Warga Desa Pun Bisa Meraup ”Cuan” Setelah Melek Saham
Investasi saham di lantai bursa tidak hanya bisa dilakukan kaum urban berduit di perkotaan. Berkat gawai, warga desa juga bisa ikut meraup cuan dari saham.
Mata Roziqin Sulaiman (41) awas menatap aplikasi pemantau pergerakan harga saham pada layar telepon pintarnya. Siang itu, Jumat (15/2/2019), Roziqin mempunyai waktu 1 jam untuk memutuskan apakah menjual atau menahan saham sebanyak 217 lot (21.700 lembar) miliknya di PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk.
Hari itu, harga saham perusahaan berkode BEST itu turun menjadi Rp 252 per lembar. Jika, Roziqin menjualnya, dia akan rugi sekitar Rp 347.000. Dia pun memutuskan menahan sahamnya.
”Saya membelinya sekitar dua minggu lalu dengan harga Rp 268 per lembar. Jadi, total pembeliannya Rp 6,8 juta. Saya akan menjual kalau harganya sudah naik,” ujar Roziqin.
Roziqin bukanlah pialang. Warga Desa Sidorejo, Kecamatan Sidomulyo, Lampung Selatan, Lampung, itu sehari-hari berjualan pempek. Meski begitu, ia tahu tentang investasi saham. ”Ya, kuncinya harus sabar. Kalau ingin menabung dan investasi, tidak boleh terburu nafsu,” katanya.
Sejak empat bulan ”bermain” saham, dia pernah mendapat untung Rp 1,2 juta. Saat itu, dia membeli 300 lot saham PT Bank Permata Tbk seharga Rp 500 per lembar. Esoknya, harganya naik jadi Rp 540 per lembar. ”Itu rekor terbanyak. Untungnya lumayan kalau dikumpulkan, bisa untuk membeli smartphone baru ini,” ujar Roziqin sambil menunjukkan gawai miliknya.
Sempat ragu
Roziqin awalnya ragu menabung saham karena pernah tertipu investasi bodong. Pada 2004, dia ditawari menjual produk kecantikan dengan iming- iming keuntungan yang besar. Ia sudah menyetor modal Rp 25 juta, tetapi perusahaan investasi itu bangkrut dan pemiliknya kabur. ”Dari situ, saya trauma mau investasi,” katanya.
Dia mulai yakin berinvestasi saham setelah mendapat sosialisasi tentang menabung saham dari Riyan Ahmad, inisiator warga menabung saham di desa tersebut. Selain Riyan, warga juga mendapat pendampingan dari Bursa Efek Indonesia (BEI) Lampung serta PT RHB Sekuritas Indonesia sebagai perusahaan sekuritas.
Dengan modal Rp 100.000, Roziqin akhirnya membeli saham. Setelah dua minggu, uangnya bertambah menjadi Rp 120.000. ”Dari situ, saya yakin menabung saham adalah investasi yang aman,” katanya.
Suratno (37), warga desa lain yang keseharainnya menjadi penjual peralatan elektronik, juga terus mencari laba dari jual-beli saham. Dia mengaku mempunyai strategi khusus dalam menabung saham.
”Saya membeli saham di dua perusahaan sekuritas yang berbeda. Jual-beli saham saya lakukan pada salah satu perusahaan sekuritas. Keuntungannya saya gunakan lagi untuk membeli saham lainnya. Ada saham yang sengaja saya tahan karena ingin menabung,” papar Suratno.
Kini, saldo di rekening efek Suratno mencapai Rp 215 juta, gabungan antara kentungan jual-beli saham dan penambahan saldo dari bisnisnya. Ia pun kian yakin berinvestasi saham setelah mendengar cerita istrinya yang mantan pekerja migran. ”Istri saya bilang, majikannya di Hong Kong juga sering mengecek pergerakan harga saham di layar komputer.
Dari situ, saya berpikir kenapa kita masyarakat Indonesia tidak berani berinvestasi saham,” katanya. Sejak mengenal saham, Suratno mengaku kerap mengikuti berita tentang perkembangan politik dan perekonomian Indonesia dan internasional. Dia juga mengikuti berita tentang bursa efek melalui portal berita khusus ekonomi.
Tak mudah
Kepala Desa Sidorejo Tommy Yulianto mengatakan, tidak mudah mengajak warga desa berinvestasi saham. Apalagi, warga kerap menjadi korban investasi bodong.
Namun, berkat sosialisasi rutin yang dilakukan sejak Februari 2018, warga mulai tertarik berinvestasi saham. Sosialisasi dilakukan setiap bulan di balai desa. Sesekali, warga juga berdiskusi di rumah warga hingga tengah malam. Diskusi saham juga berlanjut di grup Whatsapp.
Sejak Mei 2018, Desa Sidorejo telah dicanangkan oleh BEI Lampung sebagai Desa Menabung Saham pertama di Lampung. Program itu bertujuan memperkenalkan warga tentang investasi saham.
”Jumlah investor saham ada 400 orang. Sebanyak 120 orang merupakan warga Desa Sidorejo. Sisanya, investor dari desa dan kecamatan lain, serta luar Lampung, seperti Jambi dan Banten,” kata Riyan Ahmad, inisiator desa menabung saham Desa Sidorejo.
Kepala Otoritas Jasa Keuangan Provinsi Lampung Indra Krisna memaparkan, nilai transaksi saham di Desa Sidorejo mencapai Rp 24,3 miliar. Hal itu menunjukkan literasi warga tentang keuangan digital cukup tinggi.
Dia menyebutkan, jumlah investor saham di Lampung juga kian meningkat. Pada Desember 2018, jumlah investor saham di Lampung sebanyak 16.398 orang. Jumlah itu naik 81,92 persen dibandingkan pada 2017, yang jumlahnya 9.014 orang.
Nilai transaksi saham di Lampung juga naik dari Rp 218,51 miliar menjadi Rp 622,41 miliar. Kondisi ini menunjukkan minat masyarakat mengakses produk keuangan digital semakin tinggi.
Untuk meningkatkan pengetahuan warga tentang saham, OJK Lampung akan mendirikan galeri investasi di Desa Sidorejo. Nantinya, tempat itu akan dijadikan pusat informasi tentang perkembangan harga saham. Harapannya, semakin banyak warga desa yang bisa berinvestasi dan meraup untung dari saham. (Vina Oktavia)