”Mahkota” Gres Itu Bernama ”Sneakers”
Serupa mahkota, tetapi yang ini disematkan ke kaki. Sneakers telah menjelma menjadi elemen utama berbusana di ruang apa pun, bahkan yang sebelumnya ”terlarang”. Dari aula tempat pernikahan hingga Istana Kepresidenan. Derap sepatu bersol karet ini mungkin tak terdengar, tetapi gaungnya terus menyelinap dan mendobrak.
Lima tahun lalu adalah momen bersejarah bagi Agni Pratistha. Saat itu, ia menggelar resepsi pernikahan dengan kekasih hatinya, Ryan Anthony Monoarfa. Pada hari bahagianya itu pula, Puteri Indonesia 2007 ini mengambil keputusan yang tidak pernah disesalinya; memakai sneakers kesayangan saat resepsi pernikahan.
Alih-alih memakai sepatu jinjit alias high heels , ia memilih memakai Nike Dunk High seri Tokyo berwarna krem. Sepatu pemberian suaminya saat masih pacaran itu menemaninya berjalan masuk ke panggung resepsi, menyambut tamu, hingga pesta setelah resepsi.
”Resepsi pasti bawaannya capek berdiri, senyum terus, dan salaman. Tapi, setelah itu enggak berasa sama sekali (capeknya). Habis berdiri semalaman langsung lanjut pesta lagi, mingle sana-sini nyaman banget. Menurut aku, itu keputusanku yang brilian banget,” kata Agni terkekeh, Selasa (19/2/2019).
Agni, yang memang menggemari sneakers sejak usia 16 tahun, memutuskan memakai sepatu kesayangannya saat pesta agar merasa nyaman. Tipe sepatu yang tinggi menutupi mata kaki menjadi pilihannya. Model gaun pengantinnya pun dijahit sesuai dengan karakteristik sepatu itu. Gaun yang juga berwarna krem dibuat pendek di atas lutut di bagian depan sehingga menonjolkan sneakers. Sementara bagian belakang gaunnya panjang menjuntai.
”Jadi, spotlight-nya memang sneakers-nya. Suamiku juga pakai sneakers Nike Air Jordan warna hitam. Para pengiring juga pakai sneakers. Seru banget,” kenang ibu dua anak ini.
Agni yang kini hidup lebih minimalis mengurangi mengoleksi sneakers. Sebelumnya ia mempunyai sekitar 100 pasang sepatu. Kini, ia ”hanya” memiliki enam pasang sneakers. Sebagian besar sneakers-nya telah disumbangkan atau dijual.
Meski demikian, menurut Agni, sneakers tetap menjadi identitasnya. Sejak dulu, ia tidak bisa lepas dari sepatu bersol karet ini. Sepatu yang nyaman, cocok dipakai dalam berbagai aktivitas, adalah alasannya untuk terus memakai sneakers, bahkan dalam acara formal.
Ia juga lebih nyaman untuk menemani kedua anaknya bermain dengan memakai sneakers.
Menjadikan sneakers sebagai identitas juga dirasakan Azrul Ananda, Direktur PT DBL Indonesia. Kolektor sneakers ini hampir setiap hari mengenakan jenis sepatu kegemarannya itu. Bahkan, kalau terpaksa harus mengenakan sepatu resmi macam sepatu pantofel, dirinya akan memilih sepatu formal bersol karet mirip sneakers.
”Saya malah kalau pakai sepatu kulit seperti bingung,” ujarnya tertawa.
Sepatu sneakers dinilai Azrul sangat membantu aktivitasnya yang sering bergerak. Sampai sekarang, tambah Azrul, dirinya mengaku tak pernah tahu jumlah pasti koleksi sneakers yang dimilikinya. Namun, lebih dari 400 pasang. Tidak semua sepatu masih dia simpan. Kerap juga sepatu koleksinya dibagikan ke sejumlah kenalannya.
Melunturkan kekakuan
Sneakers yang muncul lebih dari seabad lalu memang terus berkembang. Sneakers, sepatu dengan alas karet ini, diambil dari kata sneak atau menyelinap. Alas yang ringan membuat pijakan kaki tidak terdengar saat berjalan.
Sepatu kasual ini tidak pernah hilang ditelan zaman. Malah, kini fenomenanya semakin membesar. Siapa saja memakainya, tidak terbatas usia, jender, dan strata, baik di dalam maupun luar negeri.
Ruang-ruang pemakaian sneakers terus tumbuh dari tahun ke tahun. Dari sepatu yang kental dengan nuansa jalanan, olahraga, lalu masuk ke ruang-ruang formal yang sebelumnya sulit dibayangkan.
