantara Satu merupakan satelit pertama di Indonesia yang menerapkan teknologi High Throughput Satellite (HTS). Teknologi ini memungkinkan kapasitas bandwidth lebih besar, biaya lebih efisien, dan umur satelit lebih panjang. Umur pakai satelit berkisar 15 tahun dengan daya tahan 30 tahun.
Satelit Nusantara Satu dibangun SSL, perusahaan pembuat satelit Amerika Serikat (AS). Satelit diluncurkan menggunakan roket Falcon 9 dari SpaceX dan direncanakan mengorbit pada slot 146 derajat Bujur Timur atau di sisi timur Papua Niugini, menggantikan peran Satelit PSN VR2 yang dibuat 1997.
Disamping Satelit Nusantara Satu, Falcon 9 juga membawa dua satelit lain, yakni satelit SpaceIL Beresheet milik Israel dan satelit milik Angkatan Udara AS. Roket tersebut dinilai efisien karena roket pendorongnya akan kembali ke bumi dan dapat digunakan lagi untuk peluncuran berikutnya. “Pemakaian roket bersama ini menghemat ongkos peluncuran hampir separuh,” kata Adi.
Investasi
Adi menambahkan, nilai investasi satelit keenam yang dimiliki PSN tersebut sebesar 230 juta dollar AS. Dananya berasal dari lembaga kredit ekspor Kanada (Export Development Canada/EDC) sebesar 142 juta dollar AS dan selebihnya dari ekuitas perusahaan.
Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, mengemukakan, Satelit Nusantara Satu merupakan satelit pertama di Indonesia yang menerapkan teknologi HTS. Pihaknya mengingatkan agar efisiensi biaya pembuatan satelit akan mendorong biaya layanan internet juga semakin terjangkau masyarakat.
“Kami senang ada operator satelit yang melakukan dan memanfaatkan teknologi yang belum banyak digunakan, bahkan di dunia. Diharapkan biaya layanan akan semakin murah,” kata Rudiantara, dalam telewicara dengan jajaran direksi PT Pasifik Satelit Nusantara, di Florida.
Adapun biaya perangkat PSN untuk pengguna sebesar 500 dollar AS per unit dengan tarif pemakaian bagi pelanggan Rp 100.000 per gigabit.
PSN kini tengah menyiapkan peluncuran Satelit Nusantara Dua berkapasitas 13 Gbps untuk menggantikan satelit Palapa-D. Satelit yang dibuat China Great Wall Industry Corporation asal China itu rencananya diluncurkan pada April 2020. Nilai investasi satelit mencapai 220 juta dollar AS. Sekitar 85 persen pembiayaan bersumber dari Bank of China, dan 15 persen dari ekuitas perusahaan.