”Airku”, Wujud Kemandirian
Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Kulon Progo, DI Yogyakarta, tidak hanya menyediakan air bersih untuk mandi. Sejak 2014, mereka juga membuat air minum dalam kemasan. Kemandirian daerah dan pendapatan daerah pun meningkat.
Sekitar tahun 2012, pada periode pertama menjabat Bupati Kulon Progo, Hasto Wardoyo resah dengan kurangnya kemandirian daerah dalam memenuhi kebutuhan air minum bagi warganya. Perkembangan zaman dan kondisi lingkungan yang kurang mendukung membuat warga tergantung dengan air minum dalam kemasan.
Di sisi lain, Hasto juga prihatin dengan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Binangun Kulon Progo yang sejak awal didirikan hanya memproduksi air untuk mandi. Ia lantas mendorong agar perusahaan itu juga memproduksi air minum dalam kemasan.
”PDAM itu kepanjangan dari perusahaan daerah air minum, kan? Kenapa dari dulu hanya menyediakan air mandi? Ganti saja namanya menjadi perusahaan daerah air mandi. Soalnya, selama ini, kok, rasanya hanya memproduksi air mandi, ha- ha-ha,” ujar Hasto, ditemui seusai mengikuti acara di Yogyakarta, Sabtu (26/1/2019).
Dari situ, pihak PDAM Tirta Binangun Kulon Progo memutar otak mencari cara agar bisa memproduksi sendiri air minum kemasan. Pertengahan 2013, badan usaha milik daerah itu dapat mengantongi izin merek. Pilihan nama tertuju pada ”Airku”.
”Artinya, Air dari Kulon Progo. Bisa juga air milikku, bukan milikmu. Ini air diproduksi dari Kulon Progo dan untuk dikonsumsi masyarakat Kulon Progo,” tutur Hasto.
Produksi air minum kemasan secara massal dimulai tahun 2014. Awalnya, kemasan yang ditawarkan hanya berupa gelas. Pada 2016, variasi kemasan bertambah, mulai dari botol berukuran 330 mililiter (ml), 600 ml, hingga galon.
”Produk ini sudah menjawab kebutuhan pasar karena kemasan yang kami tawarkan sudah sama dan bisa menyaingi produk air minum lainnya,” kata Direktur PDAM Tirta Binangun Jumantoro.
Modal awal untuk memulai produksi Airku hanya Rp 128 juta, digunakan untuk membuat ruangan dan membeli peralatan produksi. Penjualan dari tahun ke tahun terus meningkat. Bahkan, pada 2018, pendapatan PDAM Tirta Binangun dari air kemasan mencapai Rp 3,5 miliar, dengan keuntungan bersih sekitar Rp 350 juta.
Prospek bisnis Airku cukup cerah karena kebutuhan air minum dalam kemasan di Kulon Progo saja diperkirakan mencapai 6 juta gelas setiap bulan. Sementara produksi Airku saat ini baru 2 juta gelas per bulan.
Ideologi kemandirian
Di balik produksi air minum kemasan itu, ada ideologi kemandirian yang diusung Kulon Progo. Airku dimaknai sebagai simbol kemandirian daerah atas kebutuhan air minum.
”Airku ini sebenarnya lambang ideologi. Kami ini mampu mandiri. Saya itu tidak jualan air. Saya itu jualan ideologi. Harapan saya, PDAM di seluruh Indonesia bisa melakukan ini,” tutur Hasto.
Bahkan, sejak awal Airku diluncurkan, ada semboyan yang mengajak warga untuk bangga mengonsumsinya. Seperti kata- kata yang tertulis di truk pengangkutnya, ”Setiap tetesnya bukti ideologi Anda”.
Semangat mencintai produk lokal juga terus digelorakan pemerintah kabupaten (pemkab) dengan gerakan ”Bela Beli Kulon Progo”. Masyarakat diminta membeli barang yang sudah bisa diproduksi sendiri oleh daerah itu. Airku sebagai salah satu produk lokal, pemasarannya pun kian efektif.
Untuk memenuhi kebutuhan air minum di semua kantor dinas, misalnya, diwajibkan menggunakan Airku. Di situ terlihat kesungguhan pemkab dalam mengangkat produk lokal.
Gayung bersambut, produk Airku juga diterima warga Kulon Progo. Bahkan, Airku bak suguhan air minum wajib pada setiap kegiatan warga, mulai dari tingkat rukun tetangga.
”Di samping harganya lebih murah, ada kebanggaan juga mengonsumi air minum yang dibuat pemerintah daerah sendiri. Semangat cinta produk lokal sepertinya sudah benar-benar ada di pikiran warga,” kata Samuel (22), warga Wates, Terobosan pemasaran Airku terus dilakukan Pemkab Kulon Progo, salah satunya lewat penandatanganan nota kesepahaman kerja sama dengan PT Angkasa Pura I agar menggunakan Airku di Bandara Kulon Progo atau New Yogyakarta International Airport. Bandara baru itu direncanakan diresmikan pada April tahun ini.
”Guyon kami, jika tidak pakai Airku, pesawatnya tak usah mendarat di Kulon Progo,” kata Hasto. Terakhir, Airku menjajaki kerja sama dengan PT Sumber Alfaria Trijaya, pengelola minimarket waralaba berjejaring Alfamart.
Selanjutnya, Airku agar dipasarkan di seluruh jaringan toko itu. Corporate Affairs Director PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk Solihin menyatakan, kerja sama itu menguntungkan kedua belah pihak.
Kulon Progo belajar menjadi mandiri dengan memproduksi air minum kemasan. Pelan tetapi pasti, kemandirian itu akan menjalar kepada hal-hal lain. Syaratnya hanya satu, mencintai produk buatan daerah sendiri dengan sepenuh hati.
Kemandirian Kulon Progo dalam memenuhi kebutuhan air minum warganya itu pun mampu menginspirasi daerah lain.
Sedikitnya ada 10 daerah yang belajar dan berusaha mereplikasi produksi Airku, di antaranya Madiun, Pemalang, Cianjur, dan Lampung.