Bahkan, kini banyak rumah butik papan atas dunia yang sebelumnya hanya memproduksi sepatu resmi ramai-ramai mengeluarkan koleksi sneakers.
Ferry Salim (52), aktor kawakan yang sering tampil formal, mulai memadukan sneakers ke penampilan harian, atau saat kerja, sejak dua tahun lalu. Dia melihat tren sneakers semakin berkembang dan dia ingin ambil bagian dari itu.
”Sebetulnya mode yang kayak gini pernah gue coba sekitar 15 tahun lalu. Waktu itu gue lihat ada desainer terkenal dari Perancis yang pakai formal, tapi bawahnya pakai sneakers. Nah, sekarang tren lagi. Karena gue penggemar sneakers sejak kecil, ya, kenapa tidak pakai lagi,” ucapnya.
Tahun lalu, misalnya, ia memakai sneakers ke ajang peragaan busana desainer Iwan Tirta dengan paduan atasan batik dan celana kain. ”Kalau pakai jas dan pantofel itu kayak bapak-bapak, ha-ha-ha. Dengan sneakers bisa lebih nyaman dan tidak tampak kaku. Hidup sudah cukup kompleks, ya, dijalaninya dengan tidak kaku juga,” ujar Ferry.
Kekakuan yang luntur dengan sneakers terjadi juga di lingkungan kepresidenan. Presiden Joko Widodo kerap mengenakan sneakers saat melakukan kunjungan kerja ke daerah atau menghadiri acara di luar Istana Kepresidenan. Misalnya, saat berkeliling Jakarta, Tangerang Selatan, dan Kabupaten Bogor, Jumat (22/2), Kepala Negara mengenakan sneakers berwarna hitam.
Presiden Jokowi kerap mengatakan, sneakers ia pilih karena nyaman. Gaya Presiden ini pun memengaruhi orang- orang di sekitarnya, mulai dari Pasukan Pengamanan Presiden hingga jajaran menteri kini lazim terlihat memakai sneakers. Wartawan peliput di lingkungan kepresidenan pun kini tak lagi dilarang memasuki istana dengan sneakers.
Sandiaga Uno, mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta yang kini menjadi calon wakil presiden peserta Pemilu 2019, juga sering memakai sneakers dalam kesehariannya. Menurut Sandiaga, sneakers menjadi tuntutan dari gaya hidup yang mobilitasnya kian tinggi.
”Secara fungsional saja, gampang pakainya, gampang ngelepasnya, apalagi kalau untuk shalat, nyaman dipakainya, apalagi kalau masuk blusukan ke kampung-kampung di DKI dulu, dan sekarang keliling Indonesia. Ya, sangat dimudahkan kalau pakai sneakers,” ujarnya.
Sandiaga juga menaruh perhatian pada produksi sneakers lokal. ”Saya juga mendukung salah satu produk OK OCE, yaitu UKM dengan merek 910-Nineten,” tutur Sandi yang diwawancarai terpisah, Sabtu (23/2).
Pada merek 910, Sandiaga juga ikut membantu mendesain edisi khususnya. Dia senang karena merek itu kini makin dikenal. Ia berharap dengan bermunculannya berbagai merek sneakers produksi lokal, akan ada merek Indonesia yang mendunia nantinya.
Sebagian pejabat dan menteri juga sejak lama dikenal sebagai penyuka penampilan yang lebih kasual, termasuk dengan mengenakan sneakers. Salah satunya Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi pun pernah mengenakan sneakers berwarna merah muda berpita ke Istana Presiden dan Istana Wakil Presiden. Saat itu, Retno baru melakukan lawatan panjang di luar negeri dan salah satu kuku kakinya lepas akibat sepatu formalnya ”menggigit”. Retno pun tampil sporty dengan sneakers berpita itu.
Akan tetapi, tidak semua pencinta sneakers memakai sepatu koleksinya ke acara-acara formal. Erick Thohir, kolektor sneakers yang juga pendiri grup Mahaka, mengungkapkan, kalaupun ingin dipadupadankan dengan kostum yang sedikit lebih formal, macam batik lengan pendek atau jas tanpa motif, sepatu sneakers bisa dikenakan bersama celana jins.
Sneakers memang tak sekadar sepatu. Ia menjadi elemen gaya hidup yang bisa jadi sedang berbicara tentang dunia saat ini. Dunia yang tak lagi mendewakan formalitas yang superfisial serba membelenggu. Dengan norma-norma dunia baru ini, kreativitas justru kian membuncah!
(DWA/INA/NTA/EDN/JAL)