SLEMAN, KOMPAS— Pemerintah memperkuat pendidikan vokasi industri sebagai salah satu strategi menghadapi era Industri 4.0.
Dalam pidato ilmiah pada peringatan Hari Pendidikan Tinggi Teknik Ke-73, Jumat (22/2/2019), di Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto memaparkan, sejak tahun 2011, dunia memasuki revolusi industri generasi keempat atau kerap disebut Industri 4.0. Revolusi industri ini ditandai dengan meningkatnya konektivitas, interaksi, dan konvergensi antara manusia, mesin, dan sumber daya lain.
”Teknologi informasi dan komunikasi dimanfaatkan bukan hanya dalam proses produksi, melainkan juga di seluruh rantai guna mencapai efisiensi setinggi-tingginya. Hal ini melahirkan model bisnis baru dan berbasis digital,” ujarnya.
Untuk itu, Indonesia telah meluncuran roadmap (peta jalan) Industri 4.0 yang diberi nama Making Indonesia 4.0 pada April 2018. Dalam peta jalan itu, Indonesia menyatakan tekad masuk dalam 10 negara dengan perekonomian terbesar di dunia pada 2030.
”Peningkatan kompetensi sumber daya manusia menjadi salah satu program prioritas karena dapat memacu produktivitas dan daya saing sektor industri nasional,” kata Airlangga.
Penguatan pendidikan vokasi dilakukan melalui sejumlah cara. Salah satunya menyelenggarakan pendidikan vokasi dengan sistem ganda, mengintegrasikan pembelajaran di kampus dengan praktik kerja di industri.
Pemerintah juga membangun politeknik industri dan akademi komunitas di kawasan industri untuk mendorong peningkatan SDM lokal. Sejak tahun 2017, pemerintah juga mengembangkan pendidikan vokasi dengan model link and match antara SMK dan industri. Program ini telah dijalankan di Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi.
”Program ini menggandeng 2.074 SMK dan 745 perusahaan, melibatkan 441.800 siswa,” kata Airlangga. Rektor UGM Panut Mulyono mengatakan, saat ini lulusan perguruan tinggi dituntut memiliki kompetensi yang tidak diperoleh dari model pendidikan konvensional.
”Ini harus disikapi dan direspons oleh perguruan tinggi melalui penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni serta sistem pembelajaran yang sesuai dengan zaman masa kini,” ujar Panut. (HRS